Generaloberst Kurt Student, panglima Fallschirmjäger yang menjadi otak serangan terhadap Benteng Eben-Emael
Para komandan Fallschirmjäger yang
berjasa dalam penyerbuan Eben-Emael, langsung diganjar oleh Adolf Hitler
dengan Ritterkreuz, dan mendapat keistimewaan digambar satu-satu oleh
pelukis resmi Wehrmacht, Wolfgang Willrich
Fallschirmjäger dari grup Koch,
berfoto tanggal 12 Mei 1940, tak lama setelah dengan gemilang berhasil
menguasai benteng Eben-Emael
Sturmgruppe Granit di Benteng Eben
Emael, 10 Mei 1940 Rencana Jerman untuk Blitzkrieg front Barat (operasi
Fall Gelb) di awal Perang Dunia II, untuk menyerang dan menundukkan
Perancis dan negara-negara dataran rendah akan dilaksanakan setelah
menundukkan Polandia (September 1939) yang sebagai daerah netral untuk
berhadapan dengan Russia.
Pola strategi besarnya hampir sama
dengan strategi saat Perang Dunia I yaitu Schlieffen Plan namun telah di
revisi atas usulan Generaloberts Erich von Manstein menjadi
Sichelschnitt, yaitu:
- Heeresgruppe B melakukan sapuan dari
sayap kanan melewati Belanda, Belgia dan Luksemburg (negara-negara
dataran rendah) untuk memancing pasukan utama Perancis dan British
Expeditionary Forces membantu Belanda dan Belgia.
- Heeresgruppe A sebagai serangan
utama dan dari tengah akan memotong dan mengurung pasukan Perancis dan
British Expeditionary Forces melalui hutan Ardennes, menyebrangi sungai
Meuse dan dari kota Sedan menuju daerah pantai di Boulogne, Calais dan
Dunkirk di tepian English Channel dan Laut Atlantic.
- Heeresgruppe C sebagai pancingan agar pasukan-pasukan Perancis tetap mematung di garis pertahanan / benteng-benteng Maginot.
Jerman, baik di awal maupun selama
Perang Dunia II, lebih mengandalkan strategi, organisasi tempur (Battle
Order) yang lebih modern, efektif efisien dan penguasaan medan, daripada
banyaknya jumlah peralatan dan pasukan. Struktur serangan dari operasi
Fall Gelb (kasus kuning) di pecah-pecah ke dalam operasi-operasi yang
lebih kecil dan independen dengan koordinasi yang tinggi.
Target-target strategis dan penting
(dengan urutan teratas) di Belgia untuk sebagian pelaksanaan operasi
Fall Gelb yang harus direbut dan diamankan:
1) Jembatan Vroenhoven.
2) Benteng Eben Emael.
3) Jembatan Veldwezelt.
4) Jembatan Kanne.
Dimana selanjutnya jembatan-jembatan
tersebut akan digunakan 6. Armee (Angkatan Darat ke 6) untuk penetrasi
lebih jauh ke Belgia.
Alasan mengapa Benteng Eben Emael secara militer dianggap sebagai target kedua terpenting:
- Memiliki 6 kanon artileri kaliber
120 mm jarak tembak 18 km dan 2 di antaranya dapat berotasi 360 derajat
dalam kubah baja kokoh, 16 kanon artileri kaliber 75mm jangkauan tembak 8
km (4 di antaranya dalam kubah baja yang dapat menembak ke segala
arah). Kanon artileri tersebut dapat melindungi kota Maastricht di Utara
dan kota Vise di Selatan. Selain itu, memiliki 12 kanon anti-tank
kaliber 60mm, 24 heavy machine-gun, 6 light machine-gun, 4 kanon
penangkis serangan udara kaliber 60mm dan 6 lampu sorot. Artileri
tersebut terutama yang berkaliber 120mm, dapat digunakan pasukan Belgia
utk menghancurkan ketiga jembatan penting dan menghambat gerak maju
pasukan Jerman.
- Benteng ini mulai dibangun tahun
1932 dan selesai 1935 dengan biaya sekitar 24 juta Francs kala itu,
dibangun karena pengalaman buruk Belgia terhadap Jerman saat Perang
Dunia I. Dibangun pada bukit berbatuan Granit dengan ketinggian 50 meter
dari permukaan laut dan terlindungi oleh faktor alam serta pertahanan
buatan, berada di tepian Albert Canal pada bagian Utara dan sungai Meuse
di bagian Timur, jebakan / parit tank selebar 20 meter dengan panjang
1.500 meter serta kawat berduri di bagian Barat dan Selatan, dan hanya
memiliki satu pintu masuk. Panjang benteng keseluruhan yang membentuk
segitiga utara-timur 900 meter dan timur-selatan 700 meter, dengan kedua
sisi yang paling lebar 300 meter dan berada di atas tanah seluas 5
hektar.
- Memiliki 2 lantai di dalam bukit
(berada di atasnya Pillboxes, Casemates, Bunkers dengan periskop intip
dan Cupolas, berikut variasi atap-atap dengan ketinggian 5 meter). Kedua
lantai bawah bukit dan atap-atap tersebut dihubungkan dengan tangga,
dimana terdapat dua tangga utama, dua lift dan koridor sepanjang 4.5 km
di bawah bukit (transportasi perwira dalam benteng memakai sepeda).
Serupa dengan Perancis dengan Benteng Maginot-nya, Belgia masih menganut
pola fortifikasi dan Trench War karena belum memiliki inovasi strategi
untuk meredam senapan mesin dan hantaman artileri berat saat pergerakan
pasukan yang lebih mobile dan elastic dalam pola-pola serangan maupun
pertahanan mereka.Benteng Eben Emael sangat well-situated, well-armed
dan well-defended strongpoint, sangat sulit ditembus dan direbut dari
segala arah, begitulah keyakinan para petinggi dan prajurit Belgia,
rakyat Belgia dan pengamat militer kala itu.
- Memiliki sebuah garnisun berkekuatan
1.200 serdadu (sekitar 500 serdadu bertugas melayani kanon-kanon
tersebut) di dalam Benteng Eben Emael, yang dapat bertambah dengan
infantry support dari barak-barak di luar Benteng yang terlindungi oleh
faktor alam dan buatan, hingga mereka dapat bertahan selama beberapa
minggu walaupun terkepung, memiliki 6 generator sebagai pembangkit
listrik sendiri.
Bila Jerman melakukan penyerangan atau
perebutan target-target strategis tersebut dilakukan dengan frontal
assault, sangat besar kemungkinan jembatan-jembatan penting di sungai
Meuse dan Albert Canal akan rusak atau hancur seluruhnya karena
diledakkan pasukan Belgia guna menghambat laju serangan pasukan Jerman.
Terutama Benteng Eben Emael, frontal assault sama saja bunuh diri atau
akan mengorbankan ribuan serdadu dan peralatan untuk merebutnya.
Kanon dengan kaliber tersebut yang
dimiliki Eben Emael pada permulaan Perang Dunia II cukup mutakhir,
mengingat panzer-panzer Jerman yang berjumlah 2.800 panzer pada
permulaan perang, 90% kanonnya berkaliber 50mm dan 37mm, sedangkan
howitzer-nya berkaliber 98mm & 105mm.
Penggodokan serangan ke Belgia dimulai
pada bulan November 1939, dilakukan para petinggi militer Jerman dan
salah satu penggagasnya Generalmajor Kurt Student.Cara apa yang harus
dilakukan dan bagaimana, bila dengan pasukan payung, bagaimana cara agar
tetap menjaga unsur kecepatan, dadakan dan komando terarah.
Akhirnya diputuskan bahwa serangan
pembuka ke target-target strategis akan dilakukan oleh Fallschirmjäger
tetapi tidak dengan terjun payung, namun dengan pesawat tanpa mesin
tanpa suara, yaitu Glider DFS-230, alasannya:
- Menjaga unsur kecepatan, dadakan dan koordinasi serangan pasukan kecil tersebut.
- Ketepatan mendarat pasukan payung kurang akurat, melebar dan serdadunya tersebar.
- Pasukan diterjunkan dengan payung,
mendarat dengan senjata dan peralatan yang terpisah, setelah mendarat
mereka harus melepas payung terlebih dahulu lantas mencari kontainer
peralatan dan regunya.
- Kontainer peralatan tidak dapat
membawa peralatan untuk heavy infantry seperti: ekstra stielgranate,
flame-thrower, demolition-charge, hollow-charge, bangalores, heavy
machine-gun MG 34 dan assault-ladder, yang akan sangat berguna untuk
merebut dan mempertahankan target-target jembatan, terutama Benteng Eben
Emael dalam tempo singkat.
Hauptmann Walter Koch ditugaskan sebagai
operator lapangan dalam serangan ke target-target di Belgia tersebut,
dimana dia memilih personelnya dari I Bataillon, 1 Fallschirmjäger
Regiment (I / FJR1) dan Oberleutnant Rudolf Witzig dari II Pionier
Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (II / FJR1), pasukan ini disebut
dengan Sturmabteilung Koch (Detasemen Serangan Koch).
Battle Order dari Sturmabteilung Koch yang terbentuk dengan perincian urutan:
Target = Kode Unit Tempur = Jumlah Gliders = Jumlah Serdadu):
- Jembatan Vroenhoven = Sturmgruppe Beton = 11 Gliders = 5 perwira = 129 serdadu (Kapten Koch berada disini).
- Benteng Eben Emael = Sturmgruppe
Granit = 11 Gliders = 2 perwira = 85 serdadu (Letnan Witzig berada
disini).Jumlah Glider sama dengan Beton tapi perwira dan serdadunya
lebih sedikit, karena peralatan yang dibawa seperti: ekstra
stielgranate, flame-thrower, demolition-charges, hollow-charges,
bangalores, tangga dan heavy machine-gun.
- Jembatan Veldwezelt = Sturmgruppe Stahl = 10 Gliders = 1 perwira = 91 serdadu.
- Jembatan Kanne = Sturmgruppe Eisen = 10 Gliders = 2 perwira = 88 serdadu.
Pelatihan secara intensif dan rahasia
Sturmgruppe Granit dilakukan di Hidelsheim hampir selama 6 bulan dengan
menggunakan bunker-bunker buatan dan pengenalan medan melalui
maket-maket untuk penentuan regu yang mengamankan 31 Werks (target) di
atas benteng, serta pencarian informasi dari perusahaan dan orang-orang
yang pernah mengerjakan proyek pembuatan benteng, agar diperoleh detail
benteng tersebut.
Bukan hanya serdadu, pilot-pilot Glider
juga dilatih secara intensif pada sebuah benteng Ceko yang hampir mirip
dengan Eben Emael, terutama untuk pengaturan pendaratan atau memendekkan
rentang pendaratan yang dibuatkan tambahan gulungan kawat dan berfungsi
sebagai tambahan rem pada rel kayu pendaratan.
Rencana serangan Sturmgruppe Granit pada benteng Eben Emael:
- Gliders akan ditarik JU-52 mulai
pukul 04.30 pagi hari 10 Mei 1940 dan dari dua lapangan terbang di luar
kota Koln: Ostheim dan Butzweilerhof.
- Selama perjalanan menuju sasaran,
tidak ada penggunaan radio komunikasi, unsur kejutan dadakan dan
kesenyapan harus tetap terjaga.
- JU-52 akan terbang dengan kecepatan
140 km perjam, dipandu dengan flare path sepanjang 20 km dari bawah,
mulai Aachen menjelang perbatasan Jerman-Belgia, serta untuk memandu
pelepasan Gliders.
- Gliders akan terlepas dari JU-52
saat masih dalam wilayah Jerman, untuk menghindari kecurigaan dari suara
mesin JU-52 dan dari ketinggian 2.500 meter dengan jarak tersisa ke
benteng Eben Emael sejauh 35 km dengan kecepatan terbang Gliders 124 km
perjam. 5) Sebelas Gliders akan mendarat di atas benteng, saat matahari
mulai terbit di belakang mereka pukul 05.30, hingga serdadu-serdadu jaga
Belgia akan kesilauan dan tidak menyangka akan kedatangan tamu tak
diundang yang modern tanpa suara, dari atas dan dari arah terbit
matahari.
- Sebelas Gliders berisi 11 regu
dengan tugas masing-masing regu terarah begitu mereka mendarat dan
keluar dengan cepat dari Gliders untuk mengambil posisi serta
melumpuhkan seluruh kanon berikut machine-gun support nya.
- Tugas-tugas Fallschirmjäger terbagi
dalam 31 Werks. Satu Glider berisi sang komandan Sturmgruppe Grani,
Letnan Witzig dengan pasukan cadangannya, Trupp 11.
- Operasi direncanakan memakan waktu
sekitar 4 jam (berikut kemungkinan menahan serangan balik pasukan Belgia
dari luar benteng atau dari dalam benteng) dan setelah itu pada pukul
10.00, akan digantikan 51. Pionier Bataillon dari 6. Armee yang akan
melewati Jembatan Kanne yang diamankan Sturmgruppe Eisen.
- 5 menit setelah pendaratan Gliders
(pukul 05.35) Heeresgruppe B (6. Armee ke Belgia) akan memulai serangan
ke negara-negara dataran rendah.
Rencana pertahanan Belgia:
- Menunggu, terutama keyakinan mereka
yang tinggi akan keampuhan benteng Eben Emael yang tidak dapat/sukar
ditembus dari segala arah.
- Menghancurkan 3 jembatan penghubung ke daratan utama Belgia begitu tahu ada serangan.
- Kanon jarak jauhnya dari Benteng
Eben Emael akan mengganggu pergerakan bala tentara Jerman, terutama saat
membuat pontoon bridge atau memperbaiki jembatan rusak dan menyebrangi
sungai Meuse dan Albert Canal.
- Bertahan selama mungkin untuk menunggu bantuan dari bala tentara Perancis dan British Expeditionary Forces.
Hasil diperoleh saat operasi Sturmgruppe Granit dari masing-masing rencana:
- Glider yang mengangkut Letnan Witzig
sang komandan dari Sturmgruppe Granit dan Trupp 11 (regu cadangan),
tali penariknya mengalami kerusakan, terlepas dan melakukan pendaratan
darurat masih di sekitar Koln.
- Glider yg mengangkut Trupp 2 juga mengalami gangguan sehingga mendarat di Duren dekat dengan perbatasan Jerman-Belanda.
- Berarti hanya 9 Gliders yang
mendarat di benteng dengan 55 serdadu dan 9 pilot berfungsi sebagai
serdadu begitu mendarat dengan menembakkan light machine-gun M15 dari
jendela kokpit untuk covering fire.
- Glider pertama yang mendarat di
benteng dan mengangkut Trupp 8, mendarat pada pukul 05.24, di bawah
hujan tembakan penangkis serangan udara yang terlambat mengetahuinya,
lalu diikuti dengan Glider yang mengangkut Trupp 5 dan seterusnya.
- Karena Letnan Witzig berhalangan
hadir saat operasi, seharusnya komandan pengganti adalah Leutnant Egon
Delica, tetapi Glider yang mengangkut Trupp 1 mendarat sekitar 200 meter
dari sasaran pendaratan karena remnya terlalu berfungsi dan diberondong
heavy machine-gun dari Casemate 18. Oberfeldwebel (Sersan-Mayor) Helmut
Wenzel dari Trupp 4 berinisiatif bahwa Letnan Delica tidak dapat
mengambil alih posisi Letnan Witzig, maka dia menyalakan radio
komunikasi untuk kontak dengan Kapten Koch di Vroenhoven, memberitahu
posisi / situasi, kontak pembom tukik Stuka untuk menyerang posisi
pasukan pendukung Belgia di luar bentang yang mulai menyusun serangan
balik ke pintu masuk benteng, mengatur serangan secara keseluruhan Trupp
di atas benteng dan selanjutnya juga meminta tambahan amunisi.
- Sekitar 20 menit dari seluruh
pendaratan 9 Gliders, target-target utama seperti meriam kaliber 120mm
dan kaliber 75mm berikut machine-gun support nya telah dilumpuhkan,
kanon-kanon tersebut belum sempat bereaksi untuk menghantam tiga target
dari jembatan penting tersebut.
- Sturmgruppe Eisen di bawah komando
Oberleutnant Schachter yang bertugas merebut Jembatan Kanne mengalami
perlawanan sengit, dia sendiri terluka serius, dan pasukan Belgia sempat
meledakkan jembatan (perlu perbaikan kurang lebih setengah hari untuk
dapat dipakai kembali), berarti serdadu pengganti Sturmgruppe Granit di
benteng Eben Emael, 51. Pionier Bataillon akan terhambat sekitar 12
jam.Pertempuran di Jembatan Kanne sendiri berlangsung sengit, sampai
pasukan induk ikut membantu Sturmgruppe Eisen dan baru selesai
pertempurannya pada sore hari.
- Letnan Witzig dan Trupp 11 mendarat
di benteng dengan Glider lain dari Koln pada pukul 08.30, Serma Wenzel
memberikan laporan situasi bahwa semua target utama sudah dilumpuhkan,
dan tinggal menahan serangan balik dari pasukan Belgia, baik dari dalam
maupun luar benteng dan menunggu pasukan pengganti dari 51. Pionier
Bataillon yang terhambat dan kemungkinan akan tiba pagi esok harinya
pada tanggal 11 Mei.Letnan Witzig setelah menerima laporan situasi dari
Serma Wenzel, memerintahkan agar dikibarkan bendera Jerman sebagai tanda
bahwa Eben Emael telah dikuasai.
- Pasukan Belgia di dalam benteng
tidak dapat berbuat banyak, karena mereka tidak dapat naik ke atap
benteng, ditahan dengan tembakan gencar dari MG34, dilempari granat
”potato masher” dan disembur flame-thrower nya Sturmgruppe Granit. Dari
dalam benteng, pasukan Belgia juga tidak bisa keluar, karena ditembaki
dari atas. Pasukan dari luar benteng beberapa kali melakukan serangan
balik, namun disapu dengan MG34 dari atas benteng, kejadian ini
berlangsung sampai dini hari tanggal 11 Mei.
- Malam hari Trupp 2 yang melakukan
pendaratan darurat di Duren sampai di Eben Emael, mereka naik truk,
lantas bergerak jalan kaki menghindari rintangan-rintangan benteng dan
naik ke atas benteng, memberikan bukti bahwa pertahanan dan koordinasi
serangan pasukan Belgia dari luar benteng sudah mengendor dan tidak
terkoordinasi.
- Pasukan Belgia menembakkan mortir
dan light howitzer dari luar benteng, konon sekitar 2.300 peluru
high-explosive dimuntahkan, namun hasilnya nihil karena Sturmgruppe
Granit sudah berada pada posisi well-fortified.
- Pagi hari pada pukul 07.00 tanggal
11 Mei 1940, 51. Pionier Bataillon dengan menggunakan perahu karet mulai
menyebrangi Albert Canal, lantas bergabung bersama-sama Sturmgruppe
Granit untuk melakukan pengamanan di dalam dan di luar benteng.
- Pukul 12.00, Major Jottrand,
komandan garnisun Belgia memberi tanda ketukan morse pada pintu besi di
tingkat 1 sampai tiga kali, menyatakan bahwa mereka siap menyerah.
- Major Jottrand keluar ke atas
benteng ditemani ajudannya dengan bendera putih, ditemui Letnan Witzig,
saling memberi hormat militer, dan Major Jottrand menyerahkan benteng
Eben Emael.
- Korban Sturmgruppe Granit, 6 tewas
dan 18 terluka, sekitar 1.200 serdadu Belgia menyerahkan diri dengan
korban tewas dan terluka sekitar 400, dimana mayoritas korban berasal
dari luar benteng.
- Semua perwira dari Strurmabteilung
Koch menerima Ritterkreuz (Knight Cross) begitu pula Serma Wenzel dan
semua serdadu Fallschirmjäger menerima Iron Cross kelas 1.
Keberhasilan Blitzkrieg dan serangan
komando Sturmabteilung Koch, terutama Sturmgruppe Granit di benteng Eben
Emael, membuka mata militer dunia dan merubah total konsep perang pada
masa itu yang masih mengandalkan numerical superiority, manuver massal,
serangan dengan human wave, konsep fortification dan static defense.
Hal-hal yang menarik diketahui selama dan setelah operasi Benteng Eben Emael:
- Oberjäger
Ernst Grechza dari Trupp 5 merupakan satu-satunya serdadu dari
Strurmabteilung Koch yang hanya menerima Iron Cross kelas 2. Sebelum
berangkat pada 10 Mei pagi hari, kantin minumnya diisi dengan Rum dan
bermaksud untuk diberikan kepada rekannya yang terluka nanti di Eben
Emael. Tapi dia tidak sanggup menahan godaannya untuk minum rum
sendirian dan kebanyakan sampai mabuk. Kedapatan sedang duduk merosot di
dekat kubah kanon 120mm, dimana kubah tersebut sedang berputar dan
masih berfungsi, lantas ditarik Serma Wenzel menjauh dari kubah.
- Pasukan
Belgia yang tertawan dipindahkan dari Eben Emael ke Dortmund, mereka
disembunyikan dan diisolasi sementara dari tawanan perang lainnya.
Karena mereka sebagai saksi atas dua senjata rahasia dan baru yang
digunakan Jerman yaitu Glider dan hollow-charge. Hitler memerintahkan
semua keberhasilan dari hollow-charge di Eben Emael di tutup semen,
untuk menyembunyikan bukti dari senjata baru rahasianya. Ini dilakukan
sebelum tamu-tamu dari negara lain dipersilahkan mengunjungi Eben Emael
dua bulan kemudian.
- Satu
serdadu tawanan Belgia di kemudian hari secara sukarela mendaftar, lulus
seleksi dan diterima menjadi serdadu dari Waffen-SS divisi ke 27
Langemarck dan tewas di front timur.
0 komentar: