Selasa, 15 Januari 2013

Tabun, Senjata Rahasia Yang Sangat Mematikan Yang Tidak Digunakan Hitler

Ilustrasi tentara Jerman era Perang Dunia I yang mengenakan topeng gas


Jika saja Jerman benar-benar menggunakan senjata yang sangat mematikan ini, maka tidak akan dapat dibayangkan seberapa mengerikannya perang demi perang di masa yang akan datang.

TABUN. Sebuah senyawa kimia yang jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau buah, namun amat-sangat beracun ini adalah hasil penelitian "tidak sengaja" oleh seorang Ilmuwan Jermanbernama Gerhard Schrader pada bulan Januari 1936.

Pada awalnya Gerhard melakukan riset untuk mengembangkan insektisida (obat anti hama/serangga) kepada perusahaan IG Farben. Insektisida yang fungsinya melumpuhkan sistem syaraf serangga itu ternyata juga mampu menghancurkan sistem syaraf manusia dalam sekejap.

Sebagaimana peraturan di Jerman kala itu, semua hasil riset yang memiliki potensi militer agar diserahkan kepada pemerintah. Perwakilan dari IG Farben pun dipanggil menghadap ke Berlin untuk menunjukkan efektivitas Tabun dalam bidang militer. Akhirnya, riset dan produksi Tabun untuk menjadi senjata kimia pun dilakukan besar-besaran.

Sebagaimana senjata "ajaib" dalam perang, proyek Tabun ini benar-benar dirahasiakan keberadaannya sehingga negara-negara Sekutu pun tidak mengetahui secuil pun tentang Tabun apa lagi bagaimana mempersiapkan diri dan counter-attack terhadap senjata kimia ini.

Kedahsyatan TABUN sebagai senjata kimia sudah tidak diragukan lagi. Satu tetes kecilnya, jika tersentuh oleh kulit manusia, maka dapat dipastikan orang itu akan mati dalam 6 menit kedepan.

Bayangkan jika senjata ini digunakan dalam Perang global, di mana terdapat ratusan ribu tentara dalam satu front pertempuran, padahal Jerman kala itu (medio 1943) sudah mampu memproduksi 12000 ton TABUN.

Keefektifan TABUN sebagai senjata pemusnah massal pun jauh melebihi Bom Nuklir yang gemar dibahas oleh negara Sekutu kala itu. Bom nuklir memang memiliki efek destruktif yang sangat besar, namun dengan efek kehancuran yang besar itu juga terjadi collateral damage yang besar pula, antara lain efek radioaktif nuklir berpuluh-puluh tahun yang menimbulkan penyakit genetik, kehancuran lingkungan dan bangunan perkotaan.

Berbeda dengan TABUN yang hanya membunuh manusia (dan serangga), sehingga penggunaannya sangat efektif dan spesifik. Apalagi TABUN adalah senyawa yang sangat mudah menguap dan terurai di udara sehingga tidak terjadi efek buruk lingkungan setelah serangan dilakukan.

Seiring berjalannya waktu, Jerman semakin terdesak dan kalah dalam pertempuran-pertempuran Perang Dunia II.

Hancurnya pabrik industri dan militer oleh pesawat pengebom milik Sekutu, kalahnya industri, sumber daya alam, dan jumlah sumber daya manusia Jerman dibandingkan Amerika dan Soviet, serta bobroknya birokrasi internal pemerintahan Nazi saat itu, hingga pengkhianatan di kalangan angkatan bersenjata, mengakibatkan Hitler semakin tersudut dalam perang.

Selain itu, negara-negara Sekutu juga gencar melakukan serangan pemusnah massal berupa pengeboman besar-besaran ke wilayah penduduk yang mengakibatkan jutaan masyarakat sipil meninggal, dan puluhan juta lainnya kehilangan rumah mereka.

Bahkan tidak jarang pasukan pengebom Sekutu menggunakan bom incendiary yakni bom api yang mampu membakar habis-habisan seluruh kota dalam badai api. Pemboman massal seperti ini justru memiliki efek yang jauh lebih dahsyat daripada penggunaan bom atom/nuklir.

Jika bom atom kala itu hanya efektif untuk sebuah kota yang terdiri dari bangunan semi permanen (kota-kota di Jepang misal Hiroshima & Nagasaki), maka hujan bom incendiary mampu membakar habis kota modern permanen gaya Eropa seperti Dresden, Hamburg, Aachen, dan Berlin.

Namun di tengah keterpurukan ini, Hitler justru tidak mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal TABUN untuk menyelematkan negaranya dari agresi militer sekutu yang semakin merangsek masuk ke jantung Jerman.

Perlu diingat bahwa saat itu Sekutu sama sekali tidak mengetahui perihal TABUN dan bagaimana cara mengatasinya, juga bahwa bom nuklir belum ditemukan oleh ilmuwan Amerika saat itu, sehingga Jerman adalah satu-satunya negara yang memiliki senjata pemusnah massal paling efektif.

Jika Hitler mau menggunakan TABUN, maka bukan tidak mungkin perang akan dimenangkan oleh Jerman.

Mengapa Hitler tidak menggunakan tabun?

Sebagaimana kita ketahui bahwa pribadi Hitler adalah pribadi yang sangat kompleks, orang-orang terdekatnya pun tidak mengetahui secara pasti bagaimana karakter asli Adolf Hitler. Beberapa kalangan menganggap bahwa trauma masa lalu Hitler dalam Perang Dunia I, di mana ia pernah menjadi korban dalam serangan gas beracun (mustard gas) menjadi alasan utama ia untuk tidak menggunakan TABUN.

Namun kita juga harus mengetahui bahwa Adolf Hitler adalah seorang yang menjunjung tinggi fair-play dalam peperangan, bahkan mendekati kekolotan.

Dalam pertempuran Berlin (Battle of Berlin), tank-tank Soviet sengaja memasang bendera Nazi untuk mengelabui pesawat Stuka Jerman, dan Hitler dengan keras melarang pasukannya untuk melanggar peraturan bendera.

Begitu pula ketika kota-kota besar Jerman mulai dilanda badai ribuan pesawat pengebom Inggris dan Amerika, meluluhlantakkan pemukiman penduduk. Hitler enggan melakukan serangan balasan serupa hingga situasi benar-benar parah dan akhirnya ia hanya melancarkan serangan rudal (flying bombs) V-1 ke London.

Hitler juga satu-satunya pemimpin negara berperang saat itu yang sangat menolak untuk membunuh petinggi negara lain secara sembunyi-sembunyi (assassination).

Kemungkinan utama Hitler menolak penggunaan TABUN adalah dia masih menjunjung tinggi konvensi Geneva sebagai peraturan perang internasional.

Penggunaan TABUN oleh Hitler dimungkinkan dalam dua hal yakni penggunaan strategis dan penggunaan taktis.

Penggunaan strategis sebagaimana sekutu menggunakan armada ribuan pesawat bomber-nya untuk menghancurkan kota-kota Jerman dan Jepang, maka Hitler dapat pula meluncurkan bom-bom TABUN baik melalui pesawat bomber maupun langsung melalui missile V-1 yang bercokol di Prancis menuju sasaran-sasaran padat penduduk di Inggris maupun Soviet, bahkan Amerika.

Efeknya tentu sangat dahsyat, selain menghancurkan kapabilitas Sekutu di bidang sumber daya manusia, TABUN juga mampu menghancurkan moral rakyat yang tahu bahwa efek TABUN sangat mematikan dan pasti mati.

Penggunaan yang jauh lebih praktis namun mampu menyelamatkan Jerman dari kekalahan perang tentu saja penggunaan taktis di medan tempur. Ketersediaan TABUN pada medio 1943 berarti Jerman seharusnya telah mampu menyelematkan dirinya dari kekalahan-kekalahan telak seperti di Kursk (1943), Bagration (1944), Korsun-Cherkassy (1944), Budapest (1945), hingga Battle of Berlin (1945).

Bahkan pendaratan Sekutu barat yang terkenal, yakni Operation Overlord (D-Day, 6 Juni 1944), dapat dengan mudah digagalkan Hitler dengan meluncurkan missile V-1 yang mengandung TABUN ke arah konsentrasi pasukan sekutu di pantai Normandia, mengingat roket V-1 adalah satu-satunya metode pengiriman bom yang dapat menghindari superioritas udara pasukan sekutu.

Jika pasukan sekutu telah kalah telak dalam Operation Overlord, maka akibat politiknya adalah pengunduran diri Presiden Roosevelt, Dwight D. Eisenhower, dan bahkan hancurnya aliansi Amerika-Inggris (kita ketahui bahwa Overlord adalah "ide" dari Amerika, sedangkan Inggris lebih memilih invasi di daerah Mediterania). Ini dapat menyebabkan masyarakat Amerika, Inggris, dan Kanada mengalami kehancuran moral untuk mendukung perang.


0 komentar:

Jumat, 11 Januari 2013

Volkssturm, Milisi Nasional Jerman di Akhir Perang Dunia II

File:Bundesarchiv Bild 146-1971-033-15, Vorbeimarsch des Volkssturms an Goebbels, Berlin.jpg
Barisan Volkssturm, November 1944

File:Bundesarchiv Bild 183-J28787, Volkssturmbataillon an der Oder.jpg
Para anggota Volkssturm yang mempertahankan daerah Sungai Oder, Februari 1945

File:Bundesarchiv Bild 183-J31391, Berlin, Volkssturm, Ausbildung.jpg
Seorang anggota Volkssturm tengah berlatih menggunakan Panzerfaust

File:Volkssturm armband.svg
Ban lengan Volkssturm


Volkssturm adalah milisi nasional Jerman yang didirikan beberapa bulan sebelum Perang Dunia II berakhir. Volkssturm tidak didirikan Wehrmacht, melainkan didirikan oleh Partai Nazi sendiri atas perintah Adolf Hitler pada 18 Oktober 1944. Anggotanya diambil dari laki-laki dengan usia antara 16 hingga 30 tahun.

Volkssturm sendiri terinspirasi dari Prussia Landsturm di periode 1813-1815 yang berjuang menghadapi pasukan Napoleon, sebagai pasukan gerilya. Rencana untuk membentuk milisi Landsturm di Jerman Timur sebagai upaya terakhir meningkatkan kekuatan pertempuran awalnya berasal dari kepala Obberkommando der Heeres, Jenderal Heinz Guderian pada tahun 1944.

Karena Wehrmacht kekurangan tenaga untuk menahan serbuan Uni Soviet, laki-laki dalam pekerjaan yang sebelumnya dipandang tidak perlu atau dianggap tidak layak sekarang dipanggil di bawah komando militer. Sebenarnya Volkssturm sudah ada, di atas kertas, sejak sekitar tahun 1925, namun itu hanya setelah Hitler memerintahkan Martin Bormann untuk merekrut 6 juta orang untuk milisi. Kekuatan yang terdiri dari 6 juta orang ini tidak pernah terlaksana.

Goebbels dan propagandis lainnya menggambarkan Volkssturm sebagai ledakan antusiasme dan siap bertempur. Hal ini menimbulkan sedikit moral namun dirusak oleh mereka terlihat dari kurangnya seragam dan persenjataan untuk bertempur.

Dalam rangka agar unit-unit milisi ini menjadi efektif, Hitler dan Bormann menghitung tidak hanya dari kekuatan dalam jumlah, namun juga dari fanatisme. Selama tahap awal pembentukan Volkssturm, menjadi jelas bahwa jika unit milisi tidak memiliki moral mereka akan kekurangan efektivitas tempur. Untuk mencapai pertimbangan fanatisme, Volkssturm ditempatkan langsung di bawah Partai Nazi (dengan Gauleiter dan Kreisleiter lokal). Volkssturm juga menjadi organisasi nasional, dengan Heinrich Himmler sebagai Komandan Penggantian Angkatan Darat, yang bertanggung jawab untuk pelatihan dan persenjataan. Meski ditempatkan di bawah kendali partai, Volkssturm ditempatkan di bawah komando Wehrmacht saat terlibat dalam pertempuran.

Dengan Partai Nazi sebagai penanggung jawab penyelenggaraan Volkssturm, masing-masing Gauleiter dan Pemimpin Distrik Partai Nazi, dibebankan dengan kepemimpinan, pendaftaran dan organisasi Volkssturm di daerah mereka.

Unit dasarnya adalah satu batalion dengan jumlah anggota 642 orang. Unit-unit Volkksturm nyaris semuanya dari anggota Hitlerjugend, orang cacat, orang tua, atau orang-orang yang sebelumnya telah dianggap tidak layak untuk dinas militer.

Anggota Volkssturm mudah dikenali dari ban lengan dengan kata-kata "Deutscher Volkssturm Wehrmacht" yang terikat pada lengan, dengan serangkaian pips perak untuk kerah yang dipasangkan pada kerah seragam si pemakai. Meskipun pemerintah Jerman sudah mengeluarkan seragam resmi abu-abu atau kamuflase untuk para anggota Volkssturm, namun tidak dapat diberikan pada semua anggota. Maka banyak juga anggota Volkssturm yang mengenakan seragam paramiliter darurat atau seragam pekerjaan sipil mereka.

Adapun dalam kepangkatan Volkssturm dapat dibagi menjadi urutan pangkat dari yang tertinggi hingga yang terendah sebagai berikut:

1. Bataillonsführer (Mayor, dengan empat pip perak di kerah)
2. Kompanieführer (Kapten, dengan tiga pip perak di kerah)
3. Zugführer (Letnan, dengan dua pip perak di kerah)
4. Gruppenführer (Kopral, dengan satu pip perak di kerah)
5. Volkssturmann (Prajurit, tanpa pip perak di kerah)

0 komentar:

Selasa, 01 Januari 2013

Blaue Division, Sukarelawan Spanyol Dalam Tubuh Wehrmacht

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Blue_division.svg/1000px-Blue_division.svg.png
Gambar perisai yang dijahitkan di lengan kanan atas pada seragam abu-abu Blaue Division, dengan warna nasional Spanyol

http://worldwartwozone.com/gallery.old/500/medium/IMG_000120.jpg
Sebuah foto dari Blaue Division yang diberi pewarnaan

http://media.desura.com/images/members/1/442/441777/darte2.jpg
Sebuah lukisan yang menggambarkan aksi Blaue Division dalam pertempuran

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/c/c4/Agustin_Munoz_Grandes.jpg
Jenderal Agustín Muñoz Grandes

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/6/6f/Emilio_Esteban_Infantes.JPG
Jenderal Emilio Esteban Infantes


Blaue Division (Inggris: Blue Division, Indonesia: Divisi Biru) adalah unit sukarelawan Spanyol yang bertugas dalam tubuh Wehrmacht pada Front Timur di saat Perang Dunia II berlangsung. Nama resmi divisi ini adalah División Española de Voluntarios oleh Spanyol dan 250. Infanterie-Division oleh Wehrmacht.

Meskipun Field Marshall (Generalisimo) Fransisco Franco tidak ikut berperang bersama Nazi Jerman, ia memperbolehkan para relawan untuk bergabung dengan Wehrmacht, bertempur di Front Timur melawan Uni Soviet, bukan untuk bertempur melawan Sekutu di Front Barat. Dengan demikian ia mampu menjaga perdamaian dengan Sekutu di Barat sementara ia juga dapat membalas jasa Hitler atas dukungannya selama Perang Saudara Spanyol. Menteri Luar Negeri Spanyol Ramon Serrano Suner membuat usulan untuk mengangkat korps sukarelawan, dan pada saat Operasi Barbarossa dimulai, Franco mengirimkan tawaran resmi untuk Hitler.

Hitler menyetujui penggunaan relawan Spanyol pada tanggal 24 Juni 1941. Para relawan berbondong-bondong mendatangi ke kantor perekrutan di seluruh Spanyol. Awalnya Spanyol siap mengirimkan sekitar 4.000 anggota sukarelawan, namun segera menyadari bahwa lebih dari cukup para relawan yang siap mengisi divisi: 18.104 laki-laki semua, dengan 2.612 perwira dan 15.492 tentara.

Sebanyak 50% dari para relawan adalah tentara profesional, banyak dari mereka para veteran Perang Saudara Spanyol. Ada lagi dari anggota Falange (Partai Fasis Spanyol). Yang lainnya, dengan tekanan karena hubungan masa lalu dengan Republik atau untuk membantu keluarga mereka di penjara-penjara Franco.

Jenderal Agustín Muñoz Grandes ditugaskan untuk memimpin para relawan. Karena tidak bisa menggunakan seragam resmi tentara Spanyol, mereka mengadopsi seragam simbolik yang terdiri dari baret merah Carlists, celana khaki yang digunakan dalam Legiun Spanyol, dan kemeja biru Falangis (karena itulah divisi ini dinamakan Divisi Biru). Seragam ini hanya digunakan pada saat cuti. Sementara untuk tugas di lapangan, mereka mengenakan seragam Wehrmacht Heer abu-abu dengan jahitan gambar perisai di lengan kanan atas bantalan kata "España" dan warna nasional Spanyol.

Pada tanggal 13 Juli 1941 kereta pertama meninggalkan Madrid ke Grafenwohr, Bavaria untuk pelatihan selama lima minggu. Disana mereka menjadi 250. Infanterie-Division Heer, dan awalnya dibagi menjadi empat resimen infanteri, seperti dalam standar Divisi Spanyol. Untuk membantu integrasi mereka ke dalam sistem pasokan Jerman, mereka segera mengadopsi model Heer, tiga resimen. Setiap resimen memiliki tiga batalyon dan dua kompi bersenjata. Sementara Relawan Aviator membentuk Skuadron Biru (Escuadrillas Azules) dengan menggunakan pesawat tempur Messerschmitt Bf-109 dan Focke Wulf Fw-190, dengan hasil akhir telah berhasil merontokkan 156 pesawat tempur Uni Soviet.

Kemudian di tanggal 31 Juli setelah pengambilan sumpah standar untuk Hitler, di bawah wewenang mereka untuk berjuang, Blaue Division secara resmi dimasukkan ke dalam Wehrmacht sebagai Divisi Ke-250. Pada awalnya ditetapkan ke Pusat Grup Angkatan Darat, pasukan bergerak menuju Moskow. Divisi ini diangkut dengan kereta api ke Suwalki, Polandia (28 Agustus), dari tempat itu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sepanjang 900 km melalui Grodno (Belarus), Lida (Belarus), Vilnius (Lithuania), Molodechno (Belarus), Minsk (Belarus), Orsha (Belarus) ke Smolensk, dan dari sana ke Moskow. Sementara berbaris ke arah depan Smolensk tanggal 26 September, para relawan Spanyol yang dialihkan dari Vitebsk dipindahkan ke Grup Tentara Utara menjadi bagian Angkatan Darat Ke-16 Jerman.

Blaue Division pertama kali ditempatkan di depan sungai Vokhov, dengan kantor pusatnya di Grigorovo, di pinggiran Novgorod. Mereka bertugas di bagian kilometer 50 dari Utara dan Selatan depan Novgorod, di sepanjang tepi Sungai Vokhov dan Danau Ilmen. Menurut kurator museum di gereja Spasa Preobrazheniya, Blaue Division menggunakan kubahnya sebagai tempat para penembak senapan mesin. Akibatnya, banyak bangunan yang rusak parah, termasuk banyak dari ikon abad pertengahan Feofan The Greek.

Pada bulan Agustus 1942, Blaue Division dipindahkan ke sisi Tenggara dari Pengepungan Leningrad, hanya di selatan dari Neva dekat Pushkin, Kolpino dan Krasny Bor di daerah Sungai Izhora.

Blaue Division yang menghadapi Red Army Soviet mencoba untuk mematahkan Pengepungan Leningrad pada bulan Februari 1943, dimana Tentara Uni Soviet Ke-55 yang memperkuat diri kembali setelah kemenangan epik di Stalingrad, menyerang posisi mereka dalam Pertempuran Krasny Bor, dekat jalan utama Moskow-Leningrad. Meksipun banyak korban yang jatuh, Blaue Division berhasil mempertahankan posisi mereka melawan Red Army yang jumlahnya 7 kali lebih besar dan didukung tank. Kemenangan ini mendatangkan reputasi Blaue Division. Mereka tetap berada di Leningrad dimana mereka menderita karena musim dingin menghadapi serangan musuh. Maka Franco pun mengirimkan bala bantuan, yang saat itu adalah orang-orang yang berada dalam wajib militer selain relawan.

Melalui rotasi, sebanyak 45.000 tentara Spanyol yang bertugas di Front Timur. Mereka dianugerahi dua penghargaan dari militer Spanyol dan Jerman. 

Setelah kekalahan Jerman di Stalingrad, situasi berubah dan lebih banyak pasukan Jerman yang dikerahkan ke Selatan. Pada saat itu, Jenderal Emilio Esteban Infantes telah mengambil alih komando.

Akhirnya, pihak Sekutu dan Konservatif mendesak Franco untuk melakukan penarikan pasukan dari Front Timur. Franco memulai negosiasi pada musim semi 1943 dan memberikan perintah penarikan pada 10 Oktober.

Beberapa tentara Spanyol menolak ditarik mundur. Beberapa percaya bahwa Franco memberikan izin asalkan jumlahnya di bawah 1.500 pasukan. Namun pemerintah Spanyol pada tanggal 3 November 1943, memerintahkan semua pasukan untuk kembali ke Spanyol. Pada akhirnya, yang tidak kembali ada 3.000 pasukan. Sebagian besar dari mereka adalah Falangis. Mereka juga bergabung dengan unit tempur Jerman lainnya, terutama Waffen-SS, dan relawan baru menyelinap melintasi perbatasan Spanyol dekat Lourdes. Unit pro-Jerman yang baru ini dinamakan Azul Legiun (Legiun Biru).

Orang-orang Spanyol ini awalnya tetap bagian dari 121. Infanterie-Division, tetapi juga mereka diperintahkan untuk kembali ke Spanyol di bulan Maret 1944. Mereka kembali pada tanggal 24 Maret. Sisa dari para relawan ini diserap ke unit Jerman.

Peleton dari Spanyol bertugas di 3. Gebirgs-Division dan 357. Infanterie-Division. Satu unit dikirim ke Latvia. Dua kompi bergabung dengan Resimen Brandenburger dan 121. Division di Yugoslavia untuk menghadapi partisan Tito. Lima puluh orang Spanyol pro fasis (beberapa di antaranya adalah mantan Spanyol pro komunis dari Republik Spanyol Kedua) memasuki Pyrennees (Prancis) untuk memerangi anggota Perlawanan Prancis.

140 orang dari 101. Kompanie (Spanische-Freiwilligen Kompanie der SS 101/Kompi Relawan Spanyol SS No. 101) terdiri atas 4 peleton bersenjata dan 1 peleton staf, dipasangkan pada 28. SS-Freiwilligen Grenadier-Division "Wallonien" dan bertempur di Pomerania dan Brandenburg ketika Red Army menyerbu Jerman Timur. Kemudian, sebagai bagian dari 11. SS-Freiwilligen Panzergrenadier Division "Nordland" dan di bawah komando SS-Hauptsturmführer Miguel Ezquerra, kompi ini bertempur di hari-hari terakhir perang melawan pasukan Soviet di Berlin.

Korban dari Blaue Division dan penerusnya mencakup 4.594 orang tewas dan 8.700 orang terluka. Lainnya, 372 anggota dari Blaue Division, Azul Legiun atau para relawan dari Spanische-Freiwilligen Kompanie der SS 101 ditawan oleh Soviet. 286 orang dari mereka tetap ditawan hingga 2 April 1954 ketika mereka kembali ke Spanyol dengan kapal "Semiramis", yang disediakan oleh Palang Merah Internasional.

0 komentar: