Pembantaian Katyn, Eksekusi Orang-Orang Polandia Oleh Pasukan Soviet
06.23
By
Fajar Muhammad Rivai
Kumpulan Artikel Tentang Nazi
0
komentar
Sebagian dari foto korban Pembantaian Katyn yang diambil oleh Nazi Jerman
Poster propaganda Nazi tentang Pembantaian Katyn. Di kemudian hari propaganda ini menjadi fakta tak terbantahkan
Pembantaian Katyn sering disebut tragedi Katyn, adalah pembantaian yang
dilakukan oleh Komite Rakyat Intern Soviet (NKVD) terhadap para tawanan
perang, tokoh cendikiawan, polisi dan pejabat negara Polandia lainnya
yang ditangkap pada musim semi 1940. Selain menjadi sebutan untuk
peristiwa pembantaian terhadap para perwira Polandia di kamp tawanan
Perang Kozelsk di Hutan Katyn, juga termasuk pembantaian terhadap
tawanan perang yang terjadi di kamp tawanan Perang Sitaluobai dan
Ostashkov, serta pembantaian tawanan politik di White Russia barat dan
Ukraina barat.
Di antara serangkaian pembantaian ini, skala pembantaian Katyn merupakan
yang terbesar. Namun karena adanya peraturan wajib militer di Polandia
maka semua siswa tamatan perguruan tinggi diwajibkan mengikuti wamil dan
mengikuti pelatihan perwira militer. Artinya komunis Soviet telah
membunuh cendikiawan Polandia dalam jumlah besar.
Berawal dari usulan Lavrenti Pavles dze Beria untuk menghabisi seluruh
perwira Polandia. Dokumen resmi usulan tersebut akhirnya disetujui dan
ditanda-tangani seluruh anggota Dinas Politik Pusat Partai Komunis
Soviet (termasuk Stalin dan Beria). Setelah Soviet mengirim
pasukannya ke Polandia pada 17 September 1939, Beria memberi laporan
secara rinci mengenai jumlah dan situasi para tawanan di 3 kamp tawanan
perang dan penjara lain, termasuk uraian mengenai jabatan militer serta
sikap politik para perwira tersebut.
Pada laporan tertulis jelas bahwa mereka semua adalah “musuh bebuyutan”
Soviet, oleh karena itu dianjurkan untuk menempuh pengadilan “cara
khusus” dengan hukuman terberat ‘tembak mati’. Berdasarkan laporan
inilah, pihak penguasa Soviet memberikan kuasa kepada Dinas Rakyat
Intern Soviet untuk menembak mati 25.700 orang tawanan yang disebutkan
dalam laporan tersebut.
Malam sebelum PD II, pada 23 Agustus 1939, Uni Soviet dan Jerman secara
resmi menandatangani kesepakatan “Aturan Tidak Saling Invasi Jerman dan
Soviet” di Moskow. Di tahun yang sama Jerman mengirim pasukan ke
Polandia, sementara Soviet juga mengirim pasukan dengan dalih
“melindungi keselamatan warga Ukraina barat dan White Rusia Barat”.
Pada 18 September 1939, Komandan Utama Tentara Polandia menurunkan
perintah bahwa Uni Soviet bukan negara musuh dan meminta untuk tidak
melancarkan perlawanan, karena ada 130.242 perwira dan prajurit Polandia
menjadi tawanan perang Soviet. Pada 19 September dibangun 8 buah kamp
konsentrasi untuk menyekap para tawanan Polandia itu. Selama masa
pertukaran tawanan perang antara Jerman dan Soviet, masih tersisa lebih
dari 20.000 perwira dan pejabat administratif di kamp konsentrasi.
13 April 1943, tentara NAZI Jerman yang berhasil menyerbu masuk ke dalam
perbatasan Soviet mengumumkan bahwa tentara Jerman yang pernah
menguasai Kota Smolensk milik Soviet pernah mendapati kuburan masal
perwira Polandia yang dibantai oleh militer Soviet di wilayah Hutan
Katyn. Setelah hal tersebut diselidiki oleh Komite Internasional yang
dibentuk pihak Jerman, dipastikan bahwa para perwira dan prajurit yang
mengenakan seragam militer Polandia itu tewas sekitar musim semi 1940
karena dibunuh Uni Soviet.
15 April 1943, Uni Soviet mengeluarkan dokumen resmi yang menyangkal hal
ini, dan menyatakan bahwa para tawanan perang Polandia tersebut jatuh
ke tangan tentara Jerman setelah Jerman berhasil menyerbu masuk Soviet,
dan mereka dibunuh oleh tentara Jerman.
Setelah itu, Soviet dan Jerman masing-masing membentuk tim intel untuk
dikirim ke Katyn guna melakukan penyelidikan, namun tidak pernah didapat
hasil penyelidikan yang jelas.
Setelah PD II, kedua belah pihak baik Jerman maupun Soviet sama-sama
tidak punya bukti kuat untuk membuktikan siapakah yang bertanggung jawab
atas kejahatan perang tersebut, karena Pengadilan Militer Internasional
Nuremberg tidak bisa mengambil keputusan. Kasus ini pun menjadi misteri
tak terpecahkan sejak PD II.
13 April 1990, saat Presiden Polandia, Jaruzelski, berkunjung ke Soviet,
Gorbachev mengakui bahwa tragedi kejam itu adalah “dosa paham Stalin”.
0 komentar: