Sabtu, 23 Juni 2012

Blitzkrieg, Strategi Perang Kilat Yang Membuat Jerman Berjaya Di Awal Perang Dunia II

Gabungan serbuan panzer dan panzergrenadier (pasukan infanteri yang menyertai tank) dalam sebuah serangan di padang rumput Rusia, diambil dari majalah era Third Reich 'Signal'

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikJ9kJjSBsDVeCwItngbS6uExgmosnHtoZ1JY6E-VZLQUg_oEl94sP-aFN4tLTE-8Jq_AVDJaaFwoNMrZj6E-3iZoof3XHfhizrKDYb80o0ipn04DC8nyphAEgQTWvNBgvUL8rCY5EtMU/s1600/Ju87-Poland-px800.jpg
Pesawat-pesawat bomber tukik Ju-87 "Stuka" milik Luftwaffe yang dikerahkan untuk mendukung serangan kilat ke Polandia, 1 September 1939

Blitzkrieg, merupakan strategi perang kilat ("perang cepat") yang dilakukan oleh Jerman saat Perang Dunia II. Saat itu Jerman dipimpin oleh Adolf Hitler bersamaan dengan Nazi berhasil menguasai sebagian wilayah Eropa dengan menggunakan strategi ini. Cara berperang ini terbukti efektif dengan berhasil dikuasainya Polandia dan Perancis oleh Jerman pada Perang Dunia II. Kata Blitzkrieg berasal dari dua kata Blitz yang berarti kilat, dan Krieg yang berarti perang, kedua kata tersebut berasal dari bahasa Jerman.

Konsep Blitzkrieg:

1. Angkatan Udara menyerang garis depan dan posisi samping musuh, jalan utama, bandar udara dan pusat komunikasi. Pada waktu yang bersamaan Infantri menyerangan seluruh garis pertahanan (atau setidaknya pada tempat-tempat penting) dan juga menyerang musuh. Cara ini akan mengendalikan musuh untuk mengetahui kekuatan utama yang akan menyerang mereka sehingga cara ini akan membuat pihak musuh kesulitan untuk membuat strategi pertahanan.
2. Memusatkan unit-unit Tank untuk menghancurkan garis-garis pertahanan utama sekaligus menusuk masuk tank-tank untuk jauh kedalam wilayah musuh, sementara unit yang sudah dimekanisasi melakukan pengejaran dan pertempuran dengan pihak musuh yang bertahan sebelum mereka sempat membuat posisi pertahanan. Infantri turut serta bertempur dengan musuh agar pihak musuh tertipu dan menjaga kekuatan musuh untuk tidak menarik diri dari pertempuran agar nantinya menghindari pihak musuh untuk membentuk pertahanan yang efektif.

3. Infantri dan unit pendukung lainnya menyerang sisi musuh (enemy flank) dalam rangka melengkapi hubungan dengan grup/kelompok lainnya sekaligus mengepung musuh dan/atau menguasai posisi strategis.
4. Grup yang sudah dimekanisasi (seperti Tank) mempelopori masuk lebih dalam kedalam wilayah musuh untuk mengepung posisi musuh dan memparalelkan dengan sisi musuh untuk mencegah penarikan pasukan dan pihak bertahan musuh untuk mendirikan posisi bertahan yang efektif.

5. Pasukan utama bergabung dengan pasukan yang sudah mengepung posisi musuh untuk selanjutnya menghancurkan pertahanan musuh.


0 komentar: