Kamis, 30 Agustus 2012

Rusia Yang Memprovokasi Jerman Untuk Menyerang

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7a/Operation_Barbarossa_6_lines_of_attack_Why_We_Fight_no._5.jpg
Serangan Jerman ke Rusia (dulu Uni Soviet) yang terkenal dengan sebutan Operasi Barbarossa

http://i718.photobucket.com/albums/ww187/mitchaskari/steppesd.jpg
Wehrmacht (Angkatan Bersenjata Jerman era Perang Dunia II) dalam ofensif ke Rusia


Berdasarkan sejarah Perang Dunia II menurut versi BBC, Nat Geo, Wikipedia, dan media mainstream pada umumnya, kita telah diperkenalkan kepada cerita tentang Hitler dan ambisi Lebensraum (ruang hidup)-nya, bahwa Operasi Barbarosa dan seluruh kampanye militer di front timur adalah murni invasi untuk mengeksploitir kekayaan alam Rusia. Tapi benarkah seperti itu kejadiannya?

Pada tanggal 23 Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet sepakat membuat Pakta Perjanjian Non-Agresi untuk tidak saling menyerang. Pakta yang ditanda-tangani oleh menteri luar negeri dari kedua belah pihak, Joachim Von Ribbentrop (Jerman) dan Vyacheslav Molotov (Rusia), juga mengatur agar kedua belah pihak tetap netral dalam situasi apabila salah satu pihak penanda-tangan Pakta diserang dan harus berperang dengan elemen asing. Berdasarkan versi resmi sejarah PDII yang kita kenal, diceritakan bahwa Jerman melanggar Pakta Non-Agresi dengan melancarkan Operasi Barbarosa pada tanggal 21 Juni 1941 untuk menginvasi Rusia dan merampok sumber daya alamnya yang kaya. Apakah benar demikian faktanya?

Artikel Pertama pada Pakta Perjanjian Non-Agresi Jerman-Uni Soviet, berbunyi: “Sehubungan dengan masalah teritorial dan pengaturan politik di daerah Balkan (termasuk diantaranya: Finlandia, Estonia, Latvia dan Lithuania), kedua belah pihak (Jerman dan Uni Soviet) bersama ini sepakat untuk menghormati batas wilayah yang telah ditetapkan, yakni pada batas utara perbatasan negara Lithuania, dimana kedua belah pihak mengakui batas tersebut, dan serta-merta menghormati kedaulatan negara Lithuania sampai dengan daerah Vilna.”

Pada tanggal 12 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan klaim teritorial kepada negara-negara daerah Balkan (termasuk Finlandia), yang merupakan tuntutan aneksasi terbuka terhadap wilayah negara-negara berkedaulatan yang diakui dalam Pakta Non-Agresi. Lalu pada 16 Juni 1940, militer Uni Soviet menduduki wilayah Kaunas dan Vilna, dengan ini secara resmi menganeksasi Lithuania dan melanggar Artikel Pertama Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman.

Pada tanggal 12 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan klaim teritorial kepada negara-negara daerah Balkan (termasuk Finlandia), yang merupakan tuntutan aneksasi terbuka terhadap wilayah negara-negara berkedaulatan yang diakui dalam Pakta Non-Agresi. Lalu pada 16 Juni 1940, militer Uni Soviet menduduki wilayah Kaunas dan Vilna, dengan ini secara resmi menganeksasi Lithuania dan melanggar Artikel Pertama Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman.

Sebuah Artikel lain dari Pakta Perjanjian Non-Agresi Jerman-Uni Soviet, “..sehubungan dengan wilayah selatan Eropa Timur, Pihak Kedua (Uni Soviet) dengan ini menyatakan ketertarikannya atas wilayah Bessarabia, Rumania Timur.”

Pada tanggal 26 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan ultimatum kepada pemerintah negara kedaulatan Rumania untuk menyerahkan wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara. Lalu pada tanggal 10 Juli 1940, militer Uni Soviet menduduki selatan Dardanella dan kawasan delta sungai Danube, sadar tidak hanya ini merupakan pelanggaran lagi terhadap klausul Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman, tapi juga sepenuhnya sadar bahwa manuver militer tersebut secara langsung mengancam stabilitas keamanan dan politik dari daerah yang merupakan salah satu akses utama minyak yang sangat vital bagi Jerman.

Sebuah Jurnal Departemen Angkatan Bersenjata Amerika Serikat no.20-260 tahun 1953 yang berisikan studi dan analisa eskalasi situasi politik dan militer antara Jerman dan Uni Soviet di wilayah Rumania pra-PDII berbunyi, “..banyak bukti-bukti yang menguatkan indikasi niat tidak baik yang ditunjukan Rusia saat memutuskan untuk menganeksasi wilayah-wilayah di negara-negara daerah Balkan, dan menuntut Rumania untuk menyerahkan wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara………Keputusan Hitler (untuk melancarkan Operasi Barbarossa) sedikit banyak dapat dijustifikasi dengan manuver Uni Soviet yang meningkatkan tekanan militer dan politik di wilayah Balkan (termasuk Bulgaria), terutama saat pasukan Rusia menduduki wilayah mulut sungai Danube, yang merupakan jalur utama logistik strategis Jerman.”

Hubungan politik yang telah memburuk akibat aneksasi daerah Balkan, yang secara tidak langsung telah menciptakan ancaman cukup substansial terhadap kemanan jalur suplai Batu Besi (Iron Ore) dari Swedia ke Jerman, menjadi lebih buruk lagi ketika pada tanggal 23 Juni 1940, Moskow melayangkan lagi klaim teritorial (kali ini ke Finlandia), dan menuntut Finlandia untuk menyerahkan wilayah pertambangan Petsamo yang merupakan sumber pengadaan Nikel terutama bagi Jerman. Tekanan militer dan politik yang ditebar Uni Soviet di negara-negara daerah Balkan, memicu bergabungnya Hungaria kedalam aliansi “Axis” bersama Jerman dan Italia pada tanggal 20 November 1940, diikuti oleh Rumania pada tanggal 23 November 1940, lalu Bulgaria yang belakangan ikut bergabung pada tanggal 1 Maret 1940. Ini adalah titik balik krusial dalam hubungan politik Jerman-Uni Soviet, setelah Uni Soviet secara sistematis menebar disharmoni dan kekacauan di negara-negara daerah Balkan dan Rumania yang terang-terangan dilindungi oleh Pakta Non-Agresi, sepenuhnya sadar bahwa tak hanya itu merupakan pelanggaran atas Perjanjian, namun juga merupakan ancaman tidak langsung terhadap kedaulatan negara Jerman.

Sebuah paragraf dari Deklarasi perang Jerman terhadap Uni Soviet berbunyi, “..berdasarkan aktivitas Rusia di wilayah-wilayah Eropa yang berada diluar kedaulatan Jerman, yang mencakup negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik baik dengan Jerman, dan/atau diduduki oleh Jerman. Seperti di Rumania, termasuk seluruh wilayah selatan Eropa Timur (dari Slovakia sampai Bulgaria) telah terang-terangan diklaim sebagai wilayah protektorat Rusia yang akan direalisasikan secepatnya setelah militer Jerman tidak lagi menjadi ancaman.”

Satu-satunya wacana resmi mengenai keuntungan ekonomi dari front timur yang diketahui pernah dibicarakan oleh para petinggi Jerman, adalah dilakukan pada November 1940 ketika Hermann Göring dengan kapasitasnya sebagai Kepala Program Pembangunan Empat Tahunan Jerman (Vierjahrplan) mengadakan rapat dengan Adolf Hitler, dimana dalam rapat tersebut Göring menunjukan kepada Hitler sebuah rekomendasi komprehensif yang dibuat oleh Jendral-Infantri Georg Thomas. Rekomendasi yang penyusunannya dibantu oleh Direktorat Ekonomi Wilayah Timur (Wirtschaftsfuhrungsstab Ost) atau “WiStO”, juga menghadirkan studi komprehensif dan mendetail mengenai aspek strategis ekonomi Rusia termasuk didalamnya: perindustrian, pertambangan, dan infrastruktur, yang diusulkan sebagai sumber potensial untuk pendanaan kampanye militer Jerman pada tahun ketiga di front timur, sebagai antisipasi kemungkinan perang panjang. Rekomendasi ini secara jelas mencanangkan kemungkinan ekploitasi ekonomi Rusia yang sepenuhnya diprioritaskan demi kelangsungan hidup militer Jerman di Rusia, dan hanya bila ada surplus, baru kelebihannya akan dikirim ke Jerman sebagai jarahan perang, dan BUKAN berupa rencana penjarahan sistematis seperti yang diceritakan versi resmi sejarah PDII yang umum kita ketahui.

KESIMPULAN: Operasi Barbarosa sama sekali BUKAN dilatar-belakangi oleh kebutuhan perluasan wilayah Jerman (Lebensraum) yang mendesak, dan sama sekali bukan karena sifat barbarisme bangsa Jerman yang menginginkan penjarahan sistematis terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya. Operasi Barbarosa adalah perang yang dikobarkan Jerman didukung penuh oleh “Koalisi Kapitalisme” (yang terdiri dari konglomerasi Amerika dan kerajaan Inggris) untuk menumbangkan setan komunis yang mengancam bukan saja negara kedaulatan Jerman, tapi juga kedaulatan kerajaan bisnis para raksasa konglomerat dunia.


Sumber:
- "Nazi Conspiracy and Agression Vol. VI" (US Government Printing Office), Seekriegsleitung (SKL) Report C-170
- "Department of Army Pamphlet No. 20-260: The German Campaigns in Balkans" (Washington DC, 1956)
- "Operation Barbarossa: Strategy and Tactics on the Eastern Front, 1941" (Presidio Press), Bryan Fugate

0 komentar:

Minggu, 26 Agustus 2012

Partisan Nasional, Mereka Yang Tetap Bertempur Hingga Perang Usai

Bunker hutan bekas tempat persembunyian Partisan Nasional


Kalau saya bertanya pada anda: unit apakah yang paling fanatik dari Third Reich, yang tetap gigih bertempur melawan Pasukan Sekutu bahkan setelah bertahun-tahun setelah Jerman menyerah kalah? Saya yakin, kebanyakan dari anda pasti menjawab: Leibstandarte! Fallschirmjäger! Gebirgsjäger! Kommando Skorzeny! U-boat! Satpol PP!

Semua jawaban (apalagi yang terakhir) salah. Yang jelas, mereka bahkan bukan orang Jerman melainkan sukarelawan asal Latvia.

Tidak percaya? Inilah kisahnya:

Di akhir Perang Dunia II, sekitar 4.500 orang bekas anggota Divisi ke-19 SS Latvia memilih untuk tidak ikut menyerah bersama rekan-rekan Jerman mereka yang terperangkap oleh pasukan Rusia di Kantong Kurland. Mereka malah kabur ke hutan dan menggalakkan perang gerilya melawan Pasukan Pendudukan Soviet di Latvia yang berlangsung selama bertahun-tahun, dan baru berakhir di tahun 1956! Meskipun sebagian terbesar dari partisan anti-Komunis ini adalah orang-orang Latvia, tapi diduga keras bahwa beberapa tentara Jerman ikut bergabung dan bertempur bersama mereka.

Para gerilyawan ini dikenal oleh penduduk lokal dengan nama Partisan Nasional (untuk membedakan mereka dengan Partisan Soviet yang bertempur melawan Jerman). Secara umum, mereka tidak lagi terikat ketat dengan peraturan unit mereka sebelumnya, Waffen-SS. Perang gerilya membutuhkan pendekatan yang fleksibel dan tidak sekaku perang konvensional. Para Partisan Nasional ini juga kemudian bertambah jumlah anggotanya setelah banyak warga sipil yang ikut bergabung. Pada tahun-tahun awal perang gerilya, kebanyakan dari mereka masih mengenakan seragam SS (yang tergantung pula dari tugas yang dijalani). Ini karena kondisi perang yang membuat mereka harus tetap bersembunyi di hutan tanpa berbaur dengan penduduk setempat sehingga membuat mereka tidak punya kewajiban harus mengenakan pakaian sipil. Diperkirakan sekitar 10.000 orang (pria dan wanita) bergabung dengan para Partisan ini, sementara 20.000 orang lainnya merupakan pendukung aktif yang menyediakan makanan, informasi, perlindungan, dan lain-lain.

Salah satu kisah yang menarik datang dari Ritterkreuzträger (peraih Ritterkreuz) dan mantan SS-Unterscharführer Alfred Riekstins dari SS-Waffen Füsilier Bataillon 19. Dia tewas di pinggir hutan Frauenburg, Latvia, pada tahun 1952. Dia berhasil lolos dari Kantong Kurland dengan menggunakan perahu tanggal 9 Mei 1945, dan mampu mencapai Swedia dimana dia kemudian bertempat tinggal. Pada awal tahun 1950-an dia direkrut oleh badan intelijen Inggris, dan di tahun 1951 menghilang dari rumahnya di Goteborg, untuk menjalani pelatihan di Bavaria. Pada tanggal 30 Agustus 1952 Riekstins diterjunkan dengan menggunakan parasut di Kurland bersama dengan dua orang agen lainnya (salah satu di antaranya tersesat setelah mendarat jauh dari tempat yang telah ditetapkan). Sialnya, mereka kemudian dikhianati oleh agen ganda terkenal Kim Philby sehingga MGB USSR (cikal bakal KGB) langsung melakukan operasi pencarian terhadap mereka. Ketiga orang ini kemudian terkepung tanggal 11 September 1952. kedua orang rekan Riekstins menyerah, sedangkan Riekstins lebih memilih untuk bertempur sampai kehabisan peluru dan membunuh 6-7 orang dari pengepungnya. Dia kemudian bunuh diri dengan menelan kapsul sianida daripada harus menyerah. Sampai saat ini makamnya tidak diketahui, apakah di Frauenbeurg atau mungkin di tempat lain yang berdekatan.

Frauenburg sendiri telah menjadi sasaran utama serangan Tentara Merah dalam pertempuran sengit di akhir tahun 1944 dan awal 1945 dalam usaha mereka untuk merebut jembatan utama Kurland yang dikuasai Jerman. Setelah pasukan inti Jerman menyerah, Riekstins (dia adalah salah satu dari 12 orang peraih Ritterkreuz asal Latvia) tetap melanjutkan perjuangannya, dan gigih keluar-masuk hutan demi memerangi pasukan pendudukan Soviet sampai 14 tahun lamanya setelah penyerahan tanpa syarat Jerman! Ini merupakan perlambang dari sengitnya perlawanan defensif Jerman di Kurland dan determinasi para prajurit yang menjalaninya. Di akhir Perang Dunia II, Heeresgruppe Kurland berhasil bertahan selama delapan bulan lamanya melawan serangan massal yang terus menerus dari musuh yang berkekuatan berkali-kali lipat, dan baru menyerah setelah Jerman sendiri menyerah tanggal 8 Mei 1945! Pita lengan KURLAND, penghargaan terakhir dari jenisnya, diproduksi dan didistribusikan untuk memperingati para prajurit yang berjibaku dalam salah satu pertempuran paling brutal dalam Perang Dunia II, yang sayangnya tidak banyak diketahui dan "tertutup" oleh pertempuran-pertempuran lain semacam Market Garden atau Pertempuran Bulge.

Kembali kepada cerita tentang Partisan Nasional Latvia. Ada beberapa alasan kenapa perlawanan mereka berakhir di tahun 1956. Kemundurannya sendiri dimulai dari sejak tahun 1949 ketika pada tanggal 25 Maret Otoritas Soviet memerintahkan deportasi 41.811 orang Latvia ke Siberia. Mereka berharap bahwa deportasi ini dapat mengurangi jumlah orang-orang yang bergabung dengan Partisan secara signifikan. Dengan hilangnya pendukung utama mereka, para gerilyawan yang bertempur di hutan-hutan menjadi kesulitan untuk bertahan hidup, belum lagi semakin gencarnya patroli dan sweeping yang dilakukan oleh Rusia. Kematian si sadis Stalin pada tanggal 5 Maret 1953 (perhatikan angka uniknya: 5-3-53!) semakin meyakinkan para partisan ini untuk menyerah. Mereka menggunakan istilah ini sebagai "melegalisasi diri".

Pada tanggal 8 Januari 1957, Deputi Komandan KGB di Latvia, Kolonel Velikanov, secara resmi mengumumkan di depan Ketua Dewan Menteri SSR Latvia bahwa di periode musim gugur 1944 s/d Desember 1956, tercatat 2.407 partisan (atau "bandit" seperti yang disebut dalam laporannya) telah terbunuh atau bunuh diri, 4.370 ditangkap dan dihukum, serta 3.973 melegalisasi diri (menyerah).

Kelihatannya angka-angka ini tidaklah besar, tapi bila kita membandingkan proporsinya dengan jumlah penduduk Latvia secara keseluruhan, maka bila ini terjadi di Inggris saat ini berarti 300.000 orang menjadi gerilyawan dan 1.200.000 orang dideportasi.

Sebenarnya, ada pula beberapa kejadian serupa dimana unit-unit tentara Jerman tidak meletakkan senjata setelah penyerahan bulan Mei tahun 1945. Dalam bukunya yang berjudul “Werwolf, The History of the National Socialist Guerilla Movement 1944-46” (University of Toronto Press, ISBN 0-8020-0862-3), Perry Biddiscombe membuat daftar contoh-contoh kejadian serangan terhadap pasukan Sekutu yang terjadi pasca-perang, terutama di Harzgebirge, Silesia (wilayah Oppeln/Gogolin), Bavaria dan Austria. Bahkan beberapa kelompok SS tidak “turun gunung” dari persembunyian mereka di pegunungan sampai dengan akhir tahun 1951, dan bergantung hidup dari sumber daya alam yang ada sekaligus simpati penduduk setempat. Beberapa kali sempat terjadi kontak senjata antara orang-orang yang pantang menyerah ini dengan pasukan pendudukan Sekutu.


0 komentar:

Panzerkampfwagen I, Cikal Bakal Generasi Panzer Nazi Jerman

Panzer I yang kini jadi monumen bersama tank-tank peninggalan masa perang lainnya

Parade Panzer I

Konvoy Panzer I dan infanteri Jerman dalam invasi ke Polandia, September 1939

Artileri yang dipasang di atas sasis Panzer I, digunakan dalam penyerbuan Jerman ke Yunani

Panzer II yang diikuti Panzer I dibelakangnya, bergerak dalam lanjutan invasi Jerman ke negara-negara bawah, Mei 1940

Diagram rencana Panzer I Ausf A


Jika konsep sudah dimiliki tentunya instrumen untuk membuat konsep tersebut terwujud juga harus dilakukan. Pada tahun 1931 ketika Guderian menjadi Kepala Staff Inspeksi Pasukan Bermotor, ia bersama atasannya kala itu, Generalmajor Oswald Lutz, menyadari bahwa di masa yang akan datang perlu diciptakan tank latih ringan untuk melatih para anggota pasukan Divisi Panzer.

Setahun kemudian, spesifikasi dari tank berbobot 5 ton telah dirancang dan dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan seperti Rhein-metall, Krupp, Henschel, MAN dan Daimler Benz. Para perancang beker-ja berdasarkan pengalaman dari kerjasama yang pernah dilakukan dengan perusahaan Swedia, yakni Landsverk dan beberapa proyek rahasia yang dilakukan sembunyi-sembunyi karena keterikatan Jerman dengan Perjanjian Versailles.

Guderian sendiri membayangkan bahwa sebuah korps lapis baja haruslah terdiri dari bermacam-macam tank. Pertama, haruslah ada jenis tank infantri yang lamban. Tank jenis ini dilengkapi dengan kanon kaliber kecil dan beberapa senapan mesin. Sebagai tank infantri, tank tersebut menurut Guderian harus memiliki lapisan baja yang tebal untuk bisa bertahan terhadap serangan senjata anti-tank dan artileri lawan. Kedua, harus juga ada tank pendobrak pertahanan lawan yang selain lapisan bajanya mampu menahan senjata anti-tank lawan juga memiliki kanon dengan diameter 75 mm. Ketiga, Jerman juga membutuhkan tank berat untuk mengalahkan pertahanan musuh. Tank jenis ini dilengkapi dengan kanon 150 mm, beratnya juga antara 70 hingga 100 ton dan relatif dilengkapi baja yang kuat. Oleh karena itu, tank yang pertama kali diciptakan berdasarkan pandangan Guderian adalah PanzerKampfwagen atau disingkat PzKpfw I.
 
Kata "Panzer" sendiri awalnya berasal dari bahasa Prancis, yakni pander yang secara harafiah berarti plat lebar pelindung dada pada baju zirah (breastplate). "Panzer" dalam bahasa Jerman berarti baja dan digunakan sebagai kata benda untuk menjelaskan secara lebih luas ten-tang kendaraan baja. Dalam banyak bahasa, kata tersebut berkembang mengikuti arti dan penggunaannya secara luas dalam bahasa Jerman, misalnya kata "pansarvagn" dalam bahasa Swedia atau "panssarivaunu" dalam bahasa Finlandia, untuk menyebut apa pun yang berkaitan dengan kendaraan lapis baja yang menggunakan track dan bukan roda. Dalam pemahaman bahasa Indonesia, kata 'panser' lebih mengacu pada kendaraan lapis baja yang menggunakan roda, sementara yang menggu¬nakan track lazimnya disebut tank.

Oleh karena itu, pada tahun 1933 Kantor Senjata Angkatan Darat Jerman (Heereswaffenamt) memerintahkan pembuatan Klein-traktor, yakni sebuah kendaraan lapis baja dengan berat 4 hingga 7 ton. Kendaraan tersebut disebutkan sebagai traktor pertanian untuk menyem-bunyikan identitasnya. Dari banyak perusahaan yang mengajukan rancangan, rancangan Krupp-lah yang terpilih kemudian. Rancangan Krupp berbasis kepada rangka tank kecil (tankette) Inggris, yakni Garden Loyd MKIV yang dibeli secara diam-diam dari Rusia tahun 1932. Setelah diuji coba, maka diputuskan bahwa rangka buatan Krupp akan digabung de¬ngan bagian luar dan menara buatan Daimler Benz. Baru setelah lulus uji coba di bulan Februari 1934 rancangan tersebut memasuki produksi dengan nama PanzerKampfwagen (PzKpfw) I Ausfuhrung (Ausf) A, atau diterjemahkan menjadi "Kendaraan Tempur Lapis Baja" (bahasa Inggris: Armored Fighting Vehicle atau AFV) I seri A.

Pada bulan April di tahun yang sama, 15 buah PzKpfw I Ausf A selesai di produksi dan diperlihatkan Guderian kepada Hitler. PzKpfw I Ausf A diproduksi secara massal mulai bulan Juni 1934 hingga Juni 1936. sedangkan Ausf B diproduksi mulai Agustus 1935 hingga Juni 1937. Keduanya berbeda pada suspensi dan mesin namun tetap sama-sama diproduksi oleh Henschel, MAN, Krupp Gruson dan Daimler Benz. Keduanya juga memiliki menara dan rangka luar yang sama, tetapi Ausf B lebih panjang dengan roda tambahan dan mesin yang dimodifikasi. Awaknya pun juga tetap dua orang, yakni pengemudi dan komandan merangkap penembak. Senjata utama PzKpfw I terdiri dari sepasang senapan mesin medium M13 Dreyse dengan kaliber 7,92 mm dengan daya tembak 650 peluru per menit.
 
PzKpfw I memiliki berat 5,4 ton dengan panjang 4,02 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,72 meter. Ketebalan baja yang dimilikinya bervariasi antara 7 hingga 13 mm. Mesin yang digunakan adalah Krupp M305 dengan 4 silinder berpendingin udara serta menggunakan bahan bakar bensin yang dapat menghasilkan tenaga sebesar 60HP. PzKpfw I pernah diujicoba dengan menggunakan diesel tetapi tenaganya hanya bisa mencapai 45HP sehingga tidak jadi digunakan. Suspensi yang digunakan berbentuk tea/spring dengan bentuk seperempat elips. Panser ini memiliki daya jelajah 200km on the rood dan 175 km of the road serta memiliki kecepatan maksimal 50 km/jam di jalanan dan maksimal 37 km/jam di medan yang sulit.

Kembali kepada niat awalnya, PzKpfw I dibuat sebagai tank latih dan bukan sebagai tank tempur. Meski demikian panser ini terlihat di medan tempur Perang Saudara Spanyol 1936-1939, selama Perang Dunia II dan bahkan di Cina selama Perang Sino-Jepang ke-2. Pengalaman yang diperoleh panser tersebut beserta awaknya yang terlibat sebagai sukarelawan selama Perang Saudara Spanyol, juga mempertajam korps lapis baja Jerman ketika menginvasi Polandia tahun 1939 dan Prancis tahun 1940. Bahkan pada tahun 1941, rangka panser tersebut masih dipergunakan kembali untuk memproduksi tank yang berbasis pada model Panzer I dan tetap digunakan terakhir di angkatan bersenjata Spanyol hingga tahun 1954.
 
Versi tempur dari Panzer I dirancang dan diproduksi antara ta-hun 1939 hingga tahun 1942. Salah satunya adalah Ausf C yang dibuat oleh Krauss Maffei dan Daimler Benz sebagai panser intai ringan. Pan-ser jenis ini memiliki rangka dan menara yang berbeda sama sekali. Panser ini juga menggunakan suspensi torsion bar yang modern dan 5 buah roda baja, serta memiliki ketebalan bajayhingga 30 mm. Senjata-nya pun adalah EW141 kaliber 7,92 mm. Ausf C dibuat sebanyak 40 buah dan 6 buah prototipe. Dua di antaranya berada dalam Divisi Panzer ke-1 dan tiga puluh delapan lainnya ditaruh dalam Korps Panzer Cadangan ke-57 selama pendaratan di Normandy oleh Sekutu tahun 1944. Selain Ausf C, ada juga Ausf F yang memiliki ketebalan baja hingga maksimal 80 mm dan memiliki berat 18 hingga 21 ton. Seri ini dibuat sebanyak 30 buah di tahun 1940 meskipun pesanan sebanyak 100 buah kemudian dibatalkan. Untuk meningkatkan performa maka digunakan mesin Maybach HL45 Otto dengan kekuatan 150 HP walau kecepatan maksimal yang diperoleh di jalanan hanya 25 km/jam. Delapan Panzer I seri F yang dipersenjatai oleh 2 buah senapan mesin MG34 kaliber 7,92 mm ini digunakan oleh Divisi Panzer ke-1 pada tahun 1943 dan terlibat pertempuran di Kursk.
 
Sewaktu Perang Saudara di Spanyol pecah tahun 1936-1939, medan pertempuran seolah menjadi ajang uji coba berbagai senjata baru sebelum konflik yang lebih memanas dimulai saat Perang Dunia II. Kaum Republik yang antara lain didukung oleh Uni Soviet berhadapan dengan Kaum Nasionalis Fasis yang didukung Jerman dan Italia. Baik Uni Soviet dan Jerman adalah negara-negara yang memberi dukungan masing-masing kepada pihak yang berseteru. Pengiriman pertama tank asing yang masuk ke Spanyol adalah 50 tank ringan T-26 dari Uni Soviet. Pengiriman ini diawasi oleh angkatan laut Jerman dan dengan segera Jerman memberi reaksi mengirimkan 41 PzKpfw I beberapa hari kemudian. Pengiriman ini diikuti oleh empat pengiriman berikutnya berupa PzKpfw I Ausf B sehingga total mencapai 122 buah panser. Pengiriman pertama tersebut kemudian ditempatkan di bawah Gruppe Thoma pimpinan Oberstleutnant (setingkat letnan kolonel) Ritter von Thoma. Gruppe Thoma adalah bagian dari Legion Condor yang merupakan organisasi sukarelawan Jerman dan berpihak kepada kelompok Nasionalis. Panzer I digunakan beberapa hari kemudian dan segera menghadapi masalah. PzKpfw I ini mampu menghancurkan tank T-26 dari jarak 150 meter dengan menggunakan peluru penembus baja. Hal ini memaksa kaum Republik berhadapan dengan PzKpfw I dari jarak cukup jauh, agar bisa menggunakan meriam 45 mm yang ada di T-26. Meski demikian T-26 secara fisik lebih unggul. Meriam 45 mm dan ketebalan baja 7-16 mm serta bobot 9,4 ton T-26 menjadi lawan yang cukup tangguh bagi Panzer I. Selain itu, PzKpfw I juga harus berhadapan dengan mobil lapis baja BA-10 buatan Uni Soviet yang dipersenjatai meriam anti-tank 37 mm dan bisa menghajar panser secara telak dari jarak 500 meter.

Kaum Nasionalis yang perlahan-lahan menang, mulai menggunakan T-26 sitaan untuk menutupi kelemahan kualitas bajanya. Von Thoma sendiri menawarkan 500 pesetas untuk setiap T-26 yang dapat ditangkap. Pihak Spanyol menginginkan agar PzKpfw I ini dimodifikasi dengan mengganti senjata utamanya dengan meriam anti-tank 20 mm. Modifikasi ini tidak disukai oleh awak Jerman karena menjadi titik lemah bagi posisi komandan panser dengan membuat tingkap menara menjadi lebih terbuka.
 
Dengan pengalaman ini, Jerman mulai mengembangkan panser jenis baru yang menggunakan rangka PzKpfw I dengan menggunakan meriam anti tank 20 mm. Produksi bahkan sudah dimulai sejak tahun 1935 namun tertunda 18 bulan hingga panser yang siap tempur bisa dikirim. Panser baru ini diberi nama PzKpfw II dan terdiri dari Ausf A-C, A-L hingga yang merupakan panser tempur utama Jerman hingga awal invasi ke Prancis hingga tahun 1940-an. Sesudahnya PzKpfw II menjadi panser intai ketika PzKpfw III dan IV mulai muncul.
 
 

0 komentar:

Selasa, 14 Agustus 2012

Leutnant Günter Halm (1922 - ), Penghancur 9 Tank Berumur 19 Tahun

Günter Halm sebagai Gefreiter di Afrika Utara

Lukisan yang memperlihatkan aksi Gefreiter Günter Halm

Penyematan Ritterkreuz secara langsung dari Generalfeldmarschall Erwin Rommel untuk Gefreiter Günter Halm

Günter Halm sebagai Leutnant


 
Günter Halm dilahirkan tanggal 27 Agustus 1922 di sebuah desa kecil bernama Elze, sebagai anak dari Reichsbahnobersekretärs (sekretaris kepala jawatan kereta api nasional). Ketika Perang Dunia II pecah di tahun 1939, Halm sedang magang (maschineschloßer) di sebuah bengkel kendaraan bermotor, yang berhasil dia selesaikan di musim gugur tahun 1941. Di luar profesinya tersebut, minat dia yang sangat besar untuk mengutak-atik mesin motor/mobil berkembang setelah bergabung dengan Klub Bermotor Hitlerjugend 1/79 sebagai leader senior.

Bulan Oktober 1941, Halm mendaftarkan diri secara sukarela di unit bermotor Angkatan Darat (Heer) yang termasuk ke dalam sebuah Panzerjäger Ersatzabteilung (seksi cadangan anti-tank). Tak lama setelah menyelesaikan latihan dasar di akhir bulan April 1942, Halm dikirim ke Afrika sebagai bagian dari Deutsche Afrikakorps (DAK), Pak-Zug (peleton anti-tank), Stabskompanie (staff kompi), Panzergrenadier-Regiment 104, di bawah pimpinan Leutnant Skubovius. Peleton itu sendiri diperlengkapi dengan dua buah senjata anti-tank 7,62cm dengan berat 1400 kilogram yang merupakan hasil rampasan dari pihak Rusia. Halm adalah cannonier senjata pertama yang dikomandani oleh Unteroffizier Jabeck. Biasanya, situasi sulit dapat diatasi apabila sang cannonier dapat membidik targetnya (yang ditunjukkan oleh kepala kru senjata atau komandan peleton). Jauh dari kesan sebagai seorang pemberani atau tukang perang, sebenarnyalah Günter Halm adalah seorang yang pemalu dan senang berasyik-masyuk dengan kesendiriannya. Tapi itu tak menghalanginya dari bakat besarnya sebagai tukang merontokkan tank musuh, karena tanggal 15 Juli 1942 Halm sudah dianugerahi Eiserne Kreuz II klasse setelah memberantakkan 2 buah tank Inggris (yang merupakan korban pertamanya) dalam Pertempuran Bir Hacheim.

Daerah operasi Afrika Utara terutama aktif dalam masa-masa ini. Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang merupakan Oberbefehlshaber Panzerarmee Afrika sedang berada di puncak kesuksesannya, dimana dia kini telah nongkrong di tapal batas Alexandria setelah didudukinya Tobruk tanggal 21 Juni 1942 dan mencapai wilayah El-Alamein. Rommel berusaha untuk maju lebih jauh lagi ke wilayah Mesir. Tapi Inggris tidak membiarkan Rommel untuk berbuat sekenanya, karena Jenderal Sir Claude Auchinlek yang merupakan panglima 8th Army Inggris segera melancarkan serangan balasan kuat yang didukung oleh gabungan pasukan Inggris, Australia, Afrika Selatan dan India. Tujuan utama dari serangan ini adalah front tengah El-Alamein yang dijaga oleh pasukan Jerman dan Italia yang sudah kepayahan karena pertempuran yang tak henti-hentinya. Ini membuat posisi Rommel dalam bahaya besar. Dan memang, terbukti bahwa dalam fase awal pasukan Sekutu berhasil masuk jauh ke dalam posisi Italia. Untuk lebih memperkuat 'tusukannya', jenderal Auchinlek menambahkan Brigade Tank ke-23 yang baru datang dari Inggris ke front pertempuran, bersama dengan Brigade India ke-161. Perintahnya adalah untuk menggulung habis Divisi Panzer Jerman ke-21 di bawah pimpinan Generalmajor Georg von Bismarck. Dalam serangan ini, Inggris mengerahkan lebih dari 100 buah tank Mark II, IV dan Valentine.

Inilah masa dimana seorang prajurit muda berusia 19 tahun bernama Günter Halm memperlihatkan yang terbaik dari dirinya. Selama menderasnya serangan 22nd Armored Brigade Sekutu yang tak henti-henti di perbukitan Ruweisat, Grenadier Halm berhasil menghancurkan 7 buah tank Inggris dengan senjatanya, sementara secara keseluruhan, kompinya yang dipimpin Skubovius meluluhlantakkan 9 tank dan membuat 6 lainnya tidak berfungsi hanya dalam 6 menit. Bahkan setelah dua orang kameradnya terluka parah dihantam serangan yang bergelombang, Halm tetap terus berjuang tanpa kenal lelah dan takut, menghajar setiap tank musuh yang nyelonong masuk ke wilayah 'kekuasaannya'. Di tanggal 22 Juli 1942, sebanyak 146 tank Sekutu tergeletak hancur. Tanggal 27 Juli, tidak kurang dari 1.400 tawanan berhasil dibungkus Jerman. Ketika Rommel melancarkan serangan balasan ke pihak Inggris, tambahan 1.000 orang tawanan Sekutu masuk kantong dan 60 tank Inggris kembali hancur lebur. Setiap tank yang luput dari penghancuran oleh Panzerjäger (Pemburu Tank), maka akan dihancurkan oleh segerombolan Panzer IV Jerman dari Divisi Panzer ke-21, dan Stuka yang menukik dari udara.

Begitu terkesannya Oberst Herbert Ewert (komandan Panzergrenadier-Regiment 104 tempat) atas apa yang telah dilakukan ABG pendiam ini, sehingga pada tanggal 23 Juli 1942 dia menganugerahkan Eiserne Kreuz I klasse kepada Grenadier Günter Halm. Masih belum cukup? Tanggal 7 Agustus 1942, Halm menerima tambahan medali bergengsi Ritterkreuz yang dikalungkan ke lehernya langsung oleh si "Serigala Padang Pasir" sendiri, Erwin Rommel, yang dihadiri oleh para pemimpin pasukan Axis di Afrika kelas kakap : Marsekal Italia Ugo Cavallero, General der Panzertruppe Walther Nehring, komandan lapangan DAK General der Panzertruppe Wilhelm Ritter von Thoma, dan kepala staff Rommel Oberst i.G. Siegfried Westphal (kelak menjadi General der Kavallerie). Bersama ini, naik pula pangkat Halm menjadi Gefreiter. Jangan pula lupakan, dia juga adalah pemegang rekor penerima Ritterkreuz termuda sampai saat itu.

BTW, skor akhir Günter Halm sendiri adalah 9 tank, dan untuk ini dia berhak menyandang status jagoan...

Promosi :
1 Juli 1942 Gefreiter
1 November 1942 Unteroffizier
1 Juli 1943 Fahnenjunker
1 Oktober 1943 Feldwebel
1 November 1943 Oberfähnrich
1 Maret 1944 Leutnant

Karir Militer :
4 Agustus 1941 Panzerjäger-Abteilung Braunschweig
28 Desember 1942 Dak, cannonier, Panzergrenadier-Regiment 104, Divisi Panzer ke-21
Sampai dengan Maret 1943 dirawat di rumah sakit Athena dan Wina setelah terluka parah di Afrika
Agustus 1943 Fallschirmjäger-Lehrgang Wischau- Böhmen-Mähren
Desember 1943-Maret 1944 Oberfähnrichs-Lehrgang Berlin
Maret 1944 Prancis, front invasi : Ord.Offz, I./Pz.Gren.Rgt.192., 21.Pz.Div
24 Agustus 1944 menjadi tawanan perang di Inggris dan Amerika Serikat
Maret 1946 dikeluarkan dari tahanan dan kembali pulang ke kampung halaman


0 komentar:

Senin, 06 Agustus 2012

Deutsche-Arabische Infanteri Bataillon 845, Sukarelawan Arab di Wehrmacht

Panji Freies Arabien yang ditempelkan di lengan

Sukarelawan Arab dengan bendera kebanggan mereka yang bertuliskan kalimat syahadat

Pelatihan Luftwaffe untuk unit terjun payung (Fallschirmjäger) dari Deutsch-Arabische Legion (Sonderverband 287) yang merupakan bagian dari dari Deutsch-Arabische Infanterie-Bataillon 845 tahun 1943 di Mediterania. Dalam foto ini tiga orang prajurit Arab (dua di antaranya dilengkapi dengan MP 40) sedang mencoba motor tandem

Pembagian stielhandgranaten untuk para anggota Legion Freies Arabien di pinggir jalan kereta api di Yunani, 23 September 1943


Ketika Perang Dunia II berkobar, sejumlah tokoh nasionalis Arab berpaling pada Nazi Jerman untuk memperoleh bantuan guna membebaskan negeri mereka dari kekuasaan Inggris serta mencegah pembentukan sebuah negara Yahudi di Palestina. Demi mencapai cita-citanya itu, mereka juga meminta bantuan Hitler untuk membentuk dan mempersenjatai sebuah tentara pembebasan Arab yang akan berjuang bersama-sama pasukan Poros.

Tokoh Arab yang memiliki peranan besar dalam pembentukan formasi-formasi militer Arab yang bertempur di bawah komando kaum Nazi adalah Mufti Besar Yerusalem, Amin al-Husayni (Huseini). Pada tahun 1942, beberapa bulan setelah kedatangannya di Jerman, dengan seizin Hitler dia mulai membentuk apa yang dinamakannya sebagai Al-Mufraza al-Arabia al-Hura. Anggotanya direkrut dari antara para pelajar Arab yang berada di Jerman, para tawanan perang Arab yang ditangkap saat bertugas dengan tentara Sekutu, dan para pelarian yang mengikutinya ke Jerman. Mereka mengenakan seragam standar Wehrmacht yang disulam dengan panji bertuliskan "Freies Arabien" (Arab Merdeka).

Legiun Arab ini dihimpun di bawah komando Deutsche-Arabische Lehrabteilung. Sebagian di antara mereka dikirimkan ke Rusia Selatan untuk membantu Hitler merebut ladang-ladang minyak Irak melalui Kaukasus. Yang lainnya ditugaskan di bawah Generalfeldmarschall Erwin Rommel yang memimpin Afrikakorps untuk merebut Timur Tengah lewat Mesir. Mereka terlibat pertempuran sengit dengan Tentara Merah Soviet maupun Inggris, menderita korban besar, dan gagal memenuhi ambisi Sang Mufti untuk menjadi pasukan pelopor pembebasan bangsa Arab dari tangan tirani asing.

Pembentukan Batalyon 845
Pada bulan Mei 1943, setelah kekalahan pihak Poros di Tunisia dan penarikan tentara Jerman dari Kaukasus, OKW memerintahkan agar sisa-sisa sukarelawan Arab dari Deutsche-Arabische Lehrabteilung, yang sebagian besar terdiri atas orang Maroko, dihimpun ke dalam sebuah unit baru: Deutsche-Arabische Infanterie Bataillon 845.

Kader batalyon tersebut disusun di kamp pelatihan Döllersheim yang berada di utara Linz, Austria. Pada awalnya, batalyon Arab itu terdiri atas empat kompi. Sekalipun dibentuk sebagai sebuah batalyon infanteri, tetapi salah satu kompinya merupakan sebuah unit pasukan payung! Batalyon itu sendiri terutama dilatih dalam taktik-taktik perang gerilya.

Pada bulan November 1943, setelah menyelesaikan pelatihannya, batalyon Arab tersebut dikirimkan ke Yunani. Tugas awal mereka adalah menjaga jalur kereta api yang vital di sebelah utara Salonika. Batalyon itu berada di daerah di dekat Laut Aegea ini hingga musim semi 1944, dimana mereka kemudian dipindahkan ke Pelopennesus. Disana mereka ditugaskan sebagai satuan pengamanan di bawah komando Divisi Perbentengan Jerman ke-41.

Masalah
Di antara unit-unit Jerman yang bertugas di Yunani terdapat sebuah kesatuan yang ganjil. Di antaranya adalah unit-unit hukuman Angkatan Darat. Banyak di antara anggotanya adalah bekas tahanan politik yang anti-Nazi, yang direkrut karena mesin perang Jerman kekurangan sumber daya manusia untuk mempertahankan dan menjaga wilayah kekuasaannya yang sebegitu luas. Akibatnya, kesetiaan mereka terhadap Hitler sangat diragukan, dan malahan banyak yang membelot ke pihak gerilyawan Yunani.

Sebagai unit pengamanan, Batalyon 845 kadang kala bertugas dengan para prajurit hukuman tersebut. Karena itu, tidaklah mengherankan jika pengaruh buruk para prajurit anti-Nazi itu tersebar pula di kalangan para prajurit Arab. Bahkan terdapat beberapa kasus desersi dalam Batalyon 845. Misalnya, kasus tiga orang prajurit Arab yang melakukan desersi dengan membawa senjata mereka pada bulan November 1943.

Demoralisasi juga melanda para prajurit Arab. Hauptmann von Voss, komandan kompi ke-1 batalyon tersebut, menceritakan beberapa kasus menarik mengenai mentalitas orang-orang Arab itu.

Kisah pertama berhubungan dengan seorang prajurit bernama Ali ben Mohammed. Pada suatu hari, dia mendatangi perwira medis dan meminta agar dirumahsakitkan. Namun setelah diperiksa, si perwira menemukan bahwa Ali benar-benar sehat!

"Mengapa kamu ingin dirumahsakitkan?" tanya perwira itu heran, "kamu kan tidak sakit?"

"Yang lain dirawat di rumah sakit. Kenapa aku tidak bisa?" tukas Ali.

"Kamu sehat, jadi kamu tidak boleh dirumahsakitkan!" bentak si perwira.

Ali berbalik ke arah pintu, yang mempunyai sebuah panel kaca. Dia kemudian membenturkan kepalanya ke panel itu. Berlumuran darah dan dengan pecahan kaca menancap di kulit kepalanya, dia mendatangi perwira medis itu lagi dan berkata, "sekarang saya sudah sakit, bukan?"

Pada kesempatan lainnya dalam suatu latihan, seorang prajurit bernama Mahmood tiba-tiba melemparkan senapannya dan merebahkan tubuh di tanah.

"Ich nicht soldat (saya bukan prajurit)!" jeritnya.

Salah seorang rekannya, yang merasa malu dengan kelakuan Mahmood, mencabut bayonetnya dan menyayat kepalanya sendiri sebanyak lima atau enam kali hingga membuat tulang di bawah kulit kepalanya terlihat!

Sikap menjunjung tinggi kehormatan diri dalam budaya Arab sendiri menimbulkan sejumlah masalah serius di dalam batalyon itu. Pada suatu hari, dua orang Arab mengejek seorang prajurit karena kecenderungan homoseksualnya. Pada malam harinya, prajurit yang diejek itu mengambil senapannya, menempelkannya di belakang telinga salah seorang pengejeknya, dan menarik picunya.

Efektifitas Tempur
Selama bertugas di kawasan pegunungan Helicon di Yunani Selatan, Batalyon 845 membuktikan kemampuannya dalam memerangi gerilyawan ELAS Yunani yang berhaluan Komunis. Berkat pelatihan dan naluri alaminya, para prajurit Arab dengan mudah menyesuaikan diri untuk menghadapi berbagai taktik para gerilyawan. Mereka juga berhasil menangkap beberapa agen Sekutu yang dikirimkan untuk membantu gerilyawan Yunani.

Keberanian para prajurit Arab dalam menantang maut serta menahan rasa sakit juga mengundang rasa kagum dari atasan Jerman mereka. Sekalipun demikian, Hauptmann von Voss juga mengkritik anak buahnya karena kecenderungan mereka untuk menjarah dan memperkosa, terutama selama pertempuran di Kyriaki.

Efektifitas Batalyon 845 membuat komando Jerman berencana untuk meningkatkan kekuatannya. Para sukarelawan tambahan, yang terdiri atas orang-orang Arab yang tinggal di Eropa dan sejumlah tawanan perang Sekutu, dikumpulkan di Zwetll, Cekoslowakia, pada awal September 1944. Namun rencana untuk membentuk sebuah unit baru yang akan ditempatkan pada batalyon tersebut tidak pernah terwujud karena arah peperangan yang semakin merugikan Jerman.

Kekalahan
Menjelang akhir musim panas tahun 1944, pasukan Jerman di Yunani terancam terpotong oleh serangan besar-besaran Tentara Merah yang telah menaklukkan Bulgaria dan Rumania serta sedang bergerak maju memasuki Yugoslavia dan Hungaria. Untuk menghindari bencana itu, pada bulan Oktober 1944 pasukan Jerman mulai menarik diri dari Yunani selatan menuju Yugoslavia. Batalyon 845 sendiri bertugas melindungi penarikan mundur tersebut.

Batalyon 845 mengundurkan diri melalui rute Larissa di Yunani, Bitolj, dan Skoplje di Makedonia, lalu Kraljevo dan Uzice di Serbia. Mereka sempat terlibat pertempuran sengit dengan kaum partisan Yugoslavia untuk memperebutkan Bukit 734 di Uzice. Pada bulan Februari 1945, akhirnya mereka tiba di Sarajevo, Bosnia Herzegovina. Setelah beristirahat dan direorganisasi, batalyon Arab itu ditugaskan di kawasan antara sungai Sava dan Danube.

Pada bulan Maret dan April 1945, batalyon Arab itu beroperasi di sebelah tenggara Vinkovci di Srem. Pada akhir bulan April mereka ditarik mundur ke Vukovar, sebelum akhirnya ditempatkan di sebelah barat Zagreb, Kroasia. Di tempat itulah riwayat batalyon Arab tersebut berakhir. Mereka menyerah kepada kaum Partisan, yang menempatkan orang-orang Arab itu di sebuah kamp tawanan khusus hingga mereka dibebaskan satu tahun kemudian.


0 komentar: