Tragedi Blücher Bersaudara, Saving Private Ryan ala Nazi Jerman
Wolfgang Graf von Blücher, putra tertua di
antara Blücher Bersaudara yang terbunuh dalam Pertempuran Kreta (disini
pangkatnya masih sebagai Leutnant). Dia adalah seorang kakak sekaligus
idola bagi adik-adiknya, dan karena pengaruhnyalah Leberecht dan
Hans-Joachim bergabung dengan Fallschirmjäger
Leberecht Graf von Blücher, si penunggang
kuda misterius yang terbunuh dalam usahanya membantu kakaknya yang
terkepung musuh. Setelah kematiannya, banyak warga sekitar yang
bersumpah telah melihat hantu dirinya sedang menunggang kuda
Hans-Joachim Graf von Blücher, si bungsu
yang meregang nyawa di usia yang masih teramat muda (17 tahun).
Kehilangan ketiga anak kebanggan keluarga ini telah memukul sang ibu
teramat dalam, apalagi dia baru menerima beritanya empat minggu setelah
kejadian
Wehrpaß dari Wolfgang Graf von Blücher.
Dia dan adik-adiknya merupakan keturunan dari Jenderal Prusia Von
Blücher yang menjadi penentu kehancuran Napoleon dalam Pertempuran
Waterloo
Death Card dari Blücher Bersaudara, dengan
nama-nama anggota keluarga yang berduka di bagian bawah. Perhatikan,
bahwa masih ada satu orang anggota lelaki keluarga Blücher yang selamat,
yaitu Leutnant zur See Adolf Graf von Blücher, dialah si "Ryan" yang
sebenarnya! Kemungkinan besar bahwa si Adolf ini ditarik
dari garis pertempuran demi mencegah tertumpahnya darah Blücher keempat,
sama seperti yang terjadi dalam kasus Private Ryan dalam filmnya Steven
Spielberg
Batu nisan dari kuburan dua orang anggota Blücher Bersaudara. Sampai saat ini mayat Leberecht tak pernah ditemukan...
Bagi yang pernah menonton film
fenomenal Saving Private Ryan karya Sutradara Yahudi Steven Spielberg,
pastilah tahu akan jalan cerita film tersebut, dimana Tom Hanks dan
pasukannya ditugasi untuk menarik Matt Damon dari medan laga, dengan
alasan sederhana bahwa semua kakak-kakaknya telah terbunuh dalam
pertempuran. Ternyatalah hal seperti ini (kakak-adik yang terbunuh dalam
perang) bukanlah suatu hal yang aneh dan hanya terjadi dalam film saja,
karena setiap negara mempunyai Saving Private Ryan versi mereka
sendiri, seperti contohnya lima bersaudara dari keluarga Sullivan
(Amerika Serikat) yang tewas dalam waktu yang sama ketika kapal laut
yang mereka tumpangi tenggelam dalam perjalanannya di lautan (yakni peristiwa tenggelamnya kapal perang USS Juneau).
Lalu bagaimana dengan Nazi
Jerman? Tentu saja ada pula yang
masuk dalam kategori, salah satu di antaranya adalah si kembar Schneider
dari 3./FJR5 yang sama-sama terbunuh dalam pertempuran memperebutkan
Lembah 331 dekat Bou-Arada, Tunisia, awal tahun 1942. yang satu terbunuh
ketika berusaha membantu saudaranya yang terluka parah, yang juga
kemudian meninggal karena luka-lukanya. Ada juga Alfred Genz yang
kehilangan dua orang saudaranya (Günther Genz dari FJR3 dan Harald Genz
dari 2./LL.St.Rgt) dalam pertempuran di Kreta. Karena kematian tersebut,
Genz menjadi satu-satunya anggota keluarga pria yang selamat dalam
keluarganya, dan mendapat dispensasi untuk keluar dari ketentaraan (sama
seperti dalam film Saving Private Ryan). Bukannya bersyukur, Genz malah
menolaknya dan kemudian ditugasi untuk membentuk kembali batalion
pertama dari Sturm Regiment yang hancur lebur di Kreta. Tanggal 1
Januari 1942 dia ditransfer ke Sekolah Pertempuran Darat Luftwaffe yang
terletak di Groß-Born dimana disana dia menjadi instruktur yang
menangani pelatihan para calon komandan kompi.
Yang paling terkenal dari
kasus-kasus "saudara terbunuh dalam peperangan" ini adalah tragedi yang
menimpa tiga orang anggota keluarga Blücher.
Di antara enam ribu lebih
Fallschirmjäger yang terbunuh dalam Pertempuran Kreta, terdapat tiga
orang bersaudara yang masih merupakan kerabat dari Gebhard Leberecht von
Blücher, Generalfeldmarschall asal Prusia yang meraih nama besarnya
dalam Pertempuran Waterloo melawan Napoleon Bonaparte. Para keturunan
aristokrat tradisional Prusia ini sama-sama bertugas di Divisi
Fallschirmjäger ke-7 (meskipun berada di kompi yang berbeda-beda), dan
KIA (Killed in Action) dalam pertempuran sengit ketika berusaha merebut
pangkalan udara di sekitar Heraklion.
Nomor pertama adalah Leberecht
Graf von Blücher, yang menemui ajalnya ketika berusaha mensuplai amunisi
kepada kakak tercintanya, Wolfgang Graf von Blücher, yang bersama
dengan pasukannya terkepung hebat oleh tentara-tentara Black Watch
Sekutu. Leberecht yang baru berusia 19 tahun dengan berani memacu seekor
kuda menembus garis Sekutu, sementara amunisi yang dibutuhkan diikatkan
di sadel kudanya. Hampir saja dia berhasil mencapai posisi kakaknya...
tapi kemudian dengan mata kepalanya sendiri, sang kakak Wolfgang melihat
adiknya tertembus peluru musuh. Usaha Leberecht sendiri tidak sia-sia
karen amunisi akhirnya berhasil didapatkan oleh peleton kakaknya,
walaupun harus dibayar oleh nyawanya sendiri (mayatnya tidak pernah
ditemukan, entah bagaimana ceritanya). Keesokan harinya, Wolfgang ikut
pula terbunuh bersama seluruh peletonnya, diikuti dengan si bungsu Hans-Joachim Graf von Blücher yang baru berusia 17 tahun dan dilaporkan telah tewas dalam pertempuran beberapa hari kemudian.
Orangtua Blücher tidak pernah
mendapat berita sekecil apapun tentang kematian tiga orang anaknya, dan
barulah di minggu keempat setelah peristiwa tersebut mereka mendapat
pemberitahuan secara resmi dari resimen (yang baru pulang dari Kreta)
dan disampaikan langsung oleh komandan resimen tempat Blücher bersaudara
ditempatkan. Tak terbayang rasa sakit dan kehilangan yang harus mereka
tanggung, ketika dalam sekejap mereka menyadari bahwa mereka tak akan
pernah lagi melihat anak-anaknya tercinta, bahkan hanya sekedar
jenazahnya atau sisa-sisanya.
Saudara perempuan mereka yang masih tersisa, Gertrude Baroness von Ketelholdt (masih ada lagi satu saudara laki-laki yang lain, Leutnant zur See Adolf Graf von Blücher yang bertugas di Kriegsmarine), berkata : "Wolf (panggilan Wolfgang) menulis surat pada kami dua hari sebelum keberangkatannya ke Kreta, yang memberitahukan mengenai keadaan dia dan adik-adiknya. Lalu kemudian hubungan terhenti, dan kami semua dicekam oleh rasa khawatir yang sangat akan nasib mereka, terutama ibu kami yang sudah tua. Barulah empat minggu kemudian datang sebuah surat yang menghancurkan, yang memberitahukan bahwa semua adik kami telah tiada di pertempuran yang sama." Gertrude tidak dapat melupakan apa yang terjadi pada saudara-saudaranya di pulau Kreta, dan dia tercatat sebagai pengunjung pertama kuburan Wolfgang dan Hans-Joachim yang terletak di blok 1 nisan no. 457 dan 458 di kompleks pemakaman para tentara Jerman yang terletak di bekas lapangan udara Maleme.
Kisah ketiga bersaudara Blücher
ini begitu melegendanya di kalangan penduduk Kreta, dan bertahun-tahun
kemudian para keluarga miskin yang tinggal di desa kumuh di sekitar
lokasi bersumpah bahwa mereka kadang melihat hantu penunggang kuda yang
menderap kudanya dengan kecepatan tinggi di malam buta menyusuri jalan
di dekat lokasi persis dimana Leberecht tertembak. Uniknya, pada awalnya
mereka menduga bahwa hantu itu pastilah berasal dari prajurit Inggris
yang meninggal disana, dan barulah ketika diberitahu bahwa sebenarnya
yang terbunuh adalah Blücher bersaudara, mereka menjadi tahu kenyataan
yang terjadi.
Berikut ini akan saya ceritakan kejadian gugurnya ketiga kakak beradik tersebut, beserta biografi singkat mereka:
Oberleutnant Wolfgang Hanner Peter Lebrecht Graf von Blücher
(31 Januari 1917 di Altengottern - 21 Mei 1941 di Kreta) dengan nama
panggilan ‘Wolf’ adalah yang tertua di antara semuanya sekaligus yang
paling berprestasi. Para rekan seperjuangannya melihat dia sebagai
seorang manusia berjiwa pemimpin, bukan karena berasal dari keturunan
yang mentereng, melainkan semata karena apa yang telah dilakukannya.
Sebelum perang dia mempelajari pertanian dan ilmu kehutanan dan menjadi
ahli dalam bidang pekerjaannya. Keluarganya sendiri berasal dari
Mecklenburg, dan meskipun minatnya tetap kepada apa yang telah
disebutkan sebelumnya, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk menjadi
seorang tentara, dan mendaftarkan diri di Heer sebagai cadangan Kavaleri
tahun 1934. Pilihan ini bisa dibilang tidaklah biasa, karena tanpa
menjadi seorang tentara pun Wolfgang sudah sah menjadi orang kaya,
apalagi setelah ayahnya meninggal dan dia diserahi tugas mengelola tanah
keluarganya yang luas di Mecklenburg. Apalagi yang dicari oleh pemuda
berwajah khas Jerman ini?
Di akhir tahun 1939 Wolfgang
(yang kini berusia 23 tahun) meminta untuk dipindahkan ke unit
Fallschirmjäger dari Luftwaffe, dan permintaannya dipenuhi. Bulan
Januari 1940 dia menyelesaikan latihan terjun payung dan tak lama
langsung diterjunkan dalam Operasi Fall Gelb (serbuan Jerman ke Prancis
dan Negara-Negara Bawah). Pangkatnya saat itu adalah Leutnant der
Reserve sekaligus sebagai komandan peleton dari kompi 2 yang merupakan
bagian dari Resimen Fallschirmjäger pertama dan Divisi Fallschirmjäger
ke-7.
Dalam penyerbuan Jerman ke
Belanda, Wolfgang kebagian bertempur di daerah Trondheim dan diterjunkan
dari udara untuk mendarat di jembatan Dordrecht. Pada mulanya, pasukan
Fallschirmjäger yang bertugas menduduki jembatan tersebut hanyalah yang
berasal dari Kompi kedua pimpinan Oberleutnant Von Brandis (mantan
penerjun Angkatan Darat), tapi kemudian mereka menemui perlawanan yang
kuat di jalan-jalan dalam perjalanan menuju kesana, sehingga tambahan
pasukan menjadi sangat diperlukan. Keadaan menjadi kritis, ketika Von
Brandis pun kemudian terbunuh, sehingga komandan resimen, Oberst Bruno
Bräuer (pangkat terakhirnya adalah General der Fallschirmtruppe)
memerintahkan semua elemen dari I./FJR 1 untuk bersama-sama mencapai dan
merebut jembatan Dordrecht.
Nah, disinilah Wolfgang
menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai seorang prajurit ketika dia
berhasil memimpin pasukannya, bukan saja dalam mencapai jembatan
tersebut tapi juga menguasainya. Atasannya menganggap bahwa apa yang
telah dilakukannya dalam pertempuran itu adalah EXCELLENT, sehingga
menganugerahinya dengan Ritterkreuz pada tanggal 24 Mei 1940.
Berdasarkan penuturan dari
saudarinya, Baroness von Ketelholdt, setelah Operasi Fall Gelb selesai
dan Jerman menduduki Eropa Barat, Wolfgang meminta izin cuti untuk
mengurus tanah keluarganya di Mecklenburg. Musim panas tahun 1941
Wolfgang telah melapor kembali di resimennya, dan langsung dipersiapkan
untuk menghadapi pertempuran di Yunani.
Dalam pertempuran Kreta,
Wolfgang dan pasukannya kebagian tugas untuk bergabung dengan batalion
Hauptmann Burckhardt yang dalam proses dibantai pasukan Inggris dari The
Black Watch (mereka sudah kehilangan lebih dari 300 orang, belum lagi
100 orang lebih yang terluka dan beberapa ditawan). Tengah malam ketika
sudah dekat dengan tujuannya di lapangan udara Heraklion, Wolfgang
melihat sekelompok pasukan yang nongkrong di bukit sebelah tenggara
landasan. Begitu yakin dia bahwa pasukan yang dilihatnya merupakan
bagian dari patroli yang dikirimkan oleh Burckhardt, sehingga dia
buru-buru meneriakkan password 'Reichsmarschall', hanya untuk mendapat
hujan tembakan dan peluru. Ternyata mereka adalah pasukan musuh yang
mengepung Hauptmann Burckhardt.
Tak lama Wolfgang dan pasukannya
telah terkepung pula, dan walaupun mereka bertahan dengan gigih melawan
setiap usaha penerobosan dari pihak musuh, cadangan amunisi menurun
dengan cepat. Major Walther, komandan batalion yang membawahi Wolfgang,
memerintahkan pada pasukannya agar mengerahkan segala daya dan upaya
demi menyelamatkan peleton yang terkepung tersebut, dengan menekankan
bahwa ini bukan hanya upaya biasa tapi sudah menyangkut masalah
kehormatan yang dijunjung tinggi oleh para Fallschirmjäger. Tapi yang
jadi problem, infanteri Skotlandia yang terkenal dengan nama Black Watch
yang menjadi pengganjal utama ini telah berada dalam posisi yang enak
buat menyerang maupun bertahan, sehingga begitu sulitnya untuk menembus
kepungan mereka.
Di lain pihak, peleton Wolfgang
berusaha mati-matian bertahan, menggali lubang perlindungan dengan semua
alat yang tersisa, bahkan dengan helm dan jari telanjang mereka! Di
sekitar, tak henti-hentinya datang tembakan dari senapan mesin Vickers
musuh, ledakan mortir dan juga artileri. Wolfgang dan banyak dari
pasukannya telah terluka. Kekuatan mereka kini telah menjadi tinggal
setengahnya, dan telah berhari-hari mereka bertempur tanpa henti tanpa
mendapat istirahat yang cukup dan juga pasokan amunisi.
Di saat inilah, menurut salah
seorang saksi mata, hadir sebuah pemandangan yang menakjubkan yang
sungguh tak dapat dipercaya bagai dalam dongeng saja. Seorang prajurit
berkuda tiba-tiba datang dari kejauhan, memacu kudanya dengan
konsentrasi tinggi dan kecepatan penuh, sementara boks amunisi terpasang
di sadelnya. Begitu tidak biasanya pemandangan ini sehingga The Black
Watch hanya dapat terpana melihatnya. Tapi tak lama, mereka tersadar dan
segera menghujani tembakan kepada si pemuda pemberani. Tembakan gencar
tersebut barulah berbuah ketika si penunggang kuda telah sampai di
tujuannya, dan bagaikan dalam drama, sesampainya disana dia langsung
terkulai lemah dengan banyak lubang bekas peluru di badannya.
Ketika amunisi kemudian
dibagikan, Wolfgang bertanya siapakah si pemuda pemberani tersebut dan
bagaimana keadaannya. kepahlawanannya telah membangkitkan kembali
semangat bertempur pasukannya yang terkepung. Begitu hancurnya hati
Wolfgang ketika mendapati bahwa dia tidak lain dari adik tercintanya
sendiri, Leberecht, yang baru berusia 19 tahun dan dilaporkan telah
meninggal tak lama setelah menyelesaikan misinya.
Wolfgang sendiri menyusul adiknya ke alam baka bersama dengan sisa-sisa pasukannya keesokan harinya. Mereka menolak untuk menyerah, dan bertempur bagaikan banteng terluka dengan berbekal amunisi pemberian Leberecht, sampai semua orang yang sudah terluka pun ikut memanggul senjata. Pasukan Inggris hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kegigihan yang amit-amit dari unit pinilih Fallschirmjäger ini. Mungkin kalau situasi terbalik dan mereka berada dalam posisi Wolfgang, mereka akan lebih memilih untuk menyerah dan hidup daripada meneruskan pertempuran hanya untuk mati.
Gefreiter Leberecht Graf von Blücher
(1922 di Fincken – 20 Mei 1941 di Kreta) menyelesaikan sekolahnya tahun
1940, dan kemudian langsung mendaftar menjadi seorang prajurit
infanteri Wehrmacht yang ditempatkan di Prusia Timur. Saudara sekaligus
idolanya, Wolfgang, mengajaknya untuk bergabung dengan Fallschirmjäger,
dan Leberecht pun menyanggupinya. Dia menjalani pelatihan penerjunan
bulan Januari 1941 di Tangermünde, dan tak lama langsung terjun ke dalam
pertempuran Kreta (dimana dia terbunuh) dan merupakan bagian dari
Resimen Fallschirmjäger pertama.
Jäger Hans-Joachim Graf von Blücher
(28 Oktober 1923 di Fincken – 20 Mei 1941 di Kreta) menjalani sekolah
berasrama di Misdroy yang terletak di dekat Laut Baltik. Sama seperti
Leberecht, Hans-Joachim pun menuruti saran kakaknya untuk bergabung
dengan Fallschirmjäger tak lama setelah lulus sekolah di usianya yang
baru ke-17, dan tergabung dengan resimen yang sama dengan kakaknya yang
kedua, Leberecht, di Resimen Fallschirmjäger Pertama.
0 komentar: