Oberfeldwebel Kurt Knispel (1921 - 1945), Jagoan Panzer Yang Tak Dihargai
18.42
By
Fajar Muhammad Rivai
Tokoh Nazi
0
komentar
Oberfeldwebel Kurt Knispel
Kurt Knispel dilahirkan pada tanggal 20 September 1921 di Salisfeld (Salisov), Cekoslowakia, yang saat itu bagian dari Sudetenland, salah satu dari tiga wilayah yang dianeksasi Hitler sebelum berkobarnya Perang Dunia II (yang lainnya adalah Rhineland dan Austria). Setelah menyelesaikan masa magang kerjanya di sebuah pabrik mobil tahun 1940, Knispel mendaftar menjadi tentara Angkatan Darat Jerman (Heer) di kesatuan panzer yang sedang naik daun.
Tak
lama setelah lulus masa pendidikannya, Knispel langsung ditempatkan
Batalion Cadangan Pelatihan Panzer di Sagan, Lower Silesia. Disana dia
menerima pelatihan dasar infantri sebelum beralih ke pelatihan tank
untuk penguasaan Panzer I, Panzer II dan Panzer IV. Pada 1 Oktober 1940
Knispel dipindahkan ke kompi 3 dari Resimen Panzer 29, Divisi Panzer
ke-12. Knispel menyelesaikan pelatihannya sebagai loader (pengisi
peluru) dan gunner (penembak) Panzer IV. Latihan intensif terus
berlanjut sampai tanggal 11 Juni 1941, dan termasuk kursus tambahan di
Sagan dan Putlos.
Ia
menjalani peran pertamanya dalam perang yang sesungguhnya sebagai
gunner Panzer IV di bawah kepemimpinan Leutnant Hellman, bertepatan
dengan invasi Jerman ke Uni Soviet yang lebih dikenal sebagai Operasi
Barbarossa (22 Juni 1941). Dia turut berpartisipasi dalam Blitzkrieg
awal yang merupakan bagian dari Panzergruppe 3, Korps Armee LVII
(kemudian berganti nama menjadi Korps Panzer LVII), yang dikomandani
oleh Jenderal Adolf Kuntzen. Knispel kemudian bertempur habis-habisan
dari Yarzevo sampai pintu gerbang Stalingrad, juga di front utara
sekitar wilayah Leningrad-Tikhvin. Masih kurang? Knispel pun ikut
mencicipi ganasnya pertempuran di front Kaukasus dibawah komando
Jenderal Eberhard von Mackensen.
Knispel akhirnya kembali ke Putlos untuk beristirahat pada akhir Januari 1943 dan kemudian mulai mengenal "monster" baru tank Jerman, Panzerkampfwagen VI Tiger. Saat itu dia telah mendapat kredit 12 kemenangan di tangannya (12 tank musuh yang dihancurkan).
Knispel akhirnya kembali ke Putlos untuk beristirahat pada akhir Januari 1943 dan kemudian mulai mengenal "monster" baru tank Jerman, Panzerkampfwagen VI Tiger. Saat itu dia telah mendapat kredit 12 kemenangan di tangannya (12 tank musuh yang dihancurkan).
Dari
Putlos pula, dikirimkanlah satu grup tentara ke Batalion Panzer ke-500
di Paderborn. Grup ini dipimpin oleh Oberfeldwebel Fadensack dan
kemudian dibentuk menjadi kompi pertama dari Batalion Berat Panzer
ke-503 yang bertempur di Kursk sebagai bagian dari sayap pelindung
Divisi Panzer ke-7 (Armee Abteilung Kempf). Knispel kemudian turut juga
bertempur dalam serangan untuk membebaskan pasukan Jerman yang terjebak
dalam kantong Korsun-Cherkassy, Vinnitsa, Jampol dan Kamenets-Podolsk.
Setelah
puas merasakan keganasan pasukan Merah di Timur, kini satuan Knispel
dikirim ke front Barat untuk menahan laju Sekutu di kota Caen, Prancis,
dan juga dalam gerak mundur dari Normandia. Dari sana, Knispel kembali
lagi ke Uni Soviet dan berturut-turut terlibat dalam pertempuran di Mezotúr, Törökszentmiklós, Cegléd, Kecskemét, dan
juga jembatan Gran, Gyula, Neutra, Kastil Bab (dalam salah satu
kesempatan, dilaporkan bahwa Knispel berhasil meng-K.O 24 tank musuh
dengan Tiger II-nya), Laa, dan akhirnya Wostitz, dimana pahlawan kita
ini terbunuh pada tanggal 28 April 1945. Tak terbayangkan betapa berat
tantangan yang harus dihadapinya, pertempuran demi pertempuran yang tak
habis-habisnya, kematian demi kematian yang seakan menjadi pemandangan
sehari-hari.
Dari
begitu banyak pertempuran yang dijalaninya, Knispel membukukan 168
kemenangan (semuanya telah mendapat konfirmasi, dan bahkan apabila
digabungkan dengan kemenangannya yang tak dikonfirmasi, maka skornya
menjadi 195), sehingga membuat dia menjadi tanker tersukses sepanjang
sejarah, suatu prestasi yang sampai sekarang tak ada yang dapat
menyamainya! Luar biasanya, salah satu kemenangan fenomenal yang
dicatatnya adalah ketika ia berhasil membumihanguskan sebuah tank T-34 Uni Soviet dari jarak 3.000 meter (3 km).
Seharusnya
bila melihat prestasinya yang tidak main-main itu, pemerintah Jerman
mengganjarnya dengan penghargaan yang jauh lebih tinggi dari "sekadar"
German Cross. Lihat saja Michael Wittmann yang diganjar dengan Swords
(Schwerter) atau Otto Carius dengan Oak Leaves (Eichenlaub), padahal
jumlah kemenangan mereka masih dibawah Knispel. Tapi nyatanya? Meskipun
telah empat kali namanya direkomendasikan untuk menerima Knight's Cross
(Ritterkreuz, medali standar untuk prajurit Jerman yang berprestasi
dalam pertempuran), tapi tetap saja Knispel tak pernah memperolehnya,
baik ketika dia hidup ataupun setelah tubuhnya dikebumikan. Diduga bahwa
ini semua adalah kesengajaan, demi melihat sikap Knispel yang tidak
sungkan untuk memperlihatkan ketidaksukaannya akan Nazi dan Hitler,
suatu sikap yang bisa dianggap 'pengkhianatan' pada masa itu. Tapi
untunglah, prestasinya yang membumbung membuat siapapun sungkan untuk
memberikan 'hukuman' kepadanya, hanya ketidak adaan medali itu yang
menjadi bukti bahwa mereka yang tidak menyukainya bukannya tidak ada
usaha untuk menghambat karirnya (bayangkan, dengan prestasi yang terang
benderang bagaikan bintang di langit, pangkat Knispel tak pernah
melebihi Oberfeldwebel).
Knispel
tak pernah sedikitpun mempermasalahkan hal yang dianggapnya tidak
penting tersebut. Tak pernah dia terkena sindrom "tenggorokan kering",
suatu sindiran yang ditujukan pada orang-orang yang berambisi memakai Ritterkreuz di leher mereka. Ketika terjadi konflik dengan sesama
koleganya akan klaim tank musuh yang dihancurkan siapakah yang
menembaknya, Knispel selalu mengalah, mundur ke belakang dan membiarkan
temannya yang mendapat konfirmasi akan klaim tersebut. Ada hal lain yang lebih penting baginya, tak
lain dari tak pernah berhenti berjuang membela negaranya, tak lelah
bertempur dari satu medan ke medan yang lain, sampai akhirnya maut
jualah yang menghentikan keperwiraannya.
0 komentar: