Rabu, 16 Mei 2012

Schwerer Gustav dan Dora, Meriam Raksasa Jerman Di Perang Dunia II Yang Berjalan Di Atas Rel

Meriam Raksasa "Schwerer Gustav"

Meriam Raksasa "Dora"
Schwerer Gustav (Gustav Berat/Raksasa atau Gustav Akbar/Besar) dan Dora adalah nama dari dua senjata artileri 80 cm K (E) raksasa yang berjalan di atas rel milik Jerman dalam Perang Dunia II, yang khusus digunakan dalam operasi-operasi pengepungan. Senjata-senjata ini dikembangkan oleh Krupp dengan tujuan sederhana: menghancurkan benteng yang dipersenjatai dan dilindungi dengan sangat kuat, utamanya yang berada di Garis Maginot yang memisahkan antara Prancis dengan Jerman. Beratnya adalah 1.350 ton sementara pelurunya sendiri seberat tidak kurang dari 7 ton. Jarak "lemparan" pelurunya adalah 37 kilometer (23 mil). Adolf Hitler telah menggadang-gadang senjata ini untuk digunakan dalam perang dengan Prancis yang memang telah dia rencanakan, tapi kemudian ketika perang tersebut pecah (perang yang dimaksud di sini adalah Perang Dunia II) ternyata senjatanya masih belum siap diterjunkan dalam pertempuran. Pada kenyataannya, tanpa bantuan Gustav dan Dora pun, pasukan Wehrmacht mampu menembus pertahanan Prancis di Garis Maginot.

Gustav sendiri pada akhirnya digunakan untuk melawan Uni Soviet dalam pengepungan Sevastopol selama Operasi Barbarossa. Tak lama kemudian meriam raksasa ini muncul dalam pengepungan Jerman yang lain di Stalingrad, dan kemungkinan besar berencana pula untuk dipakai dalam memadamkan pemberontakan Warsawa (1944), meskipun pemberontakan tersebut padam sebelum Gustav sempat digunakan. Di akhir perang Gustav dirampas oleh pasukan Amerika, sementara Dora dihancurkan oleh Jerman sendiri menjelang akhir-akhir perang demi mencegah jatuh ke tangan Tentara Merah Rusia.

Gustav dan Dora tercatat sebagai senjata dengan kaliber terbesar dalam sejarah yang pernah digunakan dalam pertempuran, begitu pula amunisinya yang tercatat sebagai peluru artileri paling berat yang pernah dibuat manusia. Dia hanya tersaingi oleh Little David Mortar 36 inci milik Amerika dan juga sejumlah mortir pengepung yang memuntahkan amunisi yang lebih kecil ukuran dan beratnya.

Pada tahun 1934 Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman (OKH) memberi orderan pada pabrik Krupp di Essen (Jerman) untuk merancang sebuah senjata yang mampu menghancurkan benteng-benteng pertahanan Prancis di Garis Maginot yang saat itu hampir selesai dibangun. Amunisi senjata tersebut harus mampu menembus beton setebal tujuh meter atau lapis baja setebal satu meter, dan harus di luar jangkauan artileri Prancis itu sendiri. Insinyur Krupp Dr. Erich Müller mengkalkulasikan bahwa untuk itu dibutuhkan sebuah senjata dengan kaliber 80 cm yang menembakkan proyektil seberat 7 ton dari laras sepanjang 30 meter. Dengan stelan seperti itu, maka senjata tersebut akan mempunyai berat sekurangnya 1000 ton. Tentu saja ukuran dan beratnya tidak akan memungkinkan meriam raksasa ini dipindahkan dengan cara biasa menggunakan jalan raya, melainkan harus memakai rel ganda kereta api. Seperti halnya senjata rel kereta lainnya, maka satu-satunya gerakan pada laras senjata tersebut hanyalah naik-turun, dan arahnya tentu saja disesuaikan dengan arah rel kereta menuju. Krupp mempersiapkan senjata jenis ini dengan kaliber yang berbeda-beda: 70 cm, 80 cm, 85 cm, dan 1 m.

Tak ada kelanjutan dari rencana ini sampai bulan Maret 1936, ketika Adolf Hitler mengadakan kunjungan ke Essen dan menanyakan tentang spesifikasi senjata tersebut. Tak ada komitmen berarti yang diberikan oleh Hitler mengenai pengembangannya lebih jauh, tapi pengerjaan desainnya kemudian dimulai dengan model pertama kaliber 80 cm. Setelah selesai awal 1937 dan mendapat persetujuan, akhirnya dikerjakanlah senjata pertama yang start dari musim panas 1937. Sayangnya, faktor teknis yang begitu rumit dalam pembuatan dan pengecoran senjata besi yang begitu besarnya membuat batas waktu penyelesaian (musim panas 1940) tak dapat dipenuhi.

Krupp membangun model percobaannya akhir tahun 1939 dan kemudian mengirimnya ke Hillersleben untuk uji coba tembakan. Masalah penetrasi juga dicoba dalam tes ini. Penembakan dengan elevasi tinggi membuat amunisi 7,1 ton yang dimuntahkannya mampu menembus beton tujuh meter plus lempengan baja setebal satu meter sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Ketika tes tersebut selesai pertengahan tahun 1940, dibuat pula "kendaraan" yang akan membawanya. Alfried Krupp (anak dari Krupp yang namanya dijadikan nama senjata tersebut) secara pribadi menjadi guide bagi Hitler dalam inspeksinya ke Lokasi Tes Rügenwald di musim panas 1941. Saat itu diserahkan pula secara resmi artileri Gustav. Hitler begitu terkejut ketika mendapati bahwa telah disiapkan pula peluru dengan berat 11 ton bila peluru yang ada sekarang dianggap masih belum cukup. Dia memerintahkan bahwa penggunaan peluru semacam ini harus langsung dari persetujuannya dan seizinnya. Karena sampai perang usai dia tidak pernah mengeluarkan izin tersebut, maka peluru super raksasa ini tidak pernah dikembangkan lebih lanjut.

Dua buah senjata langsung diorder dan uji coba tambahan kembali dilakukan tanggal 10 September 1941. Tembakan pertama di tes dengan menggunakan laras yang telah dipersiapkan. Pada bulan November 1941 laras tersebut dibawa ke Rügenwald untuk menjalani delapan kali lagi uji tembak. Kini yang digunakan adalah peledak penghancur baja yang berhasil ditembakkan sampai sejauh 37.210 meter.

Senjata ini diletakkan di atas sasis yang didesain khusus, yang didukung oleh empat buah troli paralel beroda yang dipasang di atas rel. Setiap troli mempunyai 20 gandar (poros roda), sehingga totalnya ada 80 gandar (160 roda). Krupp menamai senjata dahsyat ini sebagai Schwerer Gustav (Gustav Berat) yang diambil dari nama direktur senior pabrik tersebut, Gustav Krupp von Bohlen und Halbach.

Amunisi bagi senjata ini sendiri terdiri dari peledak lapis baja/beton kelas berat dan juga peledak berdaya ledak tinggi yang lebih ampuh. Proyektil roket berdaya jangkau jauh (150 km) juga telah direncanakan untuk digunakan, tapi kemudian diurungkan karena si laras otomatis harus lebih dipanjangkan lagi sampai 84 meter. Proyektil roket ini rencananya digunakan untuk membombardir daratan Inggris melintasi selat Dover.

Sesuai dengan tradisi turun-temurun di perusahaan Krupp, tak ada biaya dibebankan bagi pemesan untuk senjata pertama ini, meskipun untuk senjata kedua bertipe sama (Dora), Krupp menghargainya sebesar 7 juta Reichsmark.

Nama "Dora" ini sendiri diambil dari nama istri direktur senior pabrik Krupp tersebut.

Pada bulan Februari 1942 dibentuklah Unit Artileri Berat (E) 672 dan langsung dikirimkan ke front Krim (Kaukasus), bersama dengan senjata super andalan mereka, Gustav. Senjata ini dikirimkan tidak utuh begitu saja, melainkan dalam komponen-komponen terpisah yang diangkut menggunakan 25 buah truk yang membentuk iring-iringan sepanjang 1,5 kilometer. Setelah tiba di Tanah Genting Perekop awal Maret 1942, senjata tersebut diistirahatkan karena kini adalah bagian pengerjaan rel yang memanjang sejauh 16 kilometer (10 mil) sehingga mencapai bagian utara dari Simferopol-Sebastopol (yang menjadi targetnya). Di ujung rel tersebut dibuat berbentuk semi-lingkaran untuk memudahkan Gustav dalam berputar.

Tes tempur pertama senjata ini adalah pengepungan Sebastopol. Instalasi dimulai awal Mei, dan tanggal 5 Juni senjata tersebut telah siap untuk ditembakkan. Target berikut ini yang tercatat pernah dihancurkannya:
  • 5 Juni
    - Artileri pantai Soviet dengan jarak 25.000 meter. Delapan peluru ditembakkan.
    - Benteng
    Stalin. Enam peluru ditembakkan.
  • 6 Juni
    - Benteng
    Molotov. Tujuh peluru ditembakkan.
    - Tebing Putih: Tempat penyimpanan amunisi bawah laut di Pantai Severnaya. Lokasinya adalah 30 meter di bawah permukaan laut dengan pelindung beton setebal 10 meter. Setelah sembilan peluru ditembakkan, arsenal tersebut hancur berkeping-keping dan akibatnya salah satu kapal di pantai tersebut ikut tenggelam karena efek ledakannya.
  • 7 Juni
    - Ditembakkan untuk mendukung serangan infantri di Sudwestspitze, sebuah fortifikasi pertahanan terpencil milik Soviet. Tujuh peluru ditembakkan.
  • 11 Juni
    - Benteng
    Siberia. Lima peluru ditembakkan.
  • 17 Juni
    - Benteng
    Maxim Gorki dan sekelompok meriam pantainya. Lima peluru ditembakkan.
Pada akhir pengepungan tanggal 4 Juli, kota Sebastopol tinggal puing-puing belaka, dan 30.000 ton amunisi telah ditembakkan. Gustav sendiri telah menembakkan total 48 buah peluru, sehingga laras senjatanya telah menjadi aus. Ditambahkanlah laras cadangan, sementara yang pertama dikirim pulang ke pabrik Krupp di Essen untuk "pemulihan" sehingga bisa dipakai kembali.

Senjata tersebut lalu dibongkar untuk kemudian dipindahkan ke bagian utara dari Rusia, dimana Jerman sedang merencanakan serangan pada kota Leningrad yang dikepung. Gustav diletakkan sekitar 30 km dari kota di dekat stasiun kereta api Taizy. Namun rencana serangan tersebut dibatalkan. Jadi, terpaksa Gustav menghabiskan musim dingin 1942/1043 di dekat Leningrad.

Setelah itu, artileri kelas berat ini dikembalikan dulu ke Jerman untuk perbaikan. Meskipun ada beberapa klaim yang menyebutkan bahwa sesudahnya Gustav dipakai dalam pertempuran Warsawa tahun 1944, tapi pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Klaim ini kemungkinan bersumber karena adanya salah satu selongsong amunisi Gustav yang dipamerkan di Musium Angkatan Darat Polandia.

Yang jelas, senjata ini kemudian dihancurkan oleh pihak Jerman sendiri (yang jelas sebelum tanggal 22 April 1945) demi mencegahnya jatuh ke tangan Sekutu atau Rusia. Sisa-sisanya ditemukan di sebuah hutan 15 kilometer (9 mil) di sebelah utara Auerbach atau 50 kilometer (31 mil) sebelah tenggara Chemnitz.

Dora adalah senjata kedua yang diproduksi yang mempunyai spesifikasi sama persis dengan Gustav. Penggunaannya terutama di medan pertempuran Stalingrad, dimana senjata tersebut ditempatkan 15 kilometer (9 mil) sebelah barat kota di sekitar pertengahan Agustus 1942. Dora telah siap beraksi tanggal 13 September, tapi tak lama kemudian senjata ini sudah dibongkar kembali karena Jerman ketakutan akan kepungan balik Rusia yang mengancam posisinya. Ketika pasukan Jerman mundur besar-besaran dari Front Timur, Dora pun ikut serta. Nasibnya tidak setragis Gustav yang dihancurkan, melainkan hanya dibongkar saja menjelang akhir perang. Yang kemudian menemukannya adalah tentara Amerika di Barat, yang hampir bersamaan waktunya dengan ditemukannya Schwerer Gustav.

Tipe: Senjata kepung/artileri rel
Masa tugas: 1941-1945
Pengguna: Wehrmacht

Data produksi:
Desainer: Krupp
Dibuat: 1934
Pabrik pembuat: Krupp
Harga per unit: 7 juta Reichsmark
Produksi pertama: 1941
Jumlah produksi: 2

Spesifikasi:
Berat: 1.350 ton
Panjang: 47,3 meter
Panjang laras: 32,48 meter (L/40.6)
Lebar: 7,1 meter
Tinggi: 11,6 meter
Kaliber: 800 mm (31,5 inci)
Elevasi: Maksimum 48"
Kecepatan tembak: 1 kali tembak setiap 30 sampai 45 menit, atau bisa mencapai 14 kali tembak dalam sehari
Kecepatan peluru: 820 m/s (HE), 720 m/s (AP)
Jarak efektif: Sekitar 39 km
Jarak maksimal: 48 km (HE); 38 km (AP)
Kru: 250 orang untuk memasang senjata ini dalam waktu 3 hari (54 jam), 2.500 orang untuk memasang jalur rel dan membuat pertahanan di sekeliling senjata. Dibutuhkan 2 batalion flak untuk melindungi senjata ini dari serangan udara.

0 komentar: