Selasa, 31 Juli 2012

SS-Obersturmführer Halim Malkoc (1917 - 1947), Satu-Satunya Muslim Yang Menerima Medali Eisernes Kreuz

Para imam Handschar dalam kunjungan mereka ke Potsdam, bulan Juli 1943. Berdiri dari kiri ke kanan: Imam Husejin Dzozo, Imam Ahmed Skaka, tak diketahui, SS-Schütze Zvonimir Bemwald, SS-Obersturmführer Heinrich Gaese, Imam Divisi Abdulah Muhasilovic, orang Jerman yang tak diketahui namanya, Imam Haris Korkut, Imam Dzemal Ibrahimovic, Imam Hasan Bajraktarevic, Imam Salih Sabanovic, Imam Fikret Mehmedagic, Orang Jerman tak diketahui yang cuma sebagian terlihat, dan Imam Sulejman Alinajstrovic. Berlutut dari kiri ke kanan: Imam Muhamed Mujakic, Imam Halim Malkoc, Imam Kasim Maric, Imam Hasim Torlic, and Imam Osman Delic. 


Halim Malkoc (1917 - 7 Maret 1947) adalah seorang imam Muslim Bosnia yang bertugas di Waffen-SS Divisi Handschar dengan pangkat terakhir Obersturmführer (Letnan Satu). Dia terkenal karena peranannya dalam meredam pemberontakan sebagian prajurit Handschar di Villefranche-de-Rouergue tahun 1943. Atas jasanya tersebut, dipercaya bahwa Malkoc menjadi orang beragama Islam satu-satunya yang menerima medali Eisernes Kreuz atau Salib Baja dalam Perang Dunia II.

Ketika perang tersebut pecah, Malkoc telah menjadi seorang imam muda di Bosnia. Dia pun sebelumnya telah bertugas di dinas kemiliteran Yugoslavia sebagai perwira, dan dikenang sebagai seorang pemimpin militer yang berbakat. Pada tahun 1943 dia bergabung dengan Divisi Gunung SS ke-13 "Handschar" yang baru dibentuk, dan diserahi tugas sebagai imam shalat sekaligus ulama di "SS-Gebirgs-Pioneer Bataillon 13". Pada bulan Juli dia dan beberapa ulama Muslim lainnya dikirim ke Dresden untuk mengikuti "kursus Pelatihan Imam" selama tiga minggu yang diorganisasi oleh SS-Obergruppenführer Gottlob Berger dan perwira kehormatan SS Mohammad Amin al-Husseini (Mufti Besar Yerusalem). Mata pelajaran yang diberikan termasuk pengetahuan mengenai Waffen-SS; organisasi dan pangkatnya, juga pelatihan bahasa Jerman. Di waktu senggang, para imam tersebut diberikan kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat terkenal di Jerman seperti Berlin Opera, Kastil Babelsberg, Potsdam dan Nicholaisee.
Selama pelatihan tersebut, kaum komunis Prancis atau "agents provocateurs" yang menyusup ke dalam Divisi telah mendorong terjadinya pemberontakan di sebagian prajurit Handschar pada tanggal 17 September 1943 sehingga mengakibatkan terbunuhnya beberapa perwira Jerman yang diperbantukan disana. Malkoc dan orang Jerman Dr. Schweiger segera berusaha mengendalikan situasi yang semakin memburuk. Akhirnya, yang sebagian besar disebabkan semata oleh kelemahlembutan dan juga pengaruhnya, dia berhasil membujuk para prajurit yang memberontak untuk menyerah dan menurunkan senjatanya.

Atas jasanya tersebut yang krusial, dia dianugerahi Eiserne Kreuz II klasse pada bulan Oktober 1943. Setahun kemudian dia ditunjuk sebagai kepala imam seluruh Divisi Handschar ketika imam pertama yang ditunjuk Jerman, Imam Abdullah Muhasilović, desersi pada tanggal 21 Oktober 1944.

Setelah perang usai, pemerintah komunis yang berwenang di Yugoslavia memerintahkan untuk menghukum mati Imam Halim Malkoc. Tanggal 7 Maret 1947 dia menghembuskan nafas terakhirnya di tiang gantungan di Bihac.

0 komentar:

Minggu, 29 Juli 2012

Pembantaian Katyn, Eksekusi Orang-Orang Polandia Oleh Pasukan Soviet

http://cdn2.all-art.org/Visual_History/world_wars/7/Katyn_massacre3.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbT-4e-zxG5Oq7vHJFPvfN2iY6fkiNyEyLRzD__0KqgzrOQXNiE4-l7-KvnIsf2Op-MGU14K6dJfvMYiA9hW_HdxotCJ3CXkEv2LtTHLTm24SckOj5Do2nASblXmLMbZS6kUOLPfcyzOp0/s1600/Katy%C5%84,_ekshumacja_ofiar.jpg

http://foto.poland.gov.pl/cache/imgs/_w800/gallery/image/706.jpg

http://bookhaven.stanford.edu/wp-content/uploads/2010/12/Katyn-exhibit-image-3.jpg
Sebagian dari foto korban Pembantaian Katyn yang diambil oleh Nazi Jerman


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/e/e6/Les_mrtvych_v_Katyne.jpg/441px-Les_mrtvych_v_Katyne.jpg
Poster propaganda Nazi tentang Pembantaian Katyn. Di kemudian hari propaganda ini menjadi fakta tak terbantahkan

Pembantaian Katyn sering disebut tragedi Katyn, adalah pembantaian yang dilakukan oleh Komite Rakyat Intern Soviet (NKVD) terhadap para tawanan perang, tokoh cendikiawan, polisi dan pejabat negara Polandia lainnya yang ditangkap pada musim semi 1940. Selain menjadi sebutan untuk peristiwa pembantaian terhadap para perwira Polandia di kamp tawanan Perang Kozelsk di Hutan Katyn, juga termasuk pembantaian terhadap tawanan perang yang terjadi di kamp tawanan Perang Sitaluobai dan Ostashkov, serta pembantaian tawanan politik di White Russia barat dan Ukraina barat.

Di antara serangkaian pembantaian ini, skala pembantaian Katyn merupakan yang terbesar. Namun karena adanya peraturan wajib militer di Polandia maka semua siswa tamatan perguruan tinggi diwajibkan mengikuti wamil dan mengikuti pelatihan perwira militer. Artinya komunis Soviet telah membunuh cendikiawan Polandia dalam jumlah besar.

Berawal dari usulan Lavrenti Pavles dze Beria untuk menghabisi seluruh perwira Polandia. Dokumen resmi usulan tersebut akhirnya disetujui dan ditanda-tangani seluruh anggota Dinas Politik Pusat Partai Komunis Soviet (termasuk Stalin dan Beria). Setelah Soviet mengirim pasukannya ke Polandia pada 17 September 1939, Beria memberi laporan secara rinci mengenai jumlah dan situasi para tawanan di 3 kamp tawanan perang dan penjara lain, termasuk uraian mengenai jabatan militer serta sikap politik para perwira tersebut.

Pada laporan tertulis jelas bahwa mereka semua adalah “musuh bebuyutan” Soviet, oleh karena itu dianjurkan untuk menempuh pengadilan “cara khusus” dengan hukuman terberat ‘tembak mati’. Berdasarkan laporan inilah, pihak penguasa Soviet memberikan kuasa kepada Dinas Rakyat Intern Soviet untuk menembak mati 25.700 orang tawanan yang disebutkan dalam laporan tersebut.

Malam sebelum PD II, pada 23 Agustus 1939, Uni Soviet dan Jerman secara resmi menandatangani kesepakatan “Aturan Tidak Saling Invasi Jerman dan Soviet” di Moskow. Di tahun yang sama Jerman mengirim pasukan ke Polandia, sementara Soviet juga mengirim pasukan dengan dalih “melindungi keselamatan warga Ukraina barat dan White Rusia Barat”.

Pada 18 September 1939, Komandan Utama Tentara Polandia menurunkan perintah bahwa Uni Soviet bukan negara musuh dan meminta untuk tidak melancarkan perlawanan, karena ada 130.242 perwira dan prajurit Polandia menjadi tawanan perang Soviet. Pada 19 September dibangun 8 buah kamp konsentrasi untuk menyekap para tawanan Polandia itu. Selama masa pertukaran tawanan perang antara Jerman dan Soviet, masih tersisa lebih dari 20.000 perwira dan pejabat administratif di kamp konsentrasi.

13 April 1943, tentara NAZI Jerman yang berhasil menyerbu masuk ke dalam perbatasan Soviet mengumumkan bahwa tentara Jerman yang pernah menguasai Kota Smolensk milik Soviet pernah mendapati kuburan masal perwira Polandia yang dibantai oleh militer Soviet di wilayah Hutan Katyn. Setelah hal tersebut diselidiki oleh Komite Internasional yang dibentuk pihak Jerman, dipastikan bahwa para perwira dan prajurit yang mengenakan seragam militer Polandia itu tewas sekitar musim semi 1940 karena dibunuh Uni Soviet.

15 April 1943, Uni Soviet mengeluarkan dokumen resmi yang menyangkal hal ini, dan menyatakan bahwa para tawanan perang Polandia tersebut jatuh ke tangan tentara Jerman setelah Jerman berhasil menyerbu masuk Soviet, dan mereka dibunuh oleh tentara Jerman.

Setelah itu, Soviet dan Jerman masing-masing membentuk tim intel untuk dikirim ke Katyn guna melakukan penyelidikan, namun tidak pernah didapat hasil penyelidikan yang jelas.

Setelah PD II, kedua belah pihak baik Jerman maupun Soviet sama-sama tidak punya bukti kuat untuk membuktikan siapakah yang bertanggung jawab atas kejahatan perang tersebut, karena Pengadilan Militer Internasional Nuremberg tidak bisa mengambil keputusan. Kasus ini pun menjadi misteri tak terpecahkan sejak PD II.

13 April 1990, saat Presiden Polandia, Jaruzelski, berkunjung ke Soviet, Gorbachev mengakui bahwa tragedi kejam itu adalah “dosa paham Stalin”.

0 komentar:

Kamis, 19 Juli 2012

Pertempuran Eben-Emael (1940), Kejayaan Bagi Fallschirmjäger

Generaloberst Kurt Student, panglima Fallschirmjäger yang menjadi otak serangan terhadap Benteng Eben-Emael

Para komandan Fallschirmjäger yang berjasa dalam penyerbuan Eben-Emael, langsung diganjar oleh Adolf Hitler dengan Ritterkreuz, dan mendapat keistimewaan digambar satu-satu oleh pelukis resmi Wehrmacht, Wolfgang Willrich

Fallschirmjäger dari grup Koch, berfoto tanggal 12 Mei 1940, tak lama setelah dengan gemilang berhasil menguasai benteng Eben-Emael

Sturmgruppe Granit di Benteng Eben Emael, 10 Mei 1940 Rencana Jerman untuk Blitzkrieg front Barat (operasi Fall Gelb) di awal Perang Dunia II, untuk menyerang dan menundukkan Perancis dan negara-negara dataran rendah akan dilaksanakan setelah menundukkan Polandia (September 1939) yang sebagai daerah netral untuk berhadapan dengan Russia.

Pola strategi besarnya hampir sama dengan strategi saat Perang Dunia I yaitu Schlieffen Plan namun telah di revisi atas usulan Generaloberts Erich von Manstein menjadi Sichelschnitt, yaitu:
  • Heeresgruppe B melakukan sapuan dari sayap kanan melewati Belanda, Belgia dan Luksemburg (negara-negara dataran rendah) untuk memancing pasukan utama Perancis dan British Expeditionary Forces membantu Belanda dan Belgia.
  • Heeresgruppe A sebagai serangan utama dan dari tengah akan memotong dan mengurung pasukan Perancis dan British Expeditionary Forces melalui hutan Ardennes, menyebrangi sungai Meuse dan dari kota Sedan menuju daerah pantai di Boulogne, Calais dan Dunkirk di tepian English Channel dan Laut Atlantic.
  • Heeresgruppe C sebagai pancingan agar pasukan-pasukan Perancis tetap mematung di garis pertahanan / benteng-benteng Maginot.
Jerman, baik di awal maupun selama Perang Dunia II, lebih mengandalkan strategi, organisasi tempur (Battle Order) yang lebih modern, efektif efisien dan penguasaan medan, daripada banyaknya jumlah peralatan dan pasukan. Struktur serangan dari operasi Fall Gelb (kasus kuning) di pecah-pecah ke dalam operasi-operasi yang lebih kecil dan independen dengan koordinasi yang tinggi.

Target-target strategis dan penting (dengan urutan teratas) di Belgia untuk sebagian pelaksanaan operasi Fall Gelb yang harus direbut dan diamankan:
1) Jembatan Vroenhoven.
2) Benteng Eben Emael.
3) Jembatan Veldwezelt.
4) Jembatan Kanne.

Dimana selanjutnya jembatan-jembatan tersebut akan digunakan 6. Armee (Angkatan Darat ke 6) untuk penetrasi lebih jauh ke Belgia.

Alasan mengapa Benteng Eben Emael secara militer dianggap sebagai target kedua terpenting:
  1. Memiliki 6 kanon artileri kaliber 120 mm jarak tembak 18 km dan 2 di antaranya dapat berotasi 360 derajat dalam kubah baja kokoh, 16 kanon artileri kaliber 75mm jangkauan tembak 8 km (4 di antaranya dalam kubah baja yang dapat menembak ke segala arah). Kanon artileri tersebut dapat melindungi kota Maastricht di Utara dan kota Vise di Selatan. Selain itu, memiliki 12 kanon anti-tank kaliber 60mm, 24 heavy machine-gun, 6 light machine-gun, 4 kanon penangkis serangan udara kaliber 60mm dan 6 lampu sorot. Artileri tersebut terutama yang berkaliber 120mm, dapat digunakan pasukan Belgia utk menghancurkan ketiga jembatan penting dan menghambat gerak maju pasukan Jerman.
  2. Benteng ini mulai dibangun tahun 1932 dan selesai 1935 dengan biaya sekitar 24 juta Francs kala itu, dibangun karena pengalaman buruk Belgia terhadap Jerman saat Perang Dunia I. Dibangun pada bukit berbatuan Granit dengan ketinggian 50 meter dari permukaan laut dan terlindungi oleh faktor alam serta pertahanan buatan, berada di tepian Albert Canal pada bagian Utara dan sungai Meuse di bagian Timur, jebakan / parit tank selebar 20 meter dengan panjang 1.500 meter serta kawat berduri di bagian Barat dan Selatan, dan hanya memiliki satu pintu masuk. Panjang benteng keseluruhan yang membentuk segitiga utara-timur 900 meter dan timur-selatan 700 meter, dengan kedua sisi yang paling lebar 300 meter dan berada di atas tanah seluas 5 hektar. 
  3. Memiliki 2 lantai di dalam bukit (berada di atasnya Pillboxes, Casemates, Bunkers dengan periskop intip dan Cupolas, berikut variasi atap-atap dengan ketinggian 5 meter). Kedua lantai bawah bukit dan atap-atap tersebut dihubungkan dengan tangga, dimana terdapat dua tangga utama, dua lift dan koridor sepanjang 4.5 km di bawah bukit (transportasi perwira dalam benteng memakai sepeda). Serupa dengan Perancis dengan Benteng Maginot-nya, Belgia masih menganut pola fortifikasi dan Trench War karena belum memiliki inovasi strategi untuk meredam senapan mesin dan hantaman artileri berat saat pergerakan pasukan yang lebih mobile dan elastic dalam pola-pola serangan maupun pertahanan mereka.Benteng Eben Emael sangat well-situated, well-armed dan well-defended strongpoint, sangat sulit ditembus dan direbut dari segala arah, begitulah keyakinan para petinggi dan prajurit Belgia, rakyat Belgia dan pengamat militer kala itu.
  4. Memiliki sebuah garnisun berkekuatan 1.200 serdadu (sekitar 500 serdadu bertugas melayani kanon-kanon tersebut) di dalam Benteng Eben Emael, yang dapat bertambah dengan infantry support dari barak-barak di luar Benteng yang terlindungi oleh faktor alam dan buatan, hingga mereka dapat bertahan selama beberapa minggu walaupun terkepung, memiliki 6 generator sebagai pembangkit listrik sendiri.
Bila Jerman melakukan penyerangan atau perebutan target-target strategis tersebut dilakukan dengan frontal assault, sangat besar kemungkinan jembatan-jembatan penting di sungai Meuse dan Albert Canal akan rusak atau hancur seluruhnya karena diledakkan pasukan Belgia guna menghambat laju serangan pasukan Jerman. Terutama Benteng Eben Emael, frontal assault sama saja bunuh diri atau akan mengorbankan ribuan serdadu dan peralatan untuk merebutnya.

Kanon dengan kaliber tersebut yang dimiliki Eben Emael pada permulaan Perang Dunia II cukup mutakhir, mengingat panzer-panzer Jerman yang berjumlah 2.800 panzer pada permulaan perang, 90% kanonnya berkaliber 50mm dan 37mm, sedangkan howitzer-nya berkaliber 98mm & 105mm.

Penggodokan serangan ke Belgia dimulai pada bulan November 1939, dilakukan para petinggi militer Jerman dan salah satu penggagasnya Generalmajor Kurt Student.Cara apa yang harus dilakukan dan bagaimana, bila dengan pasukan payung, bagaimana cara agar tetap menjaga unsur kecepatan, dadakan dan komando terarah.

Akhirnya diputuskan bahwa serangan pembuka ke target-target strategis akan dilakukan oleh Fallschirmjäger tetapi tidak dengan terjun payung, namun dengan pesawat tanpa mesin tanpa suara, yaitu Glider DFS-230, alasannya:
  • Menjaga unsur kecepatan, dadakan dan koordinasi serangan pasukan kecil tersebut.
  • Ketepatan mendarat pasukan payung kurang akurat, melebar dan serdadunya tersebar.
  • Pasukan diterjunkan dengan payung, mendarat dengan senjata dan peralatan yang terpisah, setelah mendarat mereka harus melepas payung terlebih dahulu lantas mencari kontainer peralatan dan regunya.
  • Kontainer peralatan tidak dapat membawa peralatan untuk heavy infantry seperti: ekstra stielgranate, flame-thrower, demolition-charge, hollow-charge, bangalores, heavy machine-gun MG 34 dan assault-ladder, yang akan sangat berguna untuk merebut dan mempertahankan target-target jembatan, terutama Benteng Eben Emael dalam tempo singkat.
Hauptmann Walter Koch ditugaskan sebagai operator lapangan dalam serangan ke target-target di Belgia tersebut, dimana dia memilih personelnya dari I Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (I / FJR1) dan Oberleutnant Rudolf Witzig dari II Pionier Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (II / FJR1), pasukan ini disebut dengan Sturmabteilung Koch (Detasemen Serangan Koch).

Battle Order dari Sturmabteilung Koch yang terbentuk dengan perincian urutan:
Target = Kode Unit Tempur = Jumlah Gliders = Jumlah Serdadu):
  1. Jembatan Vroenhoven = Sturmgruppe Beton = 11 Gliders = 5 perwira = 129 serdadu (Kapten Koch berada disini).
  2. Benteng Eben Emael = Sturmgruppe Granit = 11 Gliders = 2 perwira = 85 serdadu (Letnan Witzig berada disini).Jumlah Glider sama dengan Beton tapi perwira dan serdadunya lebih sedikit, karena peralatan yang dibawa seperti: ekstra stielgranate, flame-thrower, demolition-charges, hollow-charges, bangalores, tangga dan heavy machine-gun.
  3. Jembatan Veldwezelt = Sturmgruppe Stahl = 10 Gliders = 1 perwira = 91 serdadu.
  4. Jembatan Kanne = Sturmgruppe Eisen = 10 Gliders = 2 perwira = 88 serdadu.
Pelatihan secara intensif dan rahasia Sturmgruppe Granit dilakukan di Hidelsheim hampir selama 6 bulan dengan menggunakan bunker-bunker buatan dan pengenalan medan melalui maket-maket untuk penentuan regu yang mengamankan 31 Werks (target) di atas benteng, serta pencarian informasi dari perusahaan dan orang-orang yang pernah mengerjakan proyek pembuatan benteng, agar diperoleh detail benteng tersebut.
Bukan hanya serdadu, pilot-pilot Glider juga dilatih secara intensif pada sebuah benteng Ceko yang hampir mirip dengan Eben Emael, terutama untuk pengaturan pendaratan atau memendekkan rentang pendaratan yang dibuatkan tambahan gulungan kawat dan berfungsi sebagai tambahan rem pada rel kayu pendaratan.

Rencana serangan Sturmgruppe Granit pada benteng Eben Emael:
  1. Gliders akan ditarik JU-52 mulai pukul 04.30 pagi hari 10 Mei 1940 dan dari dua lapangan terbang di luar kota Koln: Ostheim dan Butzweilerhof.
  2. Selama perjalanan menuju sasaran, tidak ada penggunaan radio komunikasi, unsur kejutan dadakan dan kesenyapan harus tetap terjaga. 
  3. JU-52 akan terbang dengan kecepatan 140 km perjam, dipandu dengan flare path sepanjang 20 km dari bawah, mulai Aachen menjelang perbatasan Jerman-Belgia, serta untuk memandu pelepasan Gliders.
  4. Gliders akan terlepas dari JU-52 saat masih dalam wilayah Jerman, untuk menghindari kecurigaan dari suara mesin JU-52 dan dari ketinggian 2.500 meter dengan jarak tersisa ke benteng Eben Emael sejauh 35 km dengan kecepatan terbang Gliders 124 km perjam. 5) Sebelas Gliders akan mendarat di atas benteng, saat matahari mulai terbit di belakang mereka pukul 05.30, hingga serdadu-serdadu jaga Belgia akan kesilauan dan tidak menyangka akan kedatangan tamu tak diundang yang modern tanpa suara, dari atas dan dari arah terbit matahari.
  5. Sebelas Gliders berisi 11 regu dengan tugas masing-masing regu terarah begitu mereka mendarat dan keluar dengan cepat dari Gliders untuk mengambil posisi serta melumpuhkan seluruh kanon berikut machine-gun support nya.
  6. Tugas-tugas Fallschirmjäger terbagi dalam 31 Werks. Satu Glider berisi sang komandan Sturmgruppe Grani, Letnan Witzig dengan pasukan cadangannya, Trupp 11.
  7. Operasi direncanakan memakan waktu sekitar 4 jam (berikut kemungkinan menahan serangan balik pasukan Belgia dari luar benteng atau dari dalam benteng) dan setelah itu pada pukul 10.00, akan digantikan 51. Pionier Bataillon dari 6. Armee yang akan melewati Jembatan Kanne yang diamankan Sturmgruppe Eisen.
  8. 5 menit setelah pendaratan Gliders (pukul 05.35) Heeresgruppe B (6. Armee ke Belgia) akan memulai serangan ke negara-negara dataran rendah.
Rencana pertahanan Belgia:
  1. Menunggu, terutama keyakinan mereka yang tinggi akan keampuhan benteng Eben Emael yang tidak dapat/sukar ditembus dari segala arah.
  2. Menghancurkan 3 jembatan penghubung ke daratan utama Belgia begitu tahu ada serangan.
  3. Kanon jarak jauhnya dari Benteng Eben Emael akan mengganggu pergerakan bala tentara Jerman, terutama saat membuat pontoon bridge atau memperbaiki jembatan rusak dan menyebrangi sungai Meuse dan Albert Canal.
  4. Bertahan selama mungkin untuk menunggu bantuan dari bala tentara Perancis dan British Expeditionary Forces.
Hasil diperoleh saat operasi Sturmgruppe Granit dari masing-masing rencana:
  1. Glider yang mengangkut Letnan Witzig sang komandan dari Sturmgruppe Granit dan Trupp 11 (regu cadangan), tali penariknya mengalami kerusakan, terlepas dan melakukan pendaratan darurat masih di sekitar Koln.
  2. Glider yg mengangkut Trupp 2 juga mengalami gangguan sehingga mendarat di Duren dekat dengan perbatasan Jerman-Belanda.
  3. Berarti hanya 9 Gliders yang mendarat di benteng dengan 55 serdadu dan 9 pilot berfungsi sebagai serdadu begitu mendarat dengan menembakkan light machine-gun M15 dari jendela kokpit untuk covering fire.
  4. Glider pertama yang mendarat di benteng dan mengangkut Trupp 8, mendarat pada pukul 05.24, di bawah hujan tembakan penangkis serangan udara yang terlambat mengetahuinya, lalu diikuti dengan Glider yang mengangkut Trupp 5 dan seterusnya.
  5. Karena Letnan Witzig berhalangan hadir saat operasi, seharusnya komandan pengganti adalah Leutnant Egon Delica, tetapi Glider yang mengangkut Trupp 1 mendarat sekitar 200 meter dari sasaran pendaratan karena remnya terlalu berfungsi dan diberondong heavy machine-gun dari Casemate 18. Oberfeldwebel (Sersan-Mayor) Helmut Wenzel dari Trupp 4 berinisiatif bahwa Letnan Delica tidak dapat mengambil alih posisi Letnan Witzig, maka dia menyalakan radio komunikasi untuk kontak dengan Kapten Koch di Vroenhoven, memberitahu posisi / situasi, kontak pembom tukik Stuka untuk menyerang posisi pasukan pendukung Belgia di luar bentang yang mulai menyusun serangan balik ke pintu masuk benteng, mengatur serangan secara keseluruhan Trupp di atas benteng dan selanjutnya juga meminta tambahan amunisi.
  6. Sekitar 20 menit dari seluruh pendaratan 9 Gliders, target-target utama seperti meriam kaliber 120mm dan kaliber 75mm berikut machine-gun support nya telah dilumpuhkan, kanon-kanon tersebut belum sempat bereaksi untuk menghantam tiga target dari jembatan penting tersebut.
  7. Sturmgruppe Eisen di bawah komando Oberleutnant Schachter yang bertugas merebut Jembatan Kanne mengalami perlawanan sengit, dia sendiri terluka serius, dan pasukan Belgia sempat meledakkan jembatan (perlu perbaikan kurang lebih setengah hari untuk dapat dipakai kembali), berarti serdadu pengganti Sturmgruppe Granit di benteng Eben Emael, 51. Pionier Bataillon akan terhambat sekitar 12 jam.Pertempuran di Jembatan Kanne sendiri berlangsung sengit, sampai pasukan induk ikut membantu Sturmgruppe Eisen dan baru selesai pertempurannya pada sore hari.
  8. Letnan Witzig dan Trupp 11 mendarat di benteng dengan Glider lain dari Koln pada pukul 08.30, Serma Wenzel memberikan laporan situasi bahwa semua target utama sudah dilumpuhkan, dan tinggal menahan serangan balik dari pasukan Belgia, baik dari dalam maupun luar benteng dan menunggu pasukan pengganti dari 51. Pionier Bataillon yang terhambat dan kemungkinan akan tiba pagi esok harinya pada tanggal 11 Mei.Letnan Witzig setelah menerima laporan situasi dari Serma Wenzel, memerintahkan agar dikibarkan bendera Jerman sebagai tanda bahwa Eben Emael telah dikuasai.
  9. Pasukan Belgia di dalam benteng tidak dapat berbuat banyak, karena mereka tidak dapat naik ke atap benteng, ditahan dengan tembakan gencar dari MG34, dilempari granat ”potato masher” dan disembur flame-thrower nya Sturmgruppe Granit. Dari dalam benteng, pasukan Belgia juga tidak bisa keluar, karena ditembaki dari atas. Pasukan dari luar benteng beberapa kali melakukan serangan balik, namun disapu dengan MG34 dari atas benteng, kejadian ini berlangsung sampai dini hari tanggal 11 Mei.
  10. Malam hari Trupp 2 yang melakukan pendaratan darurat di Duren sampai di Eben Emael, mereka naik truk, lantas bergerak jalan kaki menghindari rintangan-rintangan benteng dan naik ke atas benteng, memberikan bukti bahwa pertahanan dan koordinasi serangan pasukan Belgia dari luar benteng sudah mengendor dan tidak terkoordinasi.
  11. Pasukan Belgia menembakkan mortir dan light howitzer dari luar benteng, konon sekitar 2.300 peluru high-explosive dimuntahkan, namun hasilnya nihil karena Sturmgruppe Granit sudah berada pada posisi well-fortified.
  12. Pagi hari pada pukul 07.00 tanggal 11 Mei 1940, 51. Pionier Bataillon dengan menggunakan perahu karet mulai menyebrangi Albert Canal, lantas bergabung bersama-sama Sturmgruppe Granit untuk melakukan pengamanan di dalam dan di luar benteng.
  13. Pukul 12.00, Major Jottrand, komandan garnisun Belgia memberi tanda ketukan morse pada pintu besi di tingkat 1 sampai tiga kali, menyatakan bahwa mereka siap menyerah.
  14. Major Jottrand keluar ke atas benteng ditemani ajudannya dengan bendera putih, ditemui Letnan Witzig, saling memberi hormat militer, dan Major Jottrand menyerahkan benteng Eben Emael.
  15. Korban Sturmgruppe Granit, 6 tewas dan 18 terluka, sekitar 1.200 serdadu Belgia menyerahkan diri dengan korban tewas dan terluka sekitar 400, dimana mayoritas korban berasal dari luar benteng.
  16. Semua perwira dari Strurmabteilung Koch menerima Ritterkreuz (Knight Cross) begitu pula Serma Wenzel dan semua serdadu Fallschirmjäger menerima Iron Cross kelas 1.
Keberhasilan Blitzkrieg dan serangan komando Sturmabteilung Koch, terutama Sturmgruppe Granit di benteng Eben Emael, membuka mata militer dunia dan merubah total konsep perang pada masa itu yang masih mengandalkan numerical superiority, manuver massal, serangan dengan human wave, konsep fortification dan static defense.

Hal-hal yang menarik diketahui selama dan setelah operasi Benteng Eben Emael:
  1. Oberjäger Ernst Grechza dari Trupp 5 merupakan satu-satunya serdadu dari Strurmabteilung Koch yang hanya menerima Iron Cross kelas 2. Sebelum berangkat pada 10 Mei pagi hari, kantin minumnya diisi dengan Rum dan bermaksud untuk diberikan kepada rekannya yang terluka nanti di Eben Emael. Tapi dia tidak sanggup menahan godaannya untuk minum rum sendirian dan kebanyakan sampai mabuk. Kedapatan sedang duduk merosot di dekat kubah kanon 120mm, dimana kubah tersebut sedang berputar dan masih berfungsi, lantas ditarik Serma Wenzel menjauh dari kubah.
  2. Pasukan Belgia yang tertawan dipindahkan dari Eben Emael ke Dortmund, mereka disembunyikan dan diisolasi sementara dari tawanan perang lainnya. Karena mereka sebagai saksi atas dua senjata rahasia dan baru yang digunakan Jerman yaitu Glider dan hollow-charge. Hitler memerintahkan semua keberhasilan dari hollow-charge di Eben Emael di tutup semen, untuk menyembunyikan bukti dari senjata baru rahasianya. Ini dilakukan sebelum tamu-tamu dari negara lain dipersilahkan mengunjungi Eben Emael dua bulan kemudian.
  3. Satu serdadu tawanan Belgia di kemudian hari secara sukarela mendaftar, lulus seleksi dan diterima menjadi serdadu dari Waffen-SS divisi ke 27 Langemarck dan tewas di front timur.

0 komentar:

Minggu, 15 Juli 2012

Operasi Fall Weiß, Invasi Jerman Ke Polandia Yang Menyebabkan Pecahnya Perang Dunia II

Peta penyerbuan Jerman ke Polandia (setelah 14 September 1939)

Salah satu contoh Panzer II yang digunakan Jerman dalam Operasi Fall Weiß. Meskipun di foto ini tidak ada caption tentang hal tersebut, tapi cukup mudah untuk mengenali panzer-panzer yang digunakan dalam penyerbuan ke Polandia dan membedakannya dengan panzer yang digunakan setelahnya : Adanya Balkenkreuz dengan warna putih total

Pasukan Wehrmacht berbaris di ibukota Polandia, Warsawa

Fall Weiß adalah rencana strategis Jerman untuk invasinya ke negara Polandia yang telah dipersiapkan dari sejak sebelum tahun 1939 dan dipraktekkan secara nyata tanggal 1 September 1939.

Operasi Fall Weiß terutama sekali dikembangkan oleh Günther Blumentritt bersama dengan Erich von Manstein ketika mereka mengabdi sebagai perwira staff di bawah jenderal Gerd von Rundstedt di Grup Tentara Selatan yang berlokasi di Silesia.

Rencana tersebut mensyaratkan bahwa pasukan Jerman sudah harus bergerak maju melabrak musuh sebelum deklarasi perang diumumkan. Unit-unit pasukan Jerman akan menyerang Polandia dari tiga jurusan:

  • Serangan utama dari wilayah Jerman melalui perbatasan barat Polandia
  • Serangan kedua dilancarkan dari utara, terutama dari wilayah Prusia Timur
  • Serangan pemancing akan diluncurkan dari wilayah Slovakia dan dilakukan oleh gabungan pasukan Jerman dengan sekutu Slovakia-nya

Kesemua serangan tersebut direncanakan akan mempunyai titik temu di Warsawa, sedangkan pasukan utama Polandia akan dikepung dan dihancurkan di sebelah barat Vistula.

Fall Weiß sendiri tercatat dalam sejarah sebagai operasi militer pertama di tanah Eropa dalam kancah Perang Dunia II.

Bagaimana dengan prakteknya di lapangan, yang kemudian dikenal sebagai invasi Polandia?

Invasi Polandia tahun 1939 (di Polandia juga disebut "Kampanye September", "Kampania wrześniowa," dan "Perang Defensif 1939," "Wojna obronna 1939 roku"; di Jerman, "Kampanye Polandia," "Polenfeldzug," dinamai "Fall Weiss," "Case White," oleh Jerman, dan terkadang disebut "Perang Polandia-Jerman 1939"), adalah invasi yang dilancarkan oleh Nazi Jerman, Uni Soviet, dan kontingen Slowakia yang merupakan sebab khusus Perang Dunia II.

Invasi Polandia menandai dimulainya Perang Dunia II di Eropa karena sekutu Polandia, Britania Raya, Australia dan Selandia Baru menyatakan perang kepada Jerman pada tanggal 3 September, yang segera diikuti oleh Perancis, Afrika Selatan, dan Kanada diantara lainnya. Invasi Polandia dimulai pada tanggal 1 September 1939, satu minggu setelah penandatanganan Pakta Molotov-Ribbentrop, dan invasi ini berakhir pada tanggal 6 Oktober 1939, dengan Jerman dan Uni Soviet menduduki seluruh Polandia. Walaupun Britania Raya dan Prancis menyatakan perang setelah Jerman menyerang Polandia, sangat sedikit aksi militer langsung yang dilakukan (sehingga disebut juga Phoney War, perang bo'ong-bo'ongan).

Dengan terjadinya "Serangan Polandia" palsu oleh Jerman pada tanggal 31 Agustus 1939, pada 1 September, pasukan Jerman menyerang Polandia dari utara, selatan dan barat. Pasukan Polandia terbagi menjadi pertahanan-pertahanan tipis untuk melindungi perbatasan panjang mereka, dan segera mundur ke timur. Setelah kekalahan Polandia pada pertengahan September dalam Pertempuran Bzura, Jerman mendapat keuntungan yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Polandia lalu mulai mundur ke tenggara, mengikuti rencana untuk memanggil bantuan pertahanan pada daerah Romanian bridgehead, tempat pasukan Polandia menunggu serangan balasan Sekutu.
Pada tanggal 17 September 1939, tentara Merah Soviet menyerang daerah timur Polandia dalam kooperasi dengan Jerman. Soviet mengambil daerah bagian mereka dari pakta Molotov-Ribbentrop, yang membagi Eropa Timur untuk Nazi dan Soviet. Untuk menghadapi front kedua, pemerintah Polandia menginsyafi bahwa dengan mempertahankan Romanian bridgehead tidak lagi mungkin sehingga memerintahkan evakuasi semua pasukan ke Rumania. Pada tanggal 1 Oktober, Jerman dan Uni Soviet sepenuhnya menguasai Polandia, walaupun pemerintah Polandia tidak pernah menyerah. Tanah dan Angkatan Udara Polandia yang masih ada dievakuasi ke Rumania dan Hungaria. Banyak yang melarikan diri bergabung dengan pasukan Polandia Merdeka di Perancis, Suriah, dan Britania Raya.

Setelah kampanye September, gerakan perlawanan dibentuk. Pasukan Polandia terus berkontribusi dalam operasi militer Sekutu. Jerman merebut wilayah Polandia yang diduduki Soviet ketika Jerman menyerang Uni Soviet pada tanggal 22 Juni 1941, dan kehilangan teritori pada tahun 1944 kepada tentara Merah. Setelah perang, Polandia kehilangan lebih dari 20% populasi sebelum perang dibawah pendudukan yang menandai berakhirnya Negara Polandia Kedua.
Kekuatan:
Jerman:
56 divisi,
4 brigadir,
9.000 senapan,
2.500 tank,
2.315 pesawat tempur
Uni Soviet:
33+ divisi,
11+ brigadir,
4.959 senapan,
4.736 tank,
3.300 pesawat tempur
Slowakia:
3 divisi
Jumlah:
1.500.000 orang Jerman,
800.000+ orang Soviet,
50.000 orang Slowakia
Seluruhnya: 2.350.000+
Polandia:
39 divisi,
16 brigadir,
4.300 senapan,
880 tank,
400 pesawat tempur
Jumlah: 950.000

Korban:
Jerman:
16.343 tewas,
27.280 terluka,
320 hilang
Uni Soviet:
737 tewas atau hilang,
1.125 terluka
Slowakia:
18 tewas,
46 terluka,
11 hilang
Polandia:
66.000 tewas,
133.700 terluka,
694.000 ditangkap
 


0 komentar:

Rabu, 11 Juli 2012

Brandenburgers, Pasukan Elit Jerman Ahli Intelijen

Admiral Wilhelm Canaris, pembenci Hitler yang menjadi komandan Abwehr sekaligus orang di balik pembentukan Brandenburgers

Leutnant der Reserve Adrian Freiherr von Foelkersam, peraih Ritterkreuz (Ritterkreuzträger) dari Divisi Brandenburg paling terkenal, yang akhirnya ditransfer ke satuan SS di bawah Otto Skorzeny

Unternehmen Leopard : ini adalah foto yang diambil di kapal Kriegsmarine setelah operasi militer yang sukses di Leros, pagi tanggal 18 November 1943. Dari kiri ke kanan : prajurit serbu-pantai Brandenburg (perhatikan helm baja standarnya), pelaut Kriegsmarine, prajurit para Brandenburg dari 15th (parachute) Coy, dan Fallschirmjäger dari I/FJR2, yang berada di bawah pimpinan dari Martin Kühne dalam operasi ini (dia sendiri mendapat Ritterkreuz)

Brandenburgers dalam operasi militer di pulau Leros. Disini mereka bahu membahu bertempur bersama pasukan Fallschirmjäger
 
Jika kita sekarang mengenal apa yang disebut pasukan khusus atau pasukan komando, hal ini tidaklah terlepas dari apa yang dulu dikenal sebagai resimen rahasia Brandenburg Jerman. Pasukan inilah yang dianggap sebagai cikal bakal pasukan khusus zaman sekarang. Satuan Brandenburg merupakan basil gagasan cemerlang Laksamana Walter Wilhelm Canaris (1887-1945), pemimpin dinas rahasia militer Jerman atau Abwehr.

Brandenburgers adalah salah satu pasukan elit Jerman pada waktu Perang Dunia ke 2, akan tetapi mereka tidak mendapatkan publisitas sebesar Fallschirmjäger atau SS.
 
Brandenburgers dibentuk oleh Theodore Von Hippel seorang Veteran perang dunia ke I di front Afrika di bawah pimpinan Paul von Lettow-Vorbeck seorang pemimpin gerilya yang sangat hebat (kehebatannya mungkin lebih daripada pemimpin gerilyawan lain seperti Tito atau Nguyen Giap, tetapi tidak terlalu terkenal karena front Afrika pada perang dunia I memang kurang diekspos). Ide membentuk pasukan spesial ini disampaikan kepada Wehrmacht tapi ditolak dengan tegas oleh Jendral-jendral yang kebanyakan orang militer yang sangat tradisionalis, akan tetapi Theodore tidak mudah menyerah, dia menyerahkan proposal tersebut kepada Abwehr (Intelejen Jerman) dibawah Admiral Wilhelm Canaris dan dia menyetujui pembentukan divisi khusus ini.
Battalion Ebbinghaus dibentuk Tahun 1939 oleh Hippel yang terdiri dari Tentara jerman yang bisa berbicara bahasa Polandia, saat invasi ke Polandia mereka ditugaskan memasuki daerah Polandia dahulu dan menyebabkan kerusakan dan kekacauan dengan menguasai dan menghancurkan rel kereta api dan jalan utama. Meskipun sukses Batallion ini dibubarkan.

Battalion yang baru dibentuk dengan nama Lehr und Bau Kompanie z.b.V 800 (Perlatihan dan konstruksi no 800) untuk mencari/rekrutmen untuk divisi ini Hippel tidak mencari orang-orang yang Ras Arya tapi orang -orang slavic, Polandia dan etnik lainnya karena mereka harus bergerak dibelakang garis musuh dan bergerak di antara musuh mereka. Syarat lain adalah menguasai setidaknya satu bahasa dengan baik, sehingga banyak orang-orang yang direkrut ini dapat berbicara dua hingga tiga bahasa lain. Mempelajari adat-istiadat daerah musuh juga penting supaya tidak dicurigai. Battalion ini diberi nama Battalion Brandenburg sesuai dengan tempat latihan mereka.

Battalion ini kembali bersinar pada saat invasi ke negara Belanda, Belgia dan Luxemburg, Salah satu aksi yang terkenal adalah menguasai jembatan Meuse di Gennep Belanda, dengan menyamar sebagai polisi Belanda mereka dapat menguasai Pos dan jembatan itu akan tetapi mereka pun terdesak oleh tembakan tentara belanda. Leutnant Wilhelm Walther pun dengan baju polisi berdiri dan berjalan menyeberang jembatan, karena abaju polisi itu tentara belanda pun ragu-ragu untuk menembak dan dapat dikalahkan anggota tim yang lain Jembatan pun dapat dikuasai.
 
Anggota Brandenburger mempunyai keahlian yang banyak dan bervariasi, selain bahasa asing juga parasut, demolisi, taktik perang unit kecil, sabotase pilot, komunikasi, pemalsuan uang, ada beberapa juga yang terdiri dari pemain ski handal, mereka dilatih khusus untuk berperang di utara Rusia yang sangat dingin.
Yang unik dari Brandenburger adalah jika mereka menyamar jadi tentara musuh mereka selalu memakai baju seragam Jerman di dalamnya jadi jika akan mulai berperang, mereka ganti baju dulu mereka tidak akan mulai menembaki lawannya jika baju seragam mereka belum terlihat..jadi mereka menyatakan diri sebagai tentara bukan mata-mata (peraturan perang menegaskan jika tentara tertangkap maka harus di hormati sebagai tawanan perang, tapi jika mata-mata ditangkap dia bisa langsung dihukum mati), meskipun itu mereka selalu membawa pill sianida untuk bunuh diri.
 
Tetapi mereka paling bersinar di Ostfront. Mereka dapat menghancurkan jalur komunikasi musuh dan menguasai jalur supply. Agustus 1942 sebuah unit Brandenburger yang terdiri dari 62 orang dari Baltik dan Jerman Selatan dipimpin oleh Adrian von Foelkersam menyamar sebagai tentara NKVD Soviet menguasai ladang perminyakan Maikop, dalam perjalanan ke sana mereka bertemu tentara rusia yang ingin melakukan desersi. Freikop pun menangkap mereka dan membawa mereka ke Maikop melalui daerah Soviet dengan mudah memasuki daerah Maikop Foelkersam dengan seragam mayor NKVD membawa pasukan desersi ke Komandan Soviet, komandan Soviet pun memberi selamat dan memberi "tur" kota dan tata letak dan posisi pertahanan Soviet (tentunya disimak dengan seksama oleh Foelkersam). Setelah tentara jerman mendekat, pasukan penyamar pimpinan Foelkersam dengan menggunakan granat lalu merusak sistem komunikasi Maikop, dan memberitahukan Komandan Soviet bahwa "kita diserang artileri dan ada perintah untuk mundur!" Karena tidak ada sarana komunikasi untuk memastikan sedangkan satu satunya sumber informasi yang ada hanya datang dari Foelkersam, maka oleh karena itu pasukan Soviet pun mundur, Maikop pun dikuasai Jerman tanpa perlawanan sedikitpun dari tentara Soviet.
Divisi Brandenburg juga aktif di Yugoslavia untuk tugas anti partisan dan penyerangan ke Kos dan Leros di perbatasan Turki untuk melawan Tentara Inggris dan Italia di sana bersama Fallschirmjäger.
 
Selama ini Brandenburger ada di bawah komando Abwehr dan tidak disukai Himmler dan SS-nya, sehingga setelah Canaris di hukum mati karena tertuduh terlibat Valkyrie bersama Stauffenberg cs maka Brandenburger di pindah ke SS dan dijadikan motorized infantri biasa lalu dikirim Ost Front, akan tetapi banyak juga yang minta ditransfer ke special forces nya SS -Jagverbande. Divisi ini akhirnya terkalahkan setelah bertarung melawan Soviet di Pillau, Rusia, banyak juga yang menyerah kepada Inggris di Schleswig-Holstein tapi banyak juga yang saking lihainya menyamar menghilang begitu saja.
 
Setelah perang dunia ke 2 banyak orang-orang ex Brandenburger pindah ke legiun asing Prancis atau jadi penasihat militer negara-negara berkembang.


0 komentar: