latest articles

Selasa, 23 Juli 2013

Percobaan Kudeta Orang-Orang Nazi di Hindia Belanda

 File:Walther Hewel.png
Walther Hewel


Pada 5 Mei 1940, Belanda diduduki pasukan Nazi Jerman seiring invasi yang dilakukan selama Perang Dunia II. Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, sebenarnya ikut menjadi sasaran pasukan NAZI Jerman karena masih koloni Kerajaan Belanda.

Namun upaya penguasaan Hindia Belanda oleh Nazi Jerman, tak dilakukan secara penyerangan militer karena lokasinya masih terlalu jauh untuk pengiriman pasukan. Cara ditempuh adalah melalui upaya kudeta yang dilakukan orang-orang Jerman di Pulau Jawa yang dilakukan di Batavia (Jakarta) dan Surabaya, beberapa hari setelah Belanda dikuasai Nazi. Surat kabar The Mercury terbitan Hobart, Tasmania pada 15 Mei 1940 mengabarkan ratusan orang Jerman di Batavia dan Surabaya langsung melakukan pergerakan untuk menangkapi para pemimpin Hindia Belanda. Kudeta tersebut dilakukan atas perintah langsung dari Berlin alias Fuhrer Adolf Hitler. Namun upaya kudeta oleh orang-orang Jerman tersebut kemudian gagal, karena bocornya informasi gerakan mereka. Ini terjadi setelah telegram dari Adolf Hitler dapat diketahui oleh para agen intelijen Hindia Belanda.

Di Batavia dan Surabaya, pasukan KNIL langsung menangkapi orang-orang Jerman, berikut menyita ratusan senjata otomatis yang mereka gunakan. Kudeta oleh orang-orang Jerman terutama Nazi di Hindia Belanda tersebut didukung para anggota partai NSB yang merupakan aliansi Nazi yang anggotanya orang-orang Belanda.

Pada tahun 1936, cabang partai NSB sudah berdiri di Hindia Belanda dipusatkan di kota Bandung. Berdasarkan catatan nomor telepon zaman kolonial untuk wilayah Priangan, kantor perwakilan NSB ada di Malabarlaan no.15 (kini Jalan Malabar) dengan nomor telepon bd 2730. Pasca upaya kudeta tersebut hanya dalam tempo waktu 2 jam sekitar 2000 orang Jerman dan orang-orang Belanda pro Nazi di Batavia ditangkapi oleh tentara Hindia Belanda dan Australia. Diantara mereka yang ditangkap oleh pasukan sekutu, ada sekelompok perwira Nazi Jerman sedang singgah di Batavia, semula akan ke Sydney Australia. Penangkapan juga dilakukan terhadap sejumlah kapal barang milik Nazi di pelabuhan Tanjung Priok. Sejumlah kapal barang Nazi Jerman disita, berikut muatannya berupa karet alam, gula, kelapa kopra, teh, kopi, dan produk-produk alam lainnya senilai jutaan gulden. Dari 20-an kapal milik Jerman, hanya sebuah yang berhasil lolos dari penangkapan oleh Belanda di pelabuhan. Di daratan, sejumlah pesawat terbang milik Nazi Jerman dan bangunan pun langsung dikepung pasukan KNIL. Sejumlah orang Jerman sempat menguasai dua kantor pos di Jakarta namun kemudian menyerah berikut berbagai senjata otomatis milik mereka. Sebagian orang Jerman lainnya ditangkap saat sedang mandi, dan digiring hanya dengan menggunakan handuk, sebagian lainnya ditangkap saat sedang bekerja.

Walau upaya kudeta oleh orang-orang Jerman itu gagal, namun pihak pemerintah Hindia Belanda sempat was-was. Pasalnya, mereka memperhitungkan jika kudeta itu lancar dilakukan hanya dalam tempo setengah jam Hindia Belanda akan ganti dikuasai Nazi Jerman. Menurut keterangan seorang pengusaha gula di Pulau Jawa, PKA Laliroo, sekitar 8000 orang Jerman yang tinggal di pulau Jawa kemudian ditahan oleh pihak Hindia Belanda. Penempatan penahanan orang-orang Jerman dan Belanda pro Nazi itu sebagian ditahan di Pulau Onrust Jakarta, Ngawi Jawa Timur, Nongkojajar, Banyubiru dan Sumatra sebagian dibawa ke Australia melalui kapal laut, sedangkan kaum wanita dan anak-anak ditahan di hotel Sindanglaya Cianjur. Ada pula sekelompok orang Jerman yang dibawa ke Australia menggunakan kapal laut. Sebagian orang Jerman mencoba melarikan diri dengan mencebur dari kapal ke laut dan berenang, namun kemudian tertangkap kembali. Pasca upaya kudeta oleh Nazi Jerman di Batavia dan Surabaya, surat kabar The Courie Mail terbitan Brisbane Australia pada 16 Mei 1940 mengabarkan sekutu Jerman yaitu Jepang mulai mengincar Hindia Belanda. Namun saat yang sama, di Hindia Belanda sudah muncul sejumlah unjuk rasa anti Jepang. Surat kabar Mercantile Advetiser Australia pada 17 Mei 1940 dengan mengutip surat kabar Preanger Bode, mengabarkan sekitar 400 pemuda Belanda mengamuk dan merusak Kantor Kontak Nazi Jerman di Jalan Naripan Bandung. Para pemuda Belanda tersebut marah karena negeri leluhurnya, Belanda diduduki Nazi Jerman.

Duta besar Jepang, Jenderal Oshima kemudian menemui Menlu Jerman Joachim von Ribbentrop untuk menyampaikan keinginan Kekaisaran Jepang untuk mengusir Amerika, Belanda, Inggris, Australia lalu menguasai Asia Tenggara. Koresponden surat kabar tersebut yang berasal dari Manila Filipina juga mengabarkan Jepang memang mengincar karet alam dan minyak dari Hindia Belanda. Namun saat itu sudah mulai muncul kekhawatiran orang-orang Jerman pro Nazi akan melakukan kudeta susulan di Hindia Belanda walaupun tak sebesar yang pertama dilakukan di Batavia. Namun pada 27 September 1940, trio Nazi Jerman, Jepang dan Italia yang disebut pihak Axis melakukan pembicaraan segitiga. Mereka sepakat membagi bagi wilayah operasi militer untuk sama-sama mengusir Inggris dan sekutunya dimana Nazi Jerman di Eropa, Italia di Afrika Utara dan Jepang di Asia Timur dan Asia Tenggara. Nazi Jerman mengutus Joachim von Ribbentrop melakukan pembicaraan dengan pihak Jepang. Kesepakatan itu kemudian dilakukan antara Adolf Hitler, Menlu Italia Galeazzo Ciano dan Dubes Jepang Saburo Kurusu sekaligus membuat Jerman mengurungkan niatnya menguasai Hindia Belanda atau Indonesia.

Sebelumnya pada tahun 1942 sejumlah orang Jerman yang ditahan di pulau Nias dengan bantuan sejumlah polisi Indonesia berhasil melakukan kudeta lalu mendirikan Republik Nias. Orang-orang Jerman itu berasal dari para korban selamat asal kapal Belanda "Van Imhoff" yang tak sengaja di tenggelamkan Jepang. Menurut pencatat sejarah Jerman di Indonesia, Heriwg Zahorkha senada rekannya juga asal Jerman yang sudah berganti nama Indonesia, S. Gamal, di Republik Nias itu sebagai kanselir adalah Herr Fischer (eksekutif perusahaan elektronik Bosch) serta Albert Vehring (mantan pemilik Perkebunan Cikopo, Puncak, Bogor) sebagai Menteri Luar Negeri. Nazi Jerman sendiri baru dapat mengirim pasukan ke Indonesia pada menjelang akhir tahun 1944, namun bukan aksi pendudukan. Itu pun melalui armada kapal selam dimana AL Jerman membuat pangkalan bersama Jepang di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta pada 1 Oktober 1944-5 Mei 1945 dengan tujuan menyerang armada kapal Sekutu di Asia Tenggara.

Aktivitas orang-orang Jerman pro Nazi di Hindia Belanda sebenarnya sudah muncul pada awal tahun 1930 an. Ini berawal dari besarnya dukungan terhadap Adolf Hitler di Jerman yang kemudian diikuti oleh orang-orang Jerman di negeri lain termasuk Hindia Belanda terutama Jawa dan Sumatera. Dari sejumlah catatan saat partai Nazi memenangkan pemilu di Jerman pada Januari 1933, ada sekitar 1000 orang Jerman yang ada di Hindia Belanda menandatangani dukungan terhadap Hitler. Walau pun tak semua orang Jerman di Hindia Belanda dapat memberikan tandatangan, namun rata-rata mereka mendukung kepemimpinan Hitler sekaligus kebijakannya. Pencatat sejarah asal Amerika Peter Lavenda menyebutkan salah satu penyokong pendanaan Parta Nazi di Eropa berasal dari perkumpulan pengusaha perkebunan di Medan Sumatra Timur (Ostkust, kini Sumatra Utara) Saat itu para simpatisan Nazi sangat banyak di Jawa dan Sumatra. Soal keberadaan Nazi di Hindia Belanda sebenarnya diawali dengan berdirinya Partai Nazi pertama di Timur Jauh, di jalan Naripan Bandung tahun 1937. Pendirinya adalah Walther Hewel salah seorang dedengkot Nazi yang merupakan sahabat karib Hitler sejak keduanya melakukan upaya kudeta di Munchen tahun 1926. Walther Hewel sempat tinggal berada di Bandung pada kurun waktu 1927-1938 karena sehari harinya berkerja di perusahaan perkebunan Inggris Anglo Dutch Plantantions of Java, Ltd (d/h Pamanoekan and Tjiasem Landen, kini menjadi bagian PT Perkebunan Nusantara VIII), Subang. Ia datang ke Bandung setelah dibebaskan dari penjara Landsberg tahun 1926, karena keadaan ekonomi di Jerman sedang repot lalu mencari pekerjaan ke Hindia Belanda dimana kota Bandung dan Jawa Barat saat itu sedang menjadi pusat ekonomi. Namun pada tahun 1938 Walther Hewel dipanggil pulang oleh Hitler untuk kemudian Hewel ditugaskan di Kementerian Luar Negeri Jerman yang dipimpin Joachim von Ribbentrop. Walther Hewel diandalkan Hitler untuk melakukan diplomasi non-agresi dengan Uni Soviet yang kemudian ditandatangani Vyacheslav Molotov dan Joachim von Ribbentrop pada 23 September 1939.

Dari versi sejumlah saksi meninggalnya Hitler pasca bunuh diri dalam bunker dibawah gedung Kekanseliran di Berlin pada 30 April 1945, Walther Hewel pun dikabarkan merupakan orang yang paling depan menyaksikan pembakaran jenazah sahabatnya tersebut. Walther Hewel pun dapat ikut meloloskan diri dari bunker yang sudah dikepung pasukan Uni Soviet. Ia kemudian dapat menyusul rombongan pasukan SS yang dipimpin Wilhelm Mohnke, dimana terdapat Traudl Junge. Namun karena sudah putus asa dan kelewat takut ditangkap dan disiksa pasukan Uni Soviet, Walther Hewel juga menyusul bunuh diri dengan menelan kapsul sianida lalu menembak kepalanya sendiri. Namun dalam catatan pihak sekutu, Walther Hewel tak tercatat dalam daftar para anggota Nazi yang dituduh bertanggungjawab atas operasional perang. Kemampuan diplomasi Hewel tampaknya juga dilatarbelakangi sebelumnya saat masih bekerja sebagai kepala urusan pemasaran komoditas kopi di perusahaan perkebunan Anglo Dutch Plantation of Java Ltd di Subang. Pada masa-masa itu, Hewel juga terbiasa bertemu banyak karakter orang Eropa saat menjual kopi di Gedung Lelang de Vries Bandung depan Societit Condordia (sekarang gedung Asia-Afrika), lalu kemudian naik jabatan menjadi administratur perkebunan.

Sepenggal keberadaan Walther Hewel di kota Bandung dan Subang sempat diingat Ny Yeni (68) yang merupakan anak Almarhum Mohammad Djoehri yang dahulunya salah seorang petinggi Anglo Dutch Plantations of Java Ltd. Ayahnya pernah bercerita bahwa Walther Hewel memang teman kerja seangkatan dia Anglo Dutch Plantations of Java Ltd yang sama-sama masuk sekitar tahun 1930-an. Sosok Hewel termasuk salah seorang pentolan Nazi yang belum terungkap semua kehidupan pribadinya. David Irving asal Inggris termasuk yang menelusurinya menyatakan tak mengetahui pasti siapa istrinya Hewel dengan hanya diduga memiliki seorang pasangan wanita asal Jerman, yaitu Blanda Elisabeth. Lain halnya administratur PTPN VIII Kebun Ciater Haryusdianto Eka Putra alias Dian menyebutkan dari daftar administratur yang pernah bertugas, Walther Hewel pernah tercatat menjadi administratur Perkebunan Ciater pada tahun 1937-1938.

Dian menyebutkan selama berada di Subang dikabarkan Hewel menikah dengan orang pribumi dan memiliki seorang anak. Namun anaknya Hewel kini tinggal di Selandia Baru sedangkan ibunya sudah meninggal dunia. Dikatakan informasi tersebut berawal saat dirinya membeli sebuah mobil jip bekas bermerek Land Rover produksi tahun 1950-an dari seseorang di Bandung. Yang bersangkutan hanya mengatakan ia adalah anaknya seorang Jerman bernama Walther Hewel dan hanya menyebutkan ayahnya itu menjadi administratur perkebunan di Subang.


Read more

Sabtu, 22 Juni 2013

Surat-Surat Terakhir Dari Stalingrad

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBCxueHVOlGNGmrI2F7ZNBRyDQfLGi9XMAOrJfsZqPqrW7FsYbGeKVHDTag2-axGWU96BJtobiFrR38pLraUFo0vtm6Jo7Ze4oWSyqjR3XhyphenhyphenIUlr8qQs5lgxEDAvI6UVCH14YgGRxkUwg/s400/Stalingrad+soldiers.jpg

Tanggal 23 Januari 1943 pesawat Jerman terakhir meninggalkan Stalingrad. Pada saat itulah ribuan pasukan Jerman yang sudah terkepung oleh Tentara Merah Soviet di Stalingrad menyadari bahwa mereka tak akan kembali lagi ke tanah air nya. Hitler tidak akan menyelamatkan mereka seperti yang dia gembar gemborkan sebelumnya. Pesawat terakhir itu membawa ribuan surat terakhir dari tentara-tentara Jerman yang "diterlantarkan untuk mati" tanpa suplai amunisi dan makanan. Surat-surat terakhir yang ditujukan kepada orang-orang yang mereka sayangi. kebanyakan surat-surat itu berisi keputusasaan dan salam perpisahan. Surat-surat tersebut awalnya diperintahkan untuk dimusnahkan oleh petinggi militer Jerman.

Beberapa surat terakhir berhasil diselamatkan dan dipublikasikan, salah satunya dalam buku "Neraka di Stalingrad" karya Franz Schneider. Beberapa petikan dari surat-surat tersebut :

Surat ke 1
Pada malam yang indah ini, Andromeda dan Pegasus berada tepat diatas kepalaku. Aku memandanginya lama-lama; sebentar lagi aku akan berada sangat dekat dengannya. Aku berhutang kedamaian dengan sepenuh hati pada bintang-bintang, dan bagiku kaulah bintang tercantik diantara mereka semua. Bintang-bintang itu kekal, akan tetapi hidup manusia bagaikan sepercik debu ditengah jagad raya

Surat ke 6
... hanya tersisa dua jalan; ke surga atau Siberia 

Surat ke 10
Kami diharapkan mati dengan heroik, mengilhami dan menyentuh hati, dari keyakinan hati dan untuk suatu alasan yang hebat. Tetapi dalam kenyataannya bagaimanakah sesungguhnya kematian itu disini? Disini mereka mengerang, kelaparan sampai mati, membeku sampai mati.
...........................................
Mereka berjatuhan seperti lalat; tidak ada yang peduli dan tidak ada yang menguburkan mereka. Mereka bergeletakan dimana-mana, buntung tanpa kaki atau tangan dan tanpa mata, dengan perut robek menganga. Orang harus membuat film tentang ini; kenyataan ini akan membuat film "kematian paling indah sedunia" selamanya menjadi mustahil diciptakan. Ini adalah kematian yang hanya cocok untuk binatang; kelak mereka akan membuat tampak suci di atas pahatan dinding granit bertuliskan "Serdadu yang gugur"

Surat ke 12
Tak ada lagi yang bisa mengatakan padaku bahwa para serdadu mati dengan kata-kata "Deutschland" atau "Heil Hitler" di bibir mereka. Sudah pasti ada banyak orang yang mati; tapi kata-kata terakhir yang terucap dibibir mereka adalah "Ibu" atau nama seseorang yang dekat, atau hanya sebuah jeritan minta tolong.

Surat ke 25
Maria sayang, selama ini aku hanya melakukan pekerjaan yang sia-sia. Sersan kepala bilang ini akan menjadi surat terakhir sebab tak akan ada lagi pesawat terbang yang berangkat. Aku tak bisa berbohong. Dan sekarang aku tak akan bisa pulang samasekali. Seandainya aku bisa melihatmu sekali lagi; betapa menyedihkan! Saat kau nyalakan lilin, ingatlah suamimu di Stalingrad.

Surat ke 28
Aku berusaha jujur menuliskan ini. Kaki kananku hancur total dan diamputasi di bawah lutut. Yang kiri diamputasi di bawah paha. Dokter bilang dengan protesis aku bisa berjalan kembali seperti orang normal. Dokter itu orang baik dan aku tahu ia bermaksud baik. Kuharap ia benar. Kadang aku berharap mati, tetapi itu dosa besar dan orang tak boleh berkata seperti itu. Disamping kananku berbaring seorang prajurit yang kehilangan tahan dan hidungnya. Saat aku bertanya padanya apa yang akan ia lakukan kalau menangis, ia menjawab, "Tak ada seorangpun disini yang akan punya kesempatan menangis lagi. Tidak lama lagi orang lain yang akan menangisi kita."

Surat ke 38
Besok aku akan menapakkan kakiku ke jembatan terakhir. Itu cara sastra untuk mengatakan "kematian," tetapi seperti yang kau tahu, aku selalu ingat mengatakan sesuatu dengan kiasan, karena aku senang bermain-main dengan kata-kata dan bunyi. Ulurkan tanganmu, hingga perjalananku menyeberangi jembatan itu tidak terasa berat.

Surat ke 39
Dan sekarang tentang perkara pribadi. Ayah bisa percaya bahwa semua akan berakhir dengan terhormat. Usiaku masih tiga puluh lebih sedikit, aku tahu. Tidak ada sakit hati. Jabat tangan buat Lydia dan Helena. Peluk cium untuk ibu (hati-hati, Yah, perhatikan kesehatan jantungnya) Salam cium untuk Gerda, salam untuk semua. Hormat, Ayah. Letnan Satu ---- dengan hormat memberikan laporan keberangkatannya.


Read more

Minggu, 19 Mei 2013

Perseteruan Jepang-Uni Soviet dan Ambisi Uni Soviet Menguasai Asia

File:Japanese soldiers cross Khalkhyn Gol river 1939.jpg
Tentara Jepang mencoba menyeberangi sungai Khalkhin Gol, 1939

File:Khalkhin Gol Soviet offensive 1939.jpg
Ofensif Uni Soviet dalam Pertempuran Khalkhin Gol tahun 1939

File:Khalkhin Gol Japanese pilots 1939.jpg
Pilot-pilot Angkatan Udara Jepang di Khalkhin Gol, 1939


Kekuatan Kolonialis Eropa menggunakan Cina sebagai pintu gerbang untuk memasuki Asia tidak terkecuali Rusia yang berupaya untuk mencari pelabuhan yang tidak membeku di musim dingin sejalan dengan politik air hangatnya. Namun sejak Jepang memiliki pijakan kuat di wilayah-wilayah yang dulu dikuasai Cina (Perang Sino Jepang) gerbang itu tampaknya akan tertutup rapat dan mempersulit pergerakan kekuatan Kolonialis Eropa ke Asia ditambah lagi Rusia berhasil dihajar Jepang dan ditendang keluar dari kawasan Asia oleh Jepang.

Meski demikian Rusia tetap ingin menantang Jepang dalam penerapan hegemoninya di kawasan Asia walau praktis Rusia sudah babak belur dihajar Jepang pada tahun 1904-1905. Uni Soviet sebagai penerus Kekaisaran Rusia membuktikan bahwa ambisi Rusia belum padam dalam persoalan Asia. Uni Soviet lalu mengorganisir pergerakan Komunis di Mongolia dan membuat negara tersebut berada dalam poros Komunisme Soviet. Tidak hanya Mongolia, namun juga pergerakan Komunis Cina diharapkan Uni Soviet mampu mengantarkan Uni Soviet kembali mendapatkan pengaruh Rusia dahulu di Asia. Jepang yang menyadari gelagat Soviet tersebut memutuskan untuk menganeksasi Manchuria sebagai wilayah penyangga untuk menghalangi pengaruh Uni Soviet.

Pada tahun 1931, Jepang mengusir Cina yang lemah dari Manchuria dan mendirikan negara Manchuko sebagi protektorat Jepang untuk menangkal pengaruh Uni Soviet. Berbagai insiden perbatasan kerap terjadi antara Jepang-Manchuko dan Uni Soviet-Mongolia termasuk tahun 1935 ketika Mongolia melakukan penembakan terhadap 11 prajurit Manchuko dan 1 letnan Jepang di wilayah Halhamiao. Mengetahui tindakan Uni Soviet tersebut Jepang meresponnya dengan mengirimkan pasukan ke Halhamiao dan membuat pasukan Mongolia mengundurkan diri dari wilayah tersebut. Untuk mencegah penyebaran Komunisme, Jepang lalu menindak lanjuti perilaku Uni Soviet tersebut dengan menandatangi Pakta Anti Komintern antara Nazi Jerman dan Fasis Jepang yang bertujuan membendung pengaruh Komunisme dunia khususnya Uni Soviet.

Uni Soviet mengerahkan pasukan darat dan lautnya pada Juni 1937 untuk merespon kekalahan Mongolia pada tahun 1935 dengan memasuki sungai Amur dan menduduki pulau Kanchazaku yang terletak ditengah-tengah sungai. Kontan saja itu memicu pertempuran antara Tentara Merah Soviet dan pasukan Manchuko. Pasukan Manchuko sukses menenggelamkan 1 kapal motor Soviet dan mengusir Tentara Merah dari Sungai Amur.

Masalah tersebut kemudian diselesaikan melalui konfrensi Sigemitsu-Litovinov. Jepang juga terus menguasai wilayah utara Cina untuk membendung pengaruh Uni Soviet dari Mongolia mengingat dalam Perang Sino Jepang II kekuatan Komunis Cina yang didukung Uni Soviet dan Nasionalis Cina yang didukung Barat bergabung.

Namun Uni Soviet tidak puas-puasnya juga menganggu kepentingan Jepang dengan mengerahkan pasukan ke sebelah barat Danau Khasan selatan Vladivostok dan mendirikan pangkalan militer disana. Jelas tindakan Uni Soviet ini merupakan provokasi terhadap Jepang karena jelas dengan membangun pangkalan militer di wilayah tersebut maka Uni Soviet mengancam kedudukan Jepang di semenanjung Korea. Tindakan Uni Soviet ini langsung berbuah menjadi pertempuran pada tahun 1938.

Pada awalnya, Uni Soviet berhasil menghalau serangan Jepang namun Jepang segara mengorganisir pasukan dan mengusir Uni Soviet dari Danau Khasan dalam serangan baliknya. Namun Uni Soviet langsung mengerahkan pasukan-pasukan cadangannya dan terlibat pertempuran sengit dengan Jepang. Mempertimbangkan kerugian yang besar dari pihaknya, Jepang lalu mengakhiri kampanye di Danau Khasan.

Pada tahun 1939, meletuslah pertempuran Khalkhin Gol yang menjadi pertempuran terbesar antara Jepang-Manchuko dan Soviet-Mongolia. Pertempuran tersebut pecah diawali oleh pertempuran antara Manchuko dan Mongolia yang kemudian diikuti oleh Jepang dan Uni Soviet. Pada awalnya Uni Soviet dan Mongolia berhasil menghalau pasukan Jepang dan Manchuko. Kemudian Jepang melancarkan serangan pada bulan Juni 1939 terhadap pangkalan Uni Soviet di Mongolia. Pertempuran berlanjut, dan Jepang mengerahkan kekuatan besar melintasi sungai Khalkhin Gol.

Serangan Jepang tersebut berhasil dihalau oleh Uni Soviet. Pada Agustus 1939, Uni Soviet dan Mongolia melancarkan serbuan terhadap kedudukan Jepang di Khalkhin Gol. Serangan besar-besaran Uni Soviet-Mongolia ini berhasil menghancurkan posisi Jepang di Khalkhin Gol. Meskipun serangan tersebut tidak mengembalikan hegemoni Rusia di Asia, namun kekuatan Jepang akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan konflik dengan Uni Soviet dan membatalkan rencana serangan Jepang ke Siberia. Kegagalan Jepang tersebut memungkinkan gerakan mulus Uni Soviet untuk menguasai Asia melalui penyebaran doktrin Komunisme dimulai dari Cina.
Read more

Jumat, 03 Mei 2013

Pengeboman Dresden, Salah Satu Borok Kekejaman Pasukan Sekutu Dalam Perang Dunia II

File:Lancaster I NG128 Dropping Blockbuster - Duisburg - Oct 14, 1944.jpg
Pesawat bomber Avro Lancaster milik RAF (Royal Air Force) menjatuhkan bom di Duisburg, 1944. Bom yang digunakan adalah jenis "Incendiary Bomb. Bom yang sama kemudian digunakan untuk membombardir Dresden


Korban dari Pengeboman Dresden


Gambar di atas adalah pemandangan kota Dresden jauh sebelum peristiwa pengeboman, tepatnya di tahun 1910. Sedangkan gambar di bawah adalah pemandangan kota Dresden setelah peristiwa pengeboman


Selama ini kita hanya mendapatkan informasi sepihak mengenai Perang Dunia II, yaitu informasi dari pihak pemenang, yaitu sekutu Amerika-Inggris-Perancis-Uni Soviet dan negara-negara ZOG (Zionist Occupied Governments) lainnya. Kita jarang sekali, kalau tidak bisa dikatakan tidak pernah, mengetahui dari sudut pandang lawan Sekutu, yaitu Jerman-Italia-Jepang. Kita misalnya tidak pernah mengetahui motif Hitler membiarkan ratusan ribu Tentara Ekspedisi Inggris (British Expeditionary Force) yang terkepung di Dunkirk, Prancis, melarikan diri kembali ke Inggris. Kita tentu saja juga jarang, kalau tidak dikatakan tidak pernah, mendengar tentang peristiwa Pemboman Dresden meski itu adalah sebuah peristiwa paling memilukan dalam Perang Dunia II.

Dresden pada tahun 1945 adalah kota yang indah dengan 650.000 penduduknya yang ramah tamah. Pada tanggal 13 Februari 1945 kota ini dipenuh sesaki oleh sekitar 750.000 pengungsi Jerman yang melarikan diri dari kekejaman tentara komunis-yahudi Uni Soviet. Mereka berkemah di taman-taman dan tanah lapang yang ada, bahkan di trotoar dan jalan-jalan. Mereka merasa aman di sana karena Dresden bukan kota yang memiliki fasilitas militer target serangan musuh. Sebaliknya Dresden adalah "kota rumah sakit" yang memiliki 25 rumah sakit dan fasilitas medis besar. Mereka juga sadar bahwa menurut hukum internasional, kota mereka tidak mungkin menjadi sasaran serangan militer sebagaimana Jerman juga tidak pernah menyentuh "kota-kota pendidikan" Inggris seperti Oxford dan Cambridge.

Namun anggapan mereka keliru. Pada jam 22.15 malam di tanggal yang sama sebanyak 800 pesawat bomber dan pesawat-pesawat tempur pengawal Inggris memenuhi langit Dresden dan menumpahkan berton-ton bom penghancur. Ribuan orang tewas maupun luka-luka dalam satu serangan tersebut. Saat pesawat-pesawat itu menghilang dari langit, penduduk dan pengungsi yang selamat keluar dari persembunyian untuk memberikan pertolongan para korban. Demikian juga ribuan penolong dari kota-kota dan desa-desa sekitar bergegas menuju Dresden. Mereka tidak pernah membayangkan peristiwa tragis yang baru saja terjadi. Tentu saja mereka juga tidak pernah menyangka bahwa berhentinya serangan hanya tipuan belaka. Karena saat jalan-jalan dipenuhi para penolong dan korbannya, gelombang kedua serangan udara Inggris kembali datang.

Serangan kedua memberikan dampak kehancuran yang lebih besar dari kota yang masih dipenuhi bara api oleh serangan pertama itu. Api berkobar lebih hebat lagi membakar. Demikian hebat kebakaran tersebut dan panas yang ditimbulkannya hingga para penolong dari luar kota kesulitan untuk memasuki kota. Sementara ribuan penduduk Dresden dan pengungsi terbakar hidup-hidup hingga ke tulang.

Cerita tentang kengerian peristiwa itu tidak terkatakan. Saat anak-anak kecil yang terpisah dari orang tuanya terjebak di dalam genangan aspal yang meleleh karena panas. Atau saat anak-anak kecil terinjak-injak oleh orang-orang yang berebut jalan menyelamatkan diri. Hal seperti ini tentunya tidak pernah dialami rakyat Inggris, Amerika dan sekutu-sekutunya.

Bencana kemanusiaan ini belum berhenti karena keesokan harinya giliran Amerika unjuk gigi. Sebanyak 400 pesawat pembom menumpahkan muatannya dan pesawat-pesawat tempur menembaki orang-orang di jalanan termasuk para tenaga medis yang tengah merawat pasiennnya di sepanjang tepi Sungai Elbe. Korban pun kembali berjatuhan.

Namun itu semua masih belum berakhir karena tiga serangan lanjutan telah direncanakan tentara Sekutu: 15 Februari, 3 Maret, dan 17 April 1945 dengan total pesawat pengebom mencapai 1.172 unit. Korban tewas diperkirakan mencapai 400.000 jiwa, atau bahkan lebih. Dan karena Jerman tidak memiliki cukup orang untuk melakukan evakuasi, mayat-mayat hanya disemprot dengan disinfektan atau api kemudian dikubur bersama reruntuhan bangunan.


Read more

Senin, 11 Maret 2013

Amerika Serikat Terbukti Tutupi Peristiwa Pembantaian Katyn

http://cdn2.all-art.org/Visual_History/world_wars/7/Katyn_massacre3.jpg
Jenazah seorang Mayor dari puluhan ribu tentara Polandia yang dibantai di Katyn. Kondisi jenazah sudah sangat membusuk, sebenarnya cukup untuk membuktikan kejahatan keji yang telah dilakukan Uni Soviet


Bukti-bukti baru muncul untuk mendukung dugaan bahwa pemerintahan Roosevelt membantu menutupi kesalahan Soviet dalam pembantaian tentara Polandia tahun 1940 di Katyn. Dalam sebuah liputan eksklusif, Associated Press mengungkap dokumen-dokumen yang mendukung kecurigaan bahwa AS tak ingin menyinggung sekutu perangnya, Josif Stalin.

Dokumen itu dibuka untuk umum oleh Arsip Nasional Amerika Serikat pada hari Senin (10/9). Lebih dari 22.000 orang Polandia dibunuh oleh pasukan Soviet atas perintah Stalin pada tahun 1940. Soviet Rusia baru mengakui kekejaman tersebut di tahun 1990 setelah menyalahkan Nazi selama 5 dekade.

Dokumen-dokumen itu juga menunjukkan bahwa para tawanan perang Amerika mengirimkan pesan bersandi ke Washington tahun 1943 yang mengatakan bahwa mereka telah dibawa untuk menyaksikan mayat-mayat yang sudah dalam keadaan sangat membusuk di hutan Katyn dekat Smolensk, di barat Rusia.

Kelompok yang terdiri dari tawanan perang berkebangsaan Amerika dan Inggris itu dibawa para tentara Nazi di luar kemauan mereka untuk menyaksikan pemandangan itu.

Apa yang mereka saksikan meyakinkan dua orang Amerika, Kapten Donald B. Stewart dan Letnan Kolonel John Van Vilet, bahwa pembunuhan telah dilaksanakan oleh orang-orang Soviet, dan bukan oleh Nazi, yang belum menduduki tempat itu sampai tahun 1941.

Suatu pernyataan dari Kapten Donald B. Stewart, yang dibuat tahun 1950, membenarkan bahwa dia mengirim suatu pesan bersandi, yang intinya, "Klaim Jerman mengenai Katyn secara substansial adalah benar menurut opini Van Vilet da saya sendiri."

Telah lama dipercaya bahwa Roosevelt tidak ingin mempertanyakan apa saja yang telah dilakukan oleh Stalin, sekutu yang sangat diandalkannya untuk menghadapi Jerman dan Jepang.

Menurut laporan Associated Press, informasi tentang pembantaian itu ditekan agar tidak terungkap di tingkat tertinggi di Washington. Seorang ahli dalam masalah Katyn, Allen Paul, menyatakan bahwa sebagian materi tersebut tidak muncul di catatan dengar pendapat bersama Kongres di tahun 1951 - 1952 yang diadakan untuk menginvestigasi pembantaian tersebut, menunjukkan bahwa hal itu memang sengaja disembunyikan.

Di antara bukti yang baru tersebut adalah sebuah laporan yang dikirimkan Roosevelt kepada Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churchill (yang juga tidak mempersoalkan apa saja yang telah dilakukan Stalin) yang juga menunjukkan kesalahan Soviet.

Laporan itu ditulis oleh Duta Besar Inggris untuk Pemerintahan Polandia yang berada di pengasingan. Own O'Malley dari Associated Press menulis, sekarang tersedia banyak bukti negatif. Efek kumulatif yang menyebabkan timbulnya keraguan serius atas penyangkalan Rusia atas peristiwa pembantaian itu.

Pembantaian yang terjadi di bulan April 1940 itu dilakukan di Katyn dan beberapa tempat lainnya atas perintah Josif Stalin. Anggota elit Polandia pun turut menjadi korban karena Polandia memberlakukan wajib militer.


Sumber: http://www.berita99.com, dengan sedikit perubahan
Read more

Sabtu, 09 Maret 2013

Karl-Heinz Rosch, Prajurit Luftwaffe yang Mati Muda Demi Menyelamatkan Dua Anak Kecil

Prajurit Luftwaffe Karl-Heinz Rosch

Makam Karl-Heinz Rosch bersama dengan makan prajurit Jerman lainnya yang gugur di Belanda


Prajurit-prajurit Jerman di era Perang Dunia II terkenal dengan kesetiaan, keberanian dan kepahlawanannya di medan tempur. Begitu juga dengan seorang Karl-Heinz Rosch, yang harus rela kehilangan nyawanya saat menyelamatkan kedua anak kecil.

Saat itu tanggal 6 Oktober 1944, hanya tiga hari setelah ulang tahunnya yang ke-18, Karl-Heinz Rosh dan peletonnya mengambil posisi perlindungan di sebuah pertanian, ketika tak lama kemudian berjatuhan peluru meriam yang ditembakkan oleh mesin-mesin artileri Inggris. Para prajurit tersebut segera belingsatan mencari tempat sembunyi di ruang bawah tanah.

Tapi ternyata satu hal membuat Rosch mengurungkan niatnya, saat ia melihat dua orang anak petani yang masih kecil yang tertinggal di halaman, masih asyik bermain dan belum menyadari adanya bahaya. Tanpa pikir panjang, Rosch segera keluar dari amannya tempat perlindungannya, dan langsung berlari ke halaman. Direngkuhnya kedua anak itu di kedua tangannya, dan membawa mereka ke tempat berlindung di ruangan bawah tanah.

Ketika dia berlari kembali untuk menempati pos penjagaannya di bagian halaman yang lain, tak dinyana sebuah graat yang dilemparkan pasukan musuh mendarat tak jauh di dekatnya, meledak dan kemudian membunuhnya.

Tempat dimana Rosch terbunuh adalah tempat dimana ia merengkuh kedua anak petani itu.

Pematung lokal bernama Riet van Der Louw telah membuat patung tanah liat yang memperlihatkan Rosch sedang menyelamatkan kedua anak petani, dan mantan anggota komite kota Herman van Rouwendaal telah meminta kota untuk membayar sebesar 9500 Euro sebagai biaya pembuatan patung yang sama, tapi kini terbuat dari perunggu. Karena kota menolak untuk membayar sejumlah biaya tersebut, kini mereka memutuskan untuk mengadakan acara lelang sekaligus penggalangan dana demi membiayai patung dari seseorang, yang tak terbantahkan, adalah pahlawan perang Belanda yang paling tidak biasa.

Kesimpulannya, peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang terjadi dalam sebuah konflik selalu berhak untuk mendapatkan pengakuan, dan ketika hal ini berasal dari manusia-manusia yang terjajah, maka maknanya akan lebih terasa mendalam lagi...


Read more

Selasa, 15 Januari 2013

Tabun, Senjata Rahasia Yang Sangat Mematikan Yang Tidak Digunakan Hitler

Ilustrasi tentara Jerman era Perang Dunia I yang mengenakan topeng gas


Jika saja Jerman benar-benar menggunakan senjata yang sangat mematikan ini, maka tidak akan dapat dibayangkan seberapa mengerikannya perang demi perang di masa yang akan datang.

TABUN. Sebuah senyawa kimia yang jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau buah, namun amat-sangat beracun ini adalah hasil penelitian "tidak sengaja" oleh seorang Ilmuwan Jermanbernama Gerhard Schrader pada bulan Januari 1936.

Pada awalnya Gerhard melakukan riset untuk mengembangkan insektisida (obat anti hama/serangga) kepada perusahaan IG Farben. Insektisida yang fungsinya melumpuhkan sistem syaraf serangga itu ternyata juga mampu menghancurkan sistem syaraf manusia dalam sekejap.

Sebagaimana peraturan di Jerman kala itu, semua hasil riset yang memiliki potensi militer agar diserahkan kepada pemerintah. Perwakilan dari IG Farben pun dipanggil menghadap ke Berlin untuk menunjukkan efektivitas Tabun dalam bidang militer. Akhirnya, riset dan produksi Tabun untuk menjadi senjata kimia pun dilakukan besar-besaran.

Sebagaimana senjata "ajaib" dalam perang, proyek Tabun ini benar-benar dirahasiakan keberadaannya sehingga negara-negara Sekutu pun tidak mengetahui secuil pun tentang Tabun apa lagi bagaimana mempersiapkan diri dan counter-attack terhadap senjata kimia ini.

Kedahsyatan TABUN sebagai senjata kimia sudah tidak diragukan lagi. Satu tetes kecilnya, jika tersentuh oleh kulit manusia, maka dapat dipastikan orang itu akan mati dalam 6 menit kedepan.

Bayangkan jika senjata ini digunakan dalam Perang global, di mana terdapat ratusan ribu tentara dalam satu front pertempuran, padahal Jerman kala itu (medio 1943) sudah mampu memproduksi 12000 ton TABUN.

Keefektifan TABUN sebagai senjata pemusnah massal pun jauh melebihi Bom Nuklir yang gemar dibahas oleh negara Sekutu kala itu. Bom nuklir memang memiliki efek destruktif yang sangat besar, namun dengan efek kehancuran yang besar itu juga terjadi collateral damage yang besar pula, antara lain efek radioaktif nuklir berpuluh-puluh tahun yang menimbulkan penyakit genetik, kehancuran lingkungan dan bangunan perkotaan.

Berbeda dengan TABUN yang hanya membunuh manusia (dan serangga), sehingga penggunaannya sangat efektif dan spesifik. Apalagi TABUN adalah senyawa yang sangat mudah menguap dan terurai di udara sehingga tidak terjadi efek buruk lingkungan setelah serangan dilakukan.

Seiring berjalannya waktu, Jerman semakin terdesak dan kalah dalam pertempuran-pertempuran Perang Dunia II.

Hancurnya pabrik industri dan militer oleh pesawat pengebom milik Sekutu, kalahnya industri, sumber daya alam, dan jumlah sumber daya manusia Jerman dibandingkan Amerika dan Soviet, serta bobroknya birokrasi internal pemerintahan Nazi saat itu, hingga pengkhianatan di kalangan angkatan bersenjata, mengakibatkan Hitler semakin tersudut dalam perang.

Selain itu, negara-negara Sekutu juga gencar melakukan serangan pemusnah massal berupa pengeboman besar-besaran ke wilayah penduduk yang mengakibatkan jutaan masyarakat sipil meninggal, dan puluhan juta lainnya kehilangan rumah mereka.

Bahkan tidak jarang pasukan pengebom Sekutu menggunakan bom incendiary yakni bom api yang mampu membakar habis-habisan seluruh kota dalam badai api. Pemboman massal seperti ini justru memiliki efek yang jauh lebih dahsyat daripada penggunaan bom atom/nuklir.

Jika bom atom kala itu hanya efektif untuk sebuah kota yang terdiri dari bangunan semi permanen (kota-kota di Jepang misal Hiroshima & Nagasaki), maka hujan bom incendiary mampu membakar habis kota modern permanen gaya Eropa seperti Dresden, Hamburg, Aachen, dan Berlin.

Namun di tengah keterpurukan ini, Hitler justru tidak mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal TABUN untuk menyelematkan negaranya dari agresi militer sekutu yang semakin merangsek masuk ke jantung Jerman.

Perlu diingat bahwa saat itu Sekutu sama sekali tidak mengetahui perihal TABUN dan bagaimana cara mengatasinya, juga bahwa bom nuklir belum ditemukan oleh ilmuwan Amerika saat itu, sehingga Jerman adalah satu-satunya negara yang memiliki senjata pemusnah massal paling efektif.

Jika Hitler mau menggunakan TABUN, maka bukan tidak mungkin perang akan dimenangkan oleh Jerman.

Mengapa Hitler tidak menggunakan tabun?

Sebagaimana kita ketahui bahwa pribadi Hitler adalah pribadi yang sangat kompleks, orang-orang terdekatnya pun tidak mengetahui secara pasti bagaimana karakter asli Adolf Hitler. Beberapa kalangan menganggap bahwa trauma masa lalu Hitler dalam Perang Dunia I, di mana ia pernah menjadi korban dalam serangan gas beracun (mustard gas) menjadi alasan utama ia untuk tidak menggunakan TABUN.

Namun kita juga harus mengetahui bahwa Adolf Hitler adalah seorang yang menjunjung tinggi fair-play dalam peperangan, bahkan mendekati kekolotan.

Dalam pertempuran Berlin (Battle of Berlin), tank-tank Soviet sengaja memasang bendera Nazi untuk mengelabui pesawat Stuka Jerman, dan Hitler dengan keras melarang pasukannya untuk melanggar peraturan bendera.

Begitu pula ketika kota-kota besar Jerman mulai dilanda badai ribuan pesawat pengebom Inggris dan Amerika, meluluhlantakkan pemukiman penduduk. Hitler enggan melakukan serangan balasan serupa hingga situasi benar-benar parah dan akhirnya ia hanya melancarkan serangan rudal (flying bombs) V-1 ke London.

Hitler juga satu-satunya pemimpin negara berperang saat itu yang sangat menolak untuk membunuh petinggi negara lain secara sembunyi-sembunyi (assassination).

Kemungkinan utama Hitler menolak penggunaan TABUN adalah dia masih menjunjung tinggi konvensi Geneva sebagai peraturan perang internasional.

Penggunaan TABUN oleh Hitler dimungkinkan dalam dua hal yakni penggunaan strategis dan penggunaan taktis.

Penggunaan strategis sebagaimana sekutu menggunakan armada ribuan pesawat bomber-nya untuk menghancurkan kota-kota Jerman dan Jepang, maka Hitler dapat pula meluncurkan bom-bom TABUN baik melalui pesawat bomber maupun langsung melalui missile V-1 yang bercokol di Prancis menuju sasaran-sasaran padat penduduk di Inggris maupun Soviet, bahkan Amerika.

Efeknya tentu sangat dahsyat, selain menghancurkan kapabilitas Sekutu di bidang sumber daya manusia, TABUN juga mampu menghancurkan moral rakyat yang tahu bahwa efek TABUN sangat mematikan dan pasti mati.

Penggunaan yang jauh lebih praktis namun mampu menyelamatkan Jerman dari kekalahan perang tentu saja penggunaan taktis di medan tempur. Ketersediaan TABUN pada medio 1943 berarti Jerman seharusnya telah mampu menyelematkan dirinya dari kekalahan-kekalahan telak seperti di Kursk (1943), Bagration (1944), Korsun-Cherkassy (1944), Budapest (1945), hingga Battle of Berlin (1945).

Bahkan pendaratan Sekutu barat yang terkenal, yakni Operation Overlord (D-Day, 6 Juni 1944), dapat dengan mudah digagalkan Hitler dengan meluncurkan missile V-1 yang mengandung TABUN ke arah konsentrasi pasukan sekutu di pantai Normandia, mengingat roket V-1 adalah satu-satunya metode pengiriman bom yang dapat menghindari superioritas udara pasukan sekutu.

Jika pasukan sekutu telah kalah telak dalam Operation Overlord, maka akibat politiknya adalah pengunduran diri Presiden Roosevelt, Dwight D. Eisenhower, dan bahkan hancurnya aliansi Amerika-Inggris (kita ketahui bahwa Overlord adalah "ide" dari Amerika, sedangkan Inggris lebih memilih invasi di daerah Mediterania). Ini dapat menyebabkan masyarakat Amerika, Inggris, dan Kanada mengalami kehancuran moral untuk mendukung perang.


Read more

Jumat, 11 Januari 2013

Volkssturm, Milisi Nasional Jerman di Akhir Perang Dunia II

File:Bundesarchiv Bild 146-1971-033-15, Vorbeimarsch des Volkssturms an Goebbels, Berlin.jpg
Barisan Volkssturm, November 1944

File:Bundesarchiv Bild 183-J28787, Volkssturmbataillon an der Oder.jpg
Para anggota Volkssturm yang mempertahankan daerah Sungai Oder, Februari 1945

File:Bundesarchiv Bild 183-J31391, Berlin, Volkssturm, Ausbildung.jpg
Seorang anggota Volkssturm tengah berlatih menggunakan Panzerfaust

File:Volkssturm armband.svg
Ban lengan Volkssturm


Volkssturm adalah milisi nasional Jerman yang didirikan beberapa bulan sebelum Perang Dunia II berakhir. Volkssturm tidak didirikan Wehrmacht, melainkan didirikan oleh Partai Nazi sendiri atas perintah Adolf Hitler pada 18 Oktober 1944. Anggotanya diambil dari laki-laki dengan usia antara 16 hingga 30 tahun.

Volkssturm sendiri terinspirasi dari Prussia Landsturm di periode 1813-1815 yang berjuang menghadapi pasukan Napoleon, sebagai pasukan gerilya. Rencana untuk membentuk milisi Landsturm di Jerman Timur sebagai upaya terakhir meningkatkan kekuatan pertempuran awalnya berasal dari kepala Obberkommando der Heeres, Jenderal Heinz Guderian pada tahun 1944.

Karena Wehrmacht kekurangan tenaga untuk menahan serbuan Uni Soviet, laki-laki dalam pekerjaan yang sebelumnya dipandang tidak perlu atau dianggap tidak layak sekarang dipanggil di bawah komando militer. Sebenarnya Volkssturm sudah ada, di atas kertas, sejak sekitar tahun 1925, namun itu hanya setelah Hitler memerintahkan Martin Bormann untuk merekrut 6 juta orang untuk milisi. Kekuatan yang terdiri dari 6 juta orang ini tidak pernah terlaksana.

Goebbels dan propagandis lainnya menggambarkan Volkssturm sebagai ledakan antusiasme dan siap bertempur. Hal ini menimbulkan sedikit moral namun dirusak oleh mereka terlihat dari kurangnya seragam dan persenjataan untuk bertempur.

Dalam rangka agar unit-unit milisi ini menjadi efektif, Hitler dan Bormann menghitung tidak hanya dari kekuatan dalam jumlah, namun juga dari fanatisme. Selama tahap awal pembentukan Volkssturm, menjadi jelas bahwa jika unit milisi tidak memiliki moral mereka akan kekurangan efektivitas tempur. Untuk mencapai pertimbangan fanatisme, Volkssturm ditempatkan langsung di bawah Partai Nazi (dengan Gauleiter dan Kreisleiter lokal). Volkssturm juga menjadi organisasi nasional, dengan Heinrich Himmler sebagai Komandan Penggantian Angkatan Darat, yang bertanggung jawab untuk pelatihan dan persenjataan. Meski ditempatkan di bawah kendali partai, Volkssturm ditempatkan di bawah komando Wehrmacht saat terlibat dalam pertempuran.

Dengan Partai Nazi sebagai penanggung jawab penyelenggaraan Volkssturm, masing-masing Gauleiter dan Pemimpin Distrik Partai Nazi, dibebankan dengan kepemimpinan, pendaftaran dan organisasi Volkssturm di daerah mereka.

Unit dasarnya adalah satu batalion dengan jumlah anggota 642 orang. Unit-unit Volkksturm nyaris semuanya dari anggota Hitlerjugend, orang cacat, orang tua, atau orang-orang yang sebelumnya telah dianggap tidak layak untuk dinas militer.

Anggota Volkssturm mudah dikenali dari ban lengan dengan kata-kata "Deutscher Volkssturm Wehrmacht" yang terikat pada lengan, dengan serangkaian pips perak untuk kerah yang dipasangkan pada kerah seragam si pemakai. Meskipun pemerintah Jerman sudah mengeluarkan seragam resmi abu-abu atau kamuflase untuk para anggota Volkssturm, namun tidak dapat diberikan pada semua anggota. Maka banyak juga anggota Volkssturm yang mengenakan seragam paramiliter darurat atau seragam pekerjaan sipil mereka.

Adapun dalam kepangkatan Volkssturm dapat dibagi menjadi urutan pangkat dari yang tertinggi hingga yang terendah sebagai berikut:

1. Bataillonsführer (Mayor, dengan empat pip perak di kerah)
2. Kompanieführer (Kapten, dengan tiga pip perak di kerah)
3. Zugführer (Letnan, dengan dua pip perak di kerah)
4. Gruppenführer (Kopral, dengan satu pip perak di kerah)
5. Volkssturmann (Prajurit, tanpa pip perak di kerah)
Read more

Selasa, 01 Januari 2013

Blaue Division, Sukarelawan Spanyol Dalam Tubuh Wehrmacht

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Blue_division.svg/1000px-Blue_division.svg.png
Gambar perisai yang dijahitkan di lengan kanan atas pada seragam abu-abu Blaue Division, dengan warna nasional Spanyol

http://worldwartwozone.com/gallery.old/500/medium/IMG_000120.jpg
Sebuah foto dari Blaue Division yang diberi pewarnaan

http://media.desura.com/images/members/1/442/441777/darte2.jpg
Sebuah lukisan yang menggambarkan aksi Blaue Division dalam pertempuran

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/c/c4/Agustin_Munoz_Grandes.jpg
Jenderal Agustín Muñoz Grandes

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/6/6f/Emilio_Esteban_Infantes.JPG
Jenderal Emilio Esteban Infantes


Blaue Division (Inggris: Blue Division, Indonesia: Divisi Biru) adalah unit sukarelawan Spanyol yang bertugas dalam tubuh Wehrmacht pada Front Timur di saat Perang Dunia II berlangsung. Nama resmi divisi ini adalah División Española de Voluntarios oleh Spanyol dan 250. Infanterie-Division oleh Wehrmacht.

Meskipun Field Marshall (Generalisimo) Fransisco Franco tidak ikut berperang bersama Nazi Jerman, ia memperbolehkan para relawan untuk bergabung dengan Wehrmacht, bertempur di Front Timur melawan Uni Soviet, bukan untuk bertempur melawan Sekutu di Front Barat. Dengan demikian ia mampu menjaga perdamaian dengan Sekutu di Barat sementara ia juga dapat membalas jasa Hitler atas dukungannya selama Perang Saudara Spanyol. Menteri Luar Negeri Spanyol Ramon Serrano Suner membuat usulan untuk mengangkat korps sukarelawan, dan pada saat Operasi Barbarossa dimulai, Franco mengirimkan tawaran resmi untuk Hitler.

Hitler menyetujui penggunaan relawan Spanyol pada tanggal 24 Juni 1941. Para relawan berbondong-bondong mendatangi ke kantor perekrutan di seluruh Spanyol. Awalnya Spanyol siap mengirimkan sekitar 4.000 anggota sukarelawan, namun segera menyadari bahwa lebih dari cukup para relawan yang siap mengisi divisi: 18.104 laki-laki semua, dengan 2.612 perwira dan 15.492 tentara.

Sebanyak 50% dari para relawan adalah tentara profesional, banyak dari mereka para veteran Perang Saudara Spanyol. Ada lagi dari anggota Falange (Partai Fasis Spanyol). Yang lainnya, dengan tekanan karena hubungan masa lalu dengan Republik atau untuk membantu keluarga mereka di penjara-penjara Franco.

Jenderal Agustín Muñoz Grandes ditugaskan untuk memimpin para relawan. Karena tidak bisa menggunakan seragam resmi tentara Spanyol, mereka mengadopsi seragam simbolik yang terdiri dari baret merah Carlists, celana khaki yang digunakan dalam Legiun Spanyol, dan kemeja biru Falangis (karena itulah divisi ini dinamakan Divisi Biru). Seragam ini hanya digunakan pada saat cuti. Sementara untuk tugas di lapangan, mereka mengenakan seragam Wehrmacht Heer abu-abu dengan jahitan gambar perisai di lengan kanan atas bantalan kata "España" dan warna nasional Spanyol.

Pada tanggal 13 Juli 1941 kereta pertama meninggalkan Madrid ke Grafenwohr, Bavaria untuk pelatihan selama lima minggu. Disana mereka menjadi 250. Infanterie-Division Heer, dan awalnya dibagi menjadi empat resimen infanteri, seperti dalam standar Divisi Spanyol. Untuk membantu integrasi mereka ke dalam sistem pasokan Jerman, mereka segera mengadopsi model Heer, tiga resimen. Setiap resimen memiliki tiga batalyon dan dua kompi bersenjata. Sementara Relawan Aviator membentuk Skuadron Biru (Escuadrillas Azules) dengan menggunakan pesawat tempur Messerschmitt Bf-109 dan Focke Wulf Fw-190, dengan hasil akhir telah berhasil merontokkan 156 pesawat tempur Uni Soviet.

Kemudian di tanggal 31 Juli setelah pengambilan sumpah standar untuk Hitler, di bawah wewenang mereka untuk berjuang, Blaue Division secara resmi dimasukkan ke dalam Wehrmacht sebagai Divisi Ke-250. Pada awalnya ditetapkan ke Pusat Grup Angkatan Darat, pasukan bergerak menuju Moskow. Divisi ini diangkut dengan kereta api ke Suwalki, Polandia (28 Agustus), dari tempat itu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sepanjang 900 km melalui Grodno (Belarus), Lida (Belarus), Vilnius (Lithuania), Molodechno (Belarus), Minsk (Belarus), Orsha (Belarus) ke Smolensk, dan dari sana ke Moskow. Sementara berbaris ke arah depan Smolensk tanggal 26 September, para relawan Spanyol yang dialihkan dari Vitebsk dipindahkan ke Grup Tentara Utara menjadi bagian Angkatan Darat Ke-16 Jerman.

Blaue Division pertama kali ditempatkan di depan sungai Vokhov, dengan kantor pusatnya di Grigorovo, di pinggiran Novgorod. Mereka bertugas di bagian kilometer 50 dari Utara dan Selatan depan Novgorod, di sepanjang tepi Sungai Vokhov dan Danau Ilmen. Menurut kurator museum di gereja Spasa Preobrazheniya, Blaue Division menggunakan kubahnya sebagai tempat para penembak senapan mesin. Akibatnya, banyak bangunan yang rusak parah, termasuk banyak dari ikon abad pertengahan Feofan The Greek.

Pada bulan Agustus 1942, Blaue Division dipindahkan ke sisi Tenggara dari Pengepungan Leningrad, hanya di selatan dari Neva dekat Pushkin, Kolpino dan Krasny Bor di daerah Sungai Izhora.

Blaue Division yang menghadapi Red Army Soviet mencoba untuk mematahkan Pengepungan Leningrad pada bulan Februari 1943, dimana Tentara Uni Soviet Ke-55 yang memperkuat diri kembali setelah kemenangan epik di Stalingrad, menyerang posisi mereka dalam Pertempuran Krasny Bor, dekat jalan utama Moskow-Leningrad. Meksipun banyak korban yang jatuh, Blaue Division berhasil mempertahankan posisi mereka melawan Red Army yang jumlahnya 7 kali lebih besar dan didukung tank. Kemenangan ini mendatangkan reputasi Blaue Division. Mereka tetap berada di Leningrad dimana mereka menderita karena musim dingin menghadapi serangan musuh. Maka Franco pun mengirimkan bala bantuan, yang saat itu adalah orang-orang yang berada dalam wajib militer selain relawan.

Melalui rotasi, sebanyak 45.000 tentara Spanyol yang bertugas di Front Timur. Mereka dianugerahi dua penghargaan dari militer Spanyol dan Jerman. 

Setelah kekalahan Jerman di Stalingrad, situasi berubah dan lebih banyak pasukan Jerman yang dikerahkan ke Selatan. Pada saat itu, Jenderal Emilio Esteban Infantes telah mengambil alih komando.

Akhirnya, pihak Sekutu dan Konservatif mendesak Franco untuk melakukan penarikan pasukan dari Front Timur. Franco memulai negosiasi pada musim semi 1943 dan memberikan perintah penarikan pada 10 Oktober.

Beberapa tentara Spanyol menolak ditarik mundur. Beberapa percaya bahwa Franco memberikan izin asalkan jumlahnya di bawah 1.500 pasukan. Namun pemerintah Spanyol pada tanggal 3 November 1943, memerintahkan semua pasukan untuk kembali ke Spanyol. Pada akhirnya, yang tidak kembali ada 3.000 pasukan. Sebagian besar dari mereka adalah Falangis. Mereka juga bergabung dengan unit tempur Jerman lainnya, terutama Waffen-SS, dan relawan baru menyelinap melintasi perbatasan Spanyol dekat Lourdes. Unit pro-Jerman yang baru ini dinamakan Azul Legiun (Legiun Biru).

Orang-orang Spanyol ini awalnya tetap bagian dari 121. Infanterie-Division, tetapi juga mereka diperintahkan untuk kembali ke Spanyol di bulan Maret 1944. Mereka kembali pada tanggal 24 Maret. Sisa dari para relawan ini diserap ke unit Jerman.

Peleton dari Spanyol bertugas di 3. Gebirgs-Division dan 357. Infanterie-Division. Satu unit dikirim ke Latvia. Dua kompi bergabung dengan Resimen Brandenburger dan 121. Division di Yugoslavia untuk menghadapi partisan Tito. Lima puluh orang Spanyol pro fasis (beberapa di antaranya adalah mantan Spanyol pro komunis dari Republik Spanyol Kedua) memasuki Pyrennees (Prancis) untuk memerangi anggota Perlawanan Prancis.

140 orang dari 101. Kompanie (Spanische-Freiwilligen Kompanie der SS 101/Kompi Relawan Spanyol SS No. 101) terdiri atas 4 peleton bersenjata dan 1 peleton staf, dipasangkan pada 28. SS-Freiwilligen Grenadier-Division "Wallonien" dan bertempur di Pomerania dan Brandenburg ketika Red Army menyerbu Jerman Timur. Kemudian, sebagai bagian dari 11. SS-Freiwilligen Panzergrenadier Division "Nordland" dan di bawah komando SS-Hauptsturmführer Miguel Ezquerra, kompi ini bertempur di hari-hari terakhir perang melawan pasukan Soviet di Berlin.

Korban dari Blaue Division dan penerusnya mencakup 4.594 orang tewas dan 8.700 orang terluka. Lainnya, 372 anggota dari Blaue Division, Azul Legiun atau para relawan dari Spanische-Freiwilligen Kompanie der SS 101 ditawan oleh Soviet. 286 orang dari mereka tetap ditawan hingga 2 April 1954 ketika mereka kembali ke Spanyol dengan kapal "Semiramis", yang disediakan oleh Palang Merah Internasional.
Read more