Minggu, 30 Desember 2012

Mantan Pasukan SS Nazi Pernah Digunakan Untuk Bertempur Menghadapi Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Poster propaganda Nazi untuk menarik minat orang Belanda menjadi sukarelawan Waffen-SS

Sebuah kendaraan Overvalwagen mengangkut tentara KNIL Belanda dan lokal

Konvoy tentara kolonial Belanda di bumi Indonesia


Pangeran Bernhard, suami Ratu Juliana, pernah mengusulkan untuk mengirim pasukan khusus SS (Schutzstaffel) ke Hindia Belanda (Indonesia), saat Jenderal Spoor membutuhkan 10.000 tentara tambahan.

Hal ini terungkap dalam arsip Kementerian Pertahanan Belanda yang ditemukan sejarawan Jacques Bartels, seperti dipublikasikan De Trouw tanggal 27 Juni 2008. Arsip tersebut dimuat dalam buku Tropenjaren. Ploppers en Patrouilles karya Bartels, yang terbit di bulan yang sama.

Pasukan SS pada awalnya adalah paramiliter di bawah partai Nazi, Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP), kemudian tumbuh menjadi kesatuan elite dan dikenal sangat brutal dan kejam di medan tempur.

Dalam rapat Legerraad (Dewan Militer) pada 24 Mei 1946, Pangeran Bernhard yang saat itu menjabat Inspektur Jenderal Angkatan Darat, mengusulkan supaya pasukan ini dikirim ke Nederlands-Indie. Saat itu pasukan Belanda di bawah komando Jenderal Simon Hendrik Spoor membutuhkan pasukan tambahan sebanyak 10.000 orang untuk kembali menduduki Nederlands-Indie yang baru saja memproklamirkan kemerdekaannya menjadi Indonesia.

Karena pasukan SS sangat terlatih dan berpengalaman di front, Pangeran Bernhard berpendapat, mereka tepat untuk dikirim untuk memenuhi permintaan Jenderal Spoor. Kebetulan saat itu ada ribuan anggota SS ditahan di Harskamp, setelah Nazi Jerman kalah perang.

Namun usul Bernhard tersebut ditolak Minister van Oorlog (Menteri Urusan Perang) Johannes Meynen yang bertanggung jawab pada pengiriman militer ke Nederlands-Indie. Meynen menilai usul Bernhard itu akan menuai masalah, karena pasukan Belanda tak mau disejajarkan dengan SS yang dicap sebagai penjahat Perang Dunia II.

Bernhard akhirnya menarik kembali usulannya itu. Namun kelak kemudian diketahui bahwa ada ratusan eks pasukan SS yang dikirim berperang ke Indonesia dengan status wajib militer.

Meskipun mengusung reputasi tempur SS yang cemerlang, mereka tetap hanya bekas relawan SS, yang sangat tidak mengenal medan tempur Indonesia.


Sumber: http://alifrafikkhan.blogspot.com, dengan sedikit penambahan

0 komentar:

Jumat, 28 Desember 2012

Maschinenpistole 3008 (MP-3008), Senapan Otomatis Pengganti MP-40 Untuk Volkssturm

File:MP 3008 Sub Machine Gun Wooden-Stocked.jpg

http://world.guns.ru/userfiles/images/smg/smg132/mp3008_1.jpg

MP 3008 submachine gun, version with tubular butt.
Berbagai macam varian dari MP-3008

Seorang perwira militer Jerman sedang memeriksa sebuah senapan MP-3008

 
Maschinenpistole 3008 (atau populer dengan nama MP-3008) adalah senapan otomatis standar pengganti buatan Jerman yang diproduksi menjelang akhir Perang Dunia II di awal 1945.

MP-3008 juga dikenal dengan sebutan Volksmaschinenpistole. Senjata ini dibuat berdasarkan pada senapan otomatis buatan Inggris yakni Sten MKII, kecuali pada posisi penempatan magasinnya yang mirip dengan MP-40 yang juga berfungsi sebagai penggenggam tambahan.

MP-3008 dirancang Jerman saat mereka mulai terdesak di berbagai front. Keadaan demikian memaksa Jerman untuk membentuk Volkssturtm dan mendesain berbagai macam senjata yang dibutuhkan. Dikarenakan kekurangan bahan mentah untuk membuat senapan otomatis seperti MP-40, maka Jerman berusaha memproduksi senapan otomatis pengganti yang mudah.

Rincian MP-3008
Kategori: senapan otomatis
Negara pembuat: Jerman
Didesain: Tahun 1945
Diproduksi: Tahun 1945
Berat: 3,2 kg (7,9 lb)
Panjang: 760 mm (29,9 in)
Panjang barel: 196 mm (7,7 in)
Peluru: 9x19 mm Parabellum
Tingkat kecepatan tembakan: 450 rpm
Jarak jangkau: 100 m
Jenis magasin: boks, dengan isi 32 peluru

0 komentar:

Selasa, 25 Desember 2012

Kedekatan Nazi Jerman Dengan Islam

http://www.axishistory.com/fileadmin/user_upload/w/wss-13-parade.jpg
Tentara SS-Handschar sedang berbaris

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0d/Bundesarchiv_Bild_146-1970-041-50%2C_Amin_al_Husseini_bei_bosnischen_SS-Freiwilligen.jpg
Mufti Yerusalem Amin al-Husseini mengunjungi pasukan SS-Handschar

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/Bundesarchiv_Bild_146-1977-137-20%2C_Bosnische_SS-Freiwillige_beim_Gebet.jpg
Tentara Jerman yang beragama Islam sedang melaksanakan ibadah shalat di tempat pelatihan mereka di Neuhammer, 1943

Batalyon Albania dalam tubuh 13. Waffen-Gebirgs-Division der SS "Handschar" (kroatische Nr. 1) dengan topi fez Totenkopf SS Albania (Albanerfez) mereka yang khas, dalam sebuah operasi di Bosnia tahun 1944. Para anggota I.Bataillon/Waffen-Gebirgsjäger-Regiment der SS 28 (kroatische Nr. 2) ini kebanyakan diambil dari etnis Albania yang bermukim di Kosovo dan Sandzak/Rashka (Serbia). Mereka mempunyai seorang imam sendiri dan dibentuk berdasarkan model Legion Muslim Albania Austro-Hungaria

Pasukan artileri dari SS-Handschar

Suasana khutbah di masjid oleh imam Divisi yang dihadiri para prajurit SS-Handschar. Kemungkinan mereka sedang melaksanakan ibadah shalat Jumat

Mufti Yerusalem Amin al-Husseini sedang berbincang-bincang dengan prajurit muda SS-Handschar

Mufti Yerusalem Amin al-Husseini berfoto bersama beberapa perwira dan prajurit SS-Handschar


Jerman merupakan sekutu dari Turki selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Setelah berakhirnya perang akbar tersebut, pihak Jerman menderita rasa malu dan kepedihan yang amat dalam atas kekalahan yang telah mereka alami dan penghinaan dari Sekutu si pemenang. Hal ini ternyata berlaku pula bagi orang-orang Arab yang merasa dikhianati oleh janji-janji palsu Inggris dan Prancis akan kemerdekaan mereka. Banyak dari pejuang-pejuang terbaik Arab dan Muslim yang tewas dalam pertempuran demi membela Sekutu, dan kini mereka menuntut hak-hak mereka yang selama ini terabaikan. Situasi yang suram ini dimanfaatkan oleh para strategis Jerman untuk menentukan posisi geopolitis mereka dalam melawan imperialisme-plutokratik dan merapat lebih dekat lagi kepada bangsa-bangsa Timur Tengah yang tertekan. Sebabnya adalah sederhana: mereka mempunyai musuh yang sama: pihak Sekutu Barat (Inggris, Prancis, Amerika dan lain-lain).

Para strategis Jerman ini termasuk pula adalah Karl Haushofer dan Otto Strasser yang sangat menginginkan adanya "kekuatan ketiga" di Eropa yang sama-sama menjadi oposan dari kapitalisme dan komunisme. Minat utama para strategis ini adalah untuk memenangkan kaum "tidak berpunya" (yang selama ini tertekan) melawan kaum "berpunya". Latar belakang ini ternyata kemudian membuat beberapa di antara orang-orang Jerman tersebut yang masuk Islam setelah mendalami lebih jauh akan sumber utama dari kebudayaan Arab yang mereka teliti.

Dengan bangkitnya gerakan Nasional-Sosialis di Jerman, bermunculan pula tokoh-tokoh politik baru di Jerman yang menyuarakan statemen-statemen tentang Islam yang sangat kontras dengan keyakinan umum yang berlaku saat itu di Eropa. Tokoh-tokoh ini termasuk pula adalah Adolf Hitler dan Heinrich Himler. Sepeti apa pandangan-pandangan mereka tentang Islam? Mari kita lihat contoh salah satunya di bawah:

Pada bulan November 1938 sebuah surat kabar bernama Die Welt, dengan merujuk pada artikel yang muncul di Der Arbeitsmann, menulis sebagai berikut: "Inti utama dari artikel tersebut adalah pujian akan konsep Islam tentang takdir, sebagai sebuah contoh komperehensif akan ide-ide tentang nasib yang akan datang. Hal ini sekaligus pula bertentangan dengan konsep-konsep yang diyakini oleh doktrin Kekristenan yang selama ini berlaku." Di pihak lain, dengan merujuk pada mingguan Berlin Fridericus, sebuah majalah Prancis menulis bahwa "jumlah orang-orang yang masuk Islam yang semakin meningkat sampai saat ini tak pernah menimbulkan masalah berarti di Jerman."

Fridericus mengklaim bahwa hal ini disebabkan oleh konsep Islam yang "memproklamasikan prinsip-prinsip vital dari etika yang sudah terbina, sehingga sangat mungkin untuk dikonfirmasikan." Dengan mengharmonisasikan ide-ide keadilan dan pengampunan, Islam telah membuat "banyak orang-orang Nordik yang merasa tertarik dengan ajaran-ajaran pembebasan dan keseteraan yang dikemukakannya."

Der Welt menyimpulkan laporannya: "Orang-orang Austria yang bergabung kembali dengan Reich mendapati bahwa di ibukota yang baru kini berkembang penelitian dan minat yang besar akan agama Muhammad, sehingga kita bisa melihat bertambahnya orang-orang lokal yang memproklamirkan diri sebagai pengikutnya (seperti tercatat di laporan resmi pemerintah). Di pihak lain, propaganda-propaganda terencana yang mendukung ditinggalkannya ajaran-ajaran Gereja Kristen malah semakin berkembang." (dikutip dari buku "Nazisme et Islam" karya Omar Amin Mufti).

Satu yang jelas adalah kebohongan luar biasa yang ditelan mentah-mentah oleh kebanyakan dari kita yang berkaitan dengan sikap rasis para Nazi. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, karena kita perlu ingat bahwa sejarah selalu ditulis oleh si pemenang, dan khusus dalam hal ini telah ditambahi pula oleh propaganda-propaganda tak kenal henti dari media massa dunia yang hampir sepenuhnya dikuasai oleh Yahudi.

Untuk membantah hal ini sebenarnya mudah (dan bahkan sangat mudah malah!). Jika anda melakukan pencarian di google tentang relawan asing tentara Nazi Jerman, anda akan mendapati bermacam-macam suku bangsa yang turut berbaur melawan Sekutu di bawah panji-panji Nazi Jerman. Bahkan perlakuan terhadap para relawan asing ini pun tidak berbeda dengan tentara Jerman asli, semua diperlakukan sama. Yang paling mengagumkan adalah banyak dari mereka yang bergabung dengan pasukan SS, yang notabene pasukannya Heinrich Himmler, si "Rasis no. 1!"

Saya sangat percaya bahwa bila kita ingin mendapat fakta yang jernih yang bersih dari sejumlah kepentingan-kepentingan sekelompok orang, maka kita harus meneliti sejarah periode tersebut dengan membawa hati yang jujur dan fair sehingga kesimpulan yang kita ambil nantinya bukanlah sesuatu yang hanya menjadi pengekor dari "trend" yang berlaku saat ini. Tidak selalu kenyataan adalah apa yang diyakini oleh orang banyak, karena seperti yang Hitler telah katakan sendiri: "Apabila suatu kebohongan dijejalkan terus-menerus, maka orang akan menganggapnya sebagai sebuah fakta."

Iya memang Jerman zaman Nazi menerapkan sistem rasialisme dalam pemerintahan mereka, tapi sistem yang seperti apa? Nah, semoga ilustrasi ini bisa membantu anda:


"Rasialisme Jerman berarti penemuan kembali nilai-nilai kreatif dari ras mereka sendiri, sekaligus penemuan kembali kebudayaan mereka. Usaha pencarian yang mereka lakukan adalah sesuatu yang mengagumkan dan terhormat. Rasialisme Nasional-Sosialisme bukanlah dibuat untuk melawan ras lain melainkan dibuat untuk kepentingan ras sendiri. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan mengembangkan ras yang sudah ada, dan mengharapkan ras lainnya melakukan hal yang sama."

"Hal ini dibuktikan ketika Waffen-SS memperbesar jumlah anggotanya dengan memasukkan tidak kurang dari 60.000 orang Islam ke dalam jajarannya. Waffen-SS sangat menghargai cara mereka menjalani hidup, adat kebiasaan, dan terutama keyakinan religiusnya. Setiap batalion SS Islam mempunyai imamnya masing-masing, dan setiap kompi mempunyai Mullah. Harapan kita bersama adalah semoga kualitas mereka mendapat apresiasi setinggi mungkin. Inilah rasialisme yang kita anut! Aku hadir saat setiap kamerad Islamku menerima hadiah pribadi dari Hitler selama berlangsungnya tahun baru. Tahukah anda apa hadiahnya? Sebuah liontin dengan Al-Qur'an kecil di dalamnya! Hitler telah sangat menghormati mereka dengan memberikan aspek terpenting dalam hidup dan sejarah mereka. Singkatnya, rasialisme Nasional-Sosialisme merupakan ideologi yang setia pada rasnya sendiri dan sangat menghormati ras lainnya" (Léon Degrelle, "Epic: The Story of the Waffen SS," The Journal for Historical Review, vol. 3, no. 4, halaman 441-468).

Dalam Perang Dunia II, Jerman berperang melawan negara-negara yang selama ini kita kenal sebagai negara penjajah bangsa-bangsa Muslim seperti Inggris, Prancis, Rusia dan Belanda. Hal inilah yang menyebabkan jutaan orang Islam di seluruh dunia mendukung Hitler dan mendaftarkan diri sebagai sukarelawan di ketentaraannya. Sebagian terbesar dari mereka adalah orang-orang Bosnia, Albania, Chechnya, Tatar, dan bangsa-bangsa lainnya yang berada di bawah tirani komunis Soviet. Jangan lupakan pula unit-unit yang terdiri dari para anggota perlawanan Arab (Freies Arabien).

Muhammad Amin al-Husseini, Mufti Besar al-Quds (Jerusalem), memimpin perlawanan Palestina melawan Yahudi dan Inggris dari pembuangannya di Berlin, dan mantan Perdana Menteri Irak Rashid Ali al-Gailani juga memimpin perlawanan bangsanya dalam melawan imperialisme Inggris dari ibukota Jerman tersebut. Terdapat pula grup-grup pelopor dari jurnalis Arab, penulis, dan aktivis yang berjuang demi kemerdekaan negara mereka masing-masing dari pengasingan mereka di Jerman.

Dan sekarang saya ingin bertanya: Kita dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda, dan kemudian Belanda sendiri diperangi oleh Hitler, lalu mengapa sekarang kita berkaok-kaok menghujat Nazi dan segala sesuatu tentangnya dengan "berpedoman" pada propaganda karbitan yang kita telan mentah-mentah? Apakah dalam sejarahnya Nazi Jerman pernah menjajah Indonesia? Apakah dalam sejarahnya Nazi Jerman begitu berlumuran darah orang-orang Muslim? Jawabannya TIDAK.

Kembali kepada kisah tentang Al-Husseini. Banyaknya tokoh-tokoh Muslim yang bermukim di Jerman telah memberikan kesempatan yang sempurna bagi orang-orang bule tersebut untuk menjalin kontak dengan orang Islam sekaligus mempelajari ajarannya. Salah satu dari mereka adalah SS-Standartenführer Wilhelm Hintersatz (1886-1963), seorang Austria yang menjadi mualaf dan mengadopsi nama Haroun al-Rashid Bey. Dia mengepalai unit Osttürkischen Waffen-Verbände der SS yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Uzbek dan Tatar Volga, dan telah membuktikan kemampuan mereka dalam pertempuran di front Polandia (Ataullah Bogdan Kopanski, "Muslims and the Reich," Barnes Review, September-October, 2003, halaman 30-31)

Saya ingatkan lagi tentang apa yang telah ditulis sebelumnya tentang strategi geopolitik Jerman, kebangkitan Jerman sebagai negara superpower dan pendirian divisi-divisi Islam. Semua ini telah menyediakan sebab bagi kebijakan-kebijakan Hitler yang sangat pro-Muslim. Hambatan utama terletak dari diplomat-diplomat tua yang lebih memilih kebijakan konservatif demi menenangkan kekuatan-kekuatan dunia saat itu dan tidak mengancam keseimbangan kekuatan yang ada. Tapi disana terdapat pula elemen-elemen muda dalam tubuh Kementerian Luar Negeri Jerman yang ingin mengambil keuntungan dari perjuangan anti-kolonialisme yang digalakkan negara-negara terjajah sehingga mereka mendukung adanya kebijakan pro-Arab dalam melawan Zionisme yang didukung oleh imperialis Barat. Tentu saja hal ini sangat klop dengan arah kebijakan yang diambil Hitler saat itu.

Para pendukung Arab ini di antaranya adalah Dr. Fritz Grobba, seorang veteran di Kementerian Luar Negeri dari tahun 1924 yang kemudian bertugas sebagai Duta Besar Jerman di Irak dan Arab Saudi. Dia merupakan seorang pengagum kebudayaan Islam yang dijuluki "Lawrence of Arabia-nya Jerman" dan menjadi teman dekat dari al-Husseini. Setelah Perang Dunia II usai, Grobba memeluk agama Islam dan menjadi penghubung politik antara pemimpin Mesir Gamal Abdel Nasser dengan pihak Jerman dan Soviet (Kevin Coogan, Dreamer of the Day: Francis Parker Yockey and the Postwar Fascist International, New York: Autonomedia, 1999, halaman 383).

Tokoh lainnya adalah Werner-Otto von Hentig, teman dekat dari Grobba yang merupakan mantan kepala Divisi Arab di Kementerian Luar Negerinya Joachim von Ribbentrop. Setelah perang usai, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Timur Tengah. Pada tahun 1955 Raja Ibnu Saud menunjuknya sebagai kepala penasihat Eropa untuk Arab Saudi. Dahsyatnya lagi, dia kemudian menjabat sebagai Duta Besar Jerman untuk? Indonesia! Dalam kapasitasnya tersebut, dia menemani delegasi Saudi sebagai penasihat khusus dalam Konferensi Asia-Afrika yang digelar di Bandung bulan April tahun 1955. Hentig memberi nasihat pada orang-orang Arab untuk mengadopsi kebijakan netralisme dalam politik dunia dan mempertahankan kemerdekaan mereka dari super power dunia saat itu, Amerika dan Rusia (Kevin Coogan, Dreamer of the Day: Francis Parker Yockey and the Postwar Fascist International, New York: Autonomedia, 1999, halaman 384).

Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak para petinggi Nazi dan mantan perwira SS yang pindah ke negara-negara Arab, menjadi penganut agama Islam, dan mempunyai jabatan militer atau birokratis di negara baru mereka, terutama di Mesir dan Suriah (cf., Jean and Michel Angebert, The Occult and the Third Reich, New York: Macmillan, 1974, halaman 275-276).

Nama-nama mereka diantaranya bisa dilihat disini


1 komentar:

Kamis, 20 Desember 2012

Kekejaman Ala Komunis-Yahudi

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/9/98/Katyn_movie_poster.jpg
Film "Katyn" buatan Polandia yang dibuat pada tahun 2007 dan disutradarai oleh Andrzeja Wajdy. Film yang berlatarbelakang peristiwa Pembantaian Katyn

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/e/e6/Les_mrtvych_v_Katyne.jpg/441px-Les_mrtvych_v_Katyne.jpg
Propaganda Pembantaian katyn, yang di kemudian hari berubah menjadi fakta

 
Czar Nicholas II dan para anggota keluarganya duduk tenang di kursi di sebuah ruangan bawah tanah rumah milik keluarga Ipatiev (seorang pedagang kaya yahudi Rusia). Mereka tengah menunggu untuk difoto sebelum dipindahkan ke tempat tahanan. Selanjutnya muncullah Yakov Yurovsky, seorang kader komunis, yang membacakan beberapa pernyataan di depan Czar dan keluarganya. Kemudian tiba-tiba ia mengeluarkan sepucuk pistol dari pinggangnya dan menembak Czar tepat di wajahnya. Terhenyak oleh kejadian yang tidak terbayangkan, para anggota keluarga Czar kemudian menjerit sementara beberapa pengawal setia Czar yang tersisa berusaha merampas pistol Yurovsky dan sebagian lainnya berusaha menolong Czar. Namun dari berbagai penjuru muncul para kader komunis yang menembakkan berbagai jenis senjata ke arah keluarga Czar dan pengawalnya. Czar dan permaisuri, empat anak perempuannya yang masih remaja serta seorang anak kecil dibantai saat itu juga sebagaimana para pengawal, pembantu, dokter.

Tentu saja tidak ada orang Rusia yang mau membantai rajanya sendiri, demikian bagi orang-orang Rusia yang saat itu terkenal taat dengan agamanya. Tapi tidak demikian halnya dengan orang yahudi yang menaruh kebencian terhadap Czar, yang merupakan simbol bangsa Rusia yang telah menjadi "musuh" kaum Yahudi selama berabad-abad.

Namun fakta-fakta tersebut sengaja ditutup-tutupi. Bahkan Wikipedia sengaja melakukan disinformasi untuk mengelabuhi masyarakat. Pada bab mengenai Yakov Yurovsky Wikipedia (sering diplesetkan menjadi Kikepedia, kike adalah istilah untuk orang yahudi) menulisnya sebagai seorang kristen orthodok. Padahal dari namanya saja, Yakov, sudah menunjukkan bahwa ia adalah orang Yahudi Rusia. Lagipula sebagian buku sejarah jelas-jelas menunjukkan bahwa Yakov adalah orang yahudi.

Puluhan tahun kemudian, kekejaman ala Yahudi-Komunis kembali terulang. Adalah Jenderal Vasili Mikhailovich Blokhin yang menukangi peristiwa Pembantaian Katyn, dimana puluhan ribu perwira dan tentara Polandia dieksekusi. Ia sendiri bahkan melakukan pembantaian dengan tangannya sendiri, dan jumlah korbannya mencapai lebih dari 7.000. Untuk mengelabui pihak penyidikan internasional ia menggunakan pistol buatan Jerman agar bisa menimpakan kesalahan tersebut pada Nazi Jerman.

Dalam aksinya mula-mula Blokhin memerintahkan untuk membawa korban ke ruangan bercat merah untuk dilakukan pengecekan terakhir atas identitas korban. Selanjutnya sang korban didorong ke sebuah ruangan kecil yang tidak jauh letaknya. Ruangan itu kedap suara untuk menyembunyikan suara tembakan serta berlantai miring untuk mengalirkan darah yang tertumpah ke dalam pipa pembuangan. Segera setelah korban memasuki ruangan eksekusi dengan kawalan dua orang pengawal dan tangan terikat, Blokhin muncul dari belakang, mendorong korbannya ke arah dinding dan dua orang pengawal memegangi tangan korbannya. Blokhin kemudian menembak bagian belakang kepala korbannya dengan pistol buatan Jerman. Sebanyak 7.000 kali ia melakukan hal seperti itu dan bersama-sama dengan pembunuh komunis yahudi Uni Soviet lainnya mereka membunuh para perwira dan tentara Polandia. Bahkan seandainya manusia-manusia malang itu diganti dengan domba, Blokhin tetap layak disebut sebagai pembunuh berdarah dingin.

Mayat-mayat korban pembantaian Katyn kemudian dilemparkan ke dalam truk setelah ditusuk bayonet untuk memastikan kematian. Selanjutnya mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam lubang kuburan massal dan dikubur dengan bolduzer. Pada tahun 1959 KGB (dinas rahasia Uni Sovyet) mengeluarkan laporan yang menyebutkan sebanyak 21.857 jiwa menjadi korban pembantaian Katyn. Korban sebenarnya jauh lebih besar lagi.

Ironis dengan apa yang dilakukannya, Blokhin justru mendapatkan promosi dan penghargaan atas apa yang dilakukannya di Katyn. Sebagaimana Blokhin, dua atasan Blokhin di dinas rahasia Sovyet, Genrikh Yagoda dan Nikolai Yezhov adalah Yahudi. Kemudian Lavrenty Beria. Juga Lazar Kaganovich yang bertanggungjawab atas pembunuhan 7 juta rakyat Ukraina melalui bencana kelaparan yang disengaja tahun 1932-1933. Juga trio dedengkot komunis Uni Soviet, Lenin, Stalin dan Trotsky.

Bahkan Uni Soviet sendiri lebih dulu menciptakan kamar untuk tahanan yang dilengkapi dengan gas beracun. Isai D. Berg ilmuwan Yahudi dari Uni Soviet menciptakan mobil van yang dilengkapi dengan kamar yang terdapat gas beracun pada tahun 1937.

Pada tahun 1957 pemerintah Uni Soviet secara resmi mengakui antara 20 hingga 40 juta rakyat Rusia tewas selama Revolusi Bolshevik tahun 1917. Sementara sejarahwan Rusia Alexander Solzhenitzyn mengungkapkan selama kekuasaannya rezim komunis Uni Sovyet telah membunuh 66 juta rakyat Rusia, 11x lebih banyak dari 6 juta orang yahudi yang diklaim telah dibunuh rezim Nazi Jerman. Solzhenitzyn juga mengakui sekitar 60% anggota polisi rahasia KGB adalah Yahudi. Sejarahwan lain berpendapat angka tersebut lebih besar terutama di level pemimpin.

Dalam perkembangannya antara Stalin dan Trotsky terlibat persaingan yang berujung pada pembunuhan Trotsky di Mexico tahun 1940. Fakta ini sering dijadikan alasan untuk menyatakan regim komunis Uni Sovyet tidak dikuasai oleh yahudi karena Trotsky berdarah Yahudi sementara Stalin disembunyikan ke-Yahudi-annya. Yang sebenarnya adalah pertikaian itu murni persaingan antar Yahudi. Stalin dan Trotsky adalah Yahudi. Demikian juga Ramon Mercader, pembunuh profesional yang dikirim Stalin untuk membunuh Trotksy.

Dan inilah yang diakui oleh orang seorang yahudi Israel bernama Steven Plocker yang menulis artikel “Stalin’s Jews” dalam sebuah internet yang tidak mungkin ditemui di History Channel:

…An Israeli student finishes high school without ever hearing the name “Genrikh Yagoda,” the greatest Jewish murderer of the 20th Century, the GPU’s deputy commander and the founder and commander of the NKVD. Yagoda diligently implemented Stalin’s collectivization orders and is responsible for the deaths of at least 10 million people. His Jewish deputies established and managed the Gulag system. After Stalin no longer viewed him favorably, Yagoda was demoted and executed, and was replaced as chief hangman in 1936 by Yezhov, the bloodthirsty dwarf…

…Stalin’s close associates and loyalists included member of the Central Committee and Politburo Lazar Kaganovich. Montefiore characterizes him as the “first Stalinist” and adds that those starving to death in Ukraine, an unparalleled tragedy in the history of human kind…

…Many Jews sold their soul to the devil of the Communist revolution and have blood on their hands for eternity. We’ll mention just one more: Leonid Reichman, head of the NKVD’s special department and the organization’s chief interrogator, who was a particularly cruel sadist…

…Turns out that Jews too, when they become captivated by messianic ideology, can become great murderers, among the greatest known by modern history…

Simpan kuat-kuat memori ini: Komunisme adalah "temuan" dari orang-orang intelek Yahudi yang didukung oleh orang-orang kaya Yahudi demi tujuan menumbangkan kekuasaan pemerintahan Non-Yahudi di seluruh dunia untuk digantikan oleh mereka. Gerakan komunisme diinspirasi oleh pemikiran Yahudi Karl Marx, di Rusia digerakkan oleh trio Yahudi Lenin, Trotsky dan Stalin. Mereka mendapat dukungan dana dari Jacob Schiff, bankir Yahudi Amerika dari bank Kuhn & Loeb, New York (jumlah yahudi penyandang dana sebenarnya lebih banyak, Schiff hanya menjadi penyalur saja). Awalnya Lenin dkk tinggal di London, setelah menerima dana kas dan batangan emas dari Schiff, mereka mencarter kapal ke Swedia bersama 300 Yahudi Komunis Amerika. Selanjutnya mereka berangkat diam-diam dengan kereta api ke Rusia untuk menebarkan agitasi dan provokasi komunis.

Setelah "sukses" menumbangkan Czar Nicholas II di Rusia dan membantai orang-orang katholik Rusia dan Ukraina, mereka menebarkan wabahnya ke seluruh Eropa bahkan dunia. Di setiap tempat mereka menjejakkan kaki, pembunuhan dan pembantai menjadi kebiasaan. Lihat saja pembantaian di Cina, Vietnam, Laos, Kamboja, Kuba, Spanyol dll. Termasuk pembantaian oleh PKI di Indonesia.

Dan berapa juta rakyat Jerman yang menjadi korban kekejian komunis yahudi dan rekan-rekan yahudinya di Amerika dan Inggris paska Perang Dunia II? Komunis Yahudi seperti Ilya Ehrenburg mengerahkan tentara Soviet untuk membunuhi dan memperkosa ribuan rakyat sipil Jerman saat memasuki negeri itu. Komandan Sekutu "Ike" Eisenhower, juga yahudi, memerintahkan pemboman atas kota-kota yang dihuni oleh para pengungsi Jerman seperti Dresden, mengakibatkan 600.000 pengungsi tewas. Tawanan-tawanan perang Jerman ditumpuk di kamp-kamp tawanan tanpa atap dan berlantai tanah. 5 juta rakyat Jerman dibiarkan tewas kelaparan sementara tentara Sekutu mendapatkan ransum yang melimpah dengan larangan keras: memberikan makanan kepada orang Jerman.

Balas dendam yahudi terhadap rakyat Jerman menjadi mudah karena menteri keuangan Amerika berdarah yahudi, Henry Morganthau ditunjuk sebagai ketua program "restorasi" Jerman paska perang.

Catatan : segera setelah mendapat ejekan karena menyembunyikan fakta mengenai latar belakang pembunuh Czar Nicholas II, Yakov Yurovsky, wikipedia segera melakukan perubahan dengan menulis Yakov sebagai seorang yahudi meski tetap berusaha melakukan moderasi.  

0 komentar:

Selasa, 18 Desember 2012

Major Arnulf Abele (1914 - 2000), Sang Pahlawan Dalam Pertempuran di lembah Teralle

Arnulf Abele mengenakan tropenanzug (seragam tropis) sebagai seorang Major di 44.Reichs-Grenadier-Division "Hoch und Deutschmeister", sebuah divisi yang dibentuk tanggal 1 Juni 1943 dan sebelumnya bernama 44. Infanterie-Division. Anggota divisi ini mempunyai keistimewaan untuk mengenakan schulterklappen (tanda pangkat bahu) khusus yang memasang simbol divisinya. Di foto atas ini terpasang pula tanda tangannya


Nama lengkap: Arnulf Abele
Lahir: 8 November 1914 di Nürnberg (Jerman)
Meninggal: 2 Juli 2000 di Hopferau/Füssen (Jerman)
Nomor keanggotaan NSDAP: Tidak ada
Nomor keanggotaan SS: Tidak ada

Auszeichnungen (Medali/Penghargaan)
1939 Eisernes Kreuz 2. Klasse (25 Juli 1940)
1939 Eisernes Kreuz 1. Klasse (22 Januari 1942)
Medaille "Winterschlacht im Osten 1941/42" ( ? )
1939 Verwundetenabzeichen in Schwarz (28 Oktober 1942)
Infanterie-Sturmabzeichen ( ? )
Verdienstorden der Bundesrepublik Deutschland I. Klasse (28 Desember 1972)
Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (12 Februari 1944) sebagai Hauptmann dan Kommandeur I.Bataillon/Reichs-Grenadier-Regiment "Hoch und Deutschmeister"/44.Reichs-Grenadier-Division "Hoch und Deutschmeister", diberikan atas aksinya dalam pertempuran di lembah Teralle dekat Belmonte (Italia) tanggal 27 Januari 1944. Di tanggal itu batalyon pimpinannya tiba di lembah Teralle untuk mengisi lubang yang ditinggalkan oleh garis pertahanan Jerman. Bantuan yang dijanjikan tidak pernah datang. Ketika unitnya diserang oleh pasukan Prancis-Maroko, langsung terjadi pertempuran sengit yang berujung satu lawan satu dalam jarak dekat. Artileri gunung Jerman mampu mencegah si penyerang untuk menambah lebih banyak lagi bala-bantuan. Pertempuran berlangsung begitu serunya, sampai-sampai batu pun ikut digunakan untuk melempar saat granat sudah habis! Akhirnya pihak Jerman berhasil memukul mundur musuh dan menduduki kembali wilayah strategis Colle Abate
Beförderungen (Promosi)
Masuk tentara sebagai seorang Fahnenjunker di Infanterie-Regiment 21
20 April 1937 Leutnant
1 Agustus 1939 Oberleutnant
20 April 1942 Hauptmann
20 April 1944 Major
16 Desember 1955 bergabung dengan Bundeswehr sebagai Major
5 September 1957 Oberstleutnant im Generalstab
23 Desember 1964 Oberst im Generalstab

Einheiten (Unit)
Januari 1936 mengikuti pelatihan Kriegsschule di Potsdam dan di Döberitz
1 Maret 1937 kembali ke Infanterie-Regiment 21
1 April 1937 Zugführer dan Kompanie-Offizier di I.Bataillon/Infanterie-Regiment 21
1 Agustus 1937 Bataillon-Adjudant di Grenz-Infanterie-Bataillon 126/Infanterie-Regiment 118
1 Oktober 1937 dipindahkan ke Generalkommando der Grenztruppen sebagai Ordonnanz-Offizier
1 Januari 1940 Kompanie-Chef Grenz-Infanterie-Bataillon 127
10 Mei 1940 Kompanie-Chef Infanterie-Regiment 208
??? Kompanie-Chef Gebirgsjäger-Regiment 218
17 Februari 1943 Kommandeur I.Bataillon/Grenadier-Regiment 134
1 Juni 1943 Grenadier-Regiment 134 dibentuk ulang menjadi Reichs-Grenadier-Regiment "Hoch und Deutschmeister"
26 September 1944 ditawan oleh Amerika di selatan Castell del Rio (Italia)
15 Oktober 1946 dilepaskan
16 Desember 1955 masuk dinas militer di Bundeswehr
23 Januari 1956 Kommandeur Pionier-Stab di München 1 Juli 1964 Referent di Heeres-Führungsstab
31 Maret 1973 pensiun dari Bundeswehr
Schlachten (Pertempuran yang diikuti)
Pertempuran Prancis (1940)
Unternehmen Barbarossa(1941)
Kampanye di Italia (1943-1945)
Pertempuran San Pietro (1943)
Pertempuran Monte Cassino (1944)


0 komentar:

Minggu, 02 Desember 2012

Pembalasan La Regia Marina Dalam Serangan Ke Alexandria


SLC (Siluro a Lento Corsa), senjata rahasia Italia di Perang Dunia II

File:HMS Valiant-2.jpg
HMS Valiant

File:HMS Queen Elizabeth after the modernisation.jpg
HMS Queen Elizabeth

File:Vincenzo Martellotta Impresa di Alessandria.jpg
Capitano Vincenzo Martellotta, salah seorang penunggang SLC


Setelah mengalami kekalahan atas Inggris dalam Pertempuran Tanjung Matapan (28 Maret 1941), Regia Marina (Angkatan Laut Italia) mulai menyusun rencana pembalasan. Rencana balas dendam ini sebenarnya termasuk bagian dari komando operasi komando elit Decima Flottiglia MAS sejak tahun 1940 sebagai upaya melumpuhkan kekuatan angkatan laut Inggris di pelabuhan Alexandria. Senjata yang akan digunakan ialah senjata khusus yang ujungnya dilengkapi hulu ledak seberat 220 kg. Senjata bawah air ini disebut SLC (Siluro a Lento Corsa).

SLC sendiri adalah torpedo yang membutuhkan penunggang untuk mengendalikannya, dan merupakan senjata rahasia Italia di Perang Dunia II. Torpedo ini memiliki panjang 5,5 m dengan diameter 0,5 m dan digerakkan oleh sebuah motor listrik dengan kecepatan 4 km/jam. Senjata ini mampu menjangkau jarak hingga 16 km. Selain itu, senjata ini juga dapat bergerak hingga di kedalaman 30 m, cukup aman untuk bersembunyi dari pantauan kapal-kapal pengintai.

Satu bulan kemudian Italia mengirimkan kapal selam Gondar yang membawa 3 SLC beserta 6 operator SLC dan 2 cadangan menuju Alexandria. Di antara para operator itu ada Tenente (Letnan) Elios Toschi sang penemu SLC. Tetapi di perjalanan mereka dipergoki kapal perusak Australia HMAS Stuart dan langsung dihujani serangan. Gondar mendapat kerusakan namun masih mampu menyelam. Kesialan tidak berhenti sampai disini. Keesokan harinya ketika harus naik ke permukaan untuk mengisi baterai, Gondar dipergoki pesawat patroli Short Sunderland dan diserang. Spontan Gondar lumpuh.

Menyadari serangan ke Alexandria tidak mungkin dilakukan, Capitano (Kapten) Fransesco Brunetti memerintahkan awaknya untuk meninggalkan Gondar. Khawatir Gondar akan jatuh ke tangan Inggris, ia pun memerintahkan agar menenggelamkan Gondar. Semua awak yang selamat ditawan termasuk Tenente Elios Toschi. Namun ia berhasil melarikan diri  dan mencapai pelabuhan di Goa, India. Setelah repatriasi, ia berhasil pulang ke Italia dan kembali bergabung dengan Regia Marina.

Setelah mempelajari kegagalan-kegagalan yang terjadi, Regia Marina mulai mempelajari dengan seksama gerak-gerik musuhnya. Akhirnya diputuskan kapal-kapal yang akan dijadikan target penyerangan: HMS Furious, HMS Valliant dan HMS Queen Elizabeth (kapal bendera Laksamana Sir Andrew Cunningham).

Pada 3 Desember 1941, operasi dilaksanakan. Dengan menggunakan kapal selam Scirè, mereka membawa diam-diam 3 SLC meninggalkan pangkalan La Spezia. Dalam waktu 6 hari perjalanan mereka di Leros, Yunani. Setiap awak di dalamnya siaga satu, tidak ada seorang pun yang boleh meninggalkan kapal meski untuk sekedar membeli rokok. Demi kerahasiaan operasi, intelijen Italia memberi rumor bahwa kapal selam Scirè mengalami kerusakan yang menyebabkannya harus berlabuh di Leros untuk diperbaiki.

Beberapa hari kemudian, pesawat amfibi yang membawa 10 anggota Regia Marina datang. Mereka lah yang akan menunggangi SLC dalam operasi yang mendapat sebutan Operasi GA-3 ini, yaitu:

1. SLC 221, ditunggangi oleh Capitano Luigi Durand De La Penne dan Tenente Emilio Bianchi. Target mereka adalah HMS Valiant.

2. SLC 222, ditunggangi oleh Capitano Antonio Marceglia dan Tenente Spartaco Schergat dengan target HMS Queen Elizabeth

3. SLC 223, ditunggangi oleh Capitano Vincenzo Martellotta dan Tenente Mario Marino dengan target HMS Furious atau HMS Illustrious.

Malam hari pada tanggal 18 Desember 1941, kapal selam Scirè dibawah komando Capitano Junio Borghese mendekati Alexandria. Setelah situasi dirasa aman, Scirè mulai naik ke permukaan. Sebelum para penunggang SLC berangkat, Il Capitano memberi taklimat. Jika misi berhasil, mereka akan dijemput di Rosetta. Namun jika misi gagal atau dibatalkan, mereka akan dianggap hilang atau tewas.

Kendala muncul saat mereka hampir tiba di Alexandria, yakni jaring baja anti kapal selam. Hal ini yang kurang dicermati oleh intelijen Italia. Sangat tidak mungkin untuk menggergaji jaring baja ini. Akhirnya kesempatan datang ketika pukul 02.30 dini hari tanggal 19 Desember 1941, tiga kapal perusak dan satu kapal pengangkut hendak memasuki Alexandria. Melihat keberuntungan menghampiri mereka, Capitano De La Penne dan kawan-kawan segera mengikuti konvoi itu dari belakang. Setelah berhasil memasuki Alexandria, mereka berpencar mencari sasaran masing-masing.

De La Penne dan Bianchi tidak kesulitan menemukan HMS Valiant. Namun kapal ini juga dilindungi oleh jaring baja anti kapal selam. Mereka pun mencoba mendorong sekuat tenaga. Tetapi saat akan berhasil, SLC mereka menyentuh sisi kapal. Ujung SLC yang bermagnet dan tangan mereka yang mulai membeku membuat SLC sulit ditarik. Bianchi mencoba mencari cara lain, namun peralatan renang miliknya rusak. Ia pun terhempas ke permukaan bagaikan torpedo yang melesat. Kini tinggal De La Penne yang bekerja sendirian. Ia langsung memasang waktu peledak dan meninggalkan HMS Valliant dengan cepat. Bukannya melarikan diri, dengan kesetiaan kawannya ia malah menyertai Bianchi hingga mereka tertangkap.

Marceglia dan Schergant juga berhasil menemukan HMS Queen Elizabeth. Mereka segera memasang waktu peledak dan buru-buru naik ke daratan. Setelah mencabut semua atribut kemiliteran, mereka kemudian mengenakan seragam sipil dan langsung mencari jalan menuju Rosetta. Mereka tertangkap akibat keteledoran intelijen Italia, saat mereka membelanjakan mata uang Inggris yang sudah tidak berlaku.

Nasib sial juga menghampiri Martellotta dan Marino. Mereka tidak menemukan target meski sudah berkeliling mencari target. Belakangan target yang mereka cari sudah meninggalkan Alexandria, 2 hari yang lalu. Setelah bosan berkeliling mereka akhirnya memilih target lain, kapal tanker besar Sargona yang berbobot 7.750 ton milik Norwegia. Tepat di sebelah Sargona ada kapal perusak HMS Jervis. Mereka akhirnya tertangkap juga saat mencapai daratan oleh patroli Inggris yang mulai bersiaga setelah tertangkapnya De La Penne dan Bianchi. Mereka langsung dibawa ke markas intelijen Royal Navy. Keempat manusia katak ini kontan diinterogasi habis-habisan. Namun mereka tetap "tutup mulut".

Sir Andrew pun terbangun dari tidurnya, dan memerintahkan penyelam untuk menyisir seluruh pelabuhan. Namun sia-sia saja karena waktu yang mereka miliki sangat sempit.

Ledakan pertama pun terjadi dari kapal Sargona. Sir Andrew bahkan sampai terpental. HMS Jervis turut mendapat kerusakan parah. Ledakan kedua menyusul dari HMS Queen Elizabeth. Kapal ini bahkan terangkat lima kaki dari permukaan air akibat ledakan dari bawah. Dan yang terakhir ledakan dari HMS Valliant.

Setelah peristiwa itu Italia tidak pernah mengusahakan pembebasan mereka.

0 komentar: