29. Waffen-Grenadier-Division der SS (Italienische Nr.1), Sukarelawan Italia Dalam Tubuh SS
07.58
By
Fajar Muhammad Rivai
Waffen-SS
0
komentar
Lambang rajawali yang umumnya terdapat di setiap lengan kiri pasukan Wehrmacht dan SS. Namun berbeda dengan lambang rajawali yang biasanya mencengkram Swastika, rajawali untuk para sukarelawan Waffen-SS asal Italia ini mencengkram lambang Fasis
Sukarelawan Waffen-SS asal Italia dengan kamuflase zeltbahn
SS-Obergruppenführer Karl Wolff
Pada bulan September
1943, Italia menyerah kepada Sekutu setelah Benito Mussolini dipecat
dari kedudukannya sebagai Perdana Menteri. Reaksi Hitler atas
pengkhianatan Sekutunya itu adalah dengan menduduki Italia dan wilayah
pendudukannya di Balkan dan Prancis selatan. Untuk menopang
kedudukannya, diktator Nazi itu membentuk sebuah rezim Fasis di Salo,
Italia Utara. Untuk memimpin pemerintahan boneka Nazi itu dia mengangkat
Mussolini, yang berhasil dibebaskan dari penjara Italia oleh pasukan
komando Jerman. Untuk menopang pertahanan negara boneka Italia tersebut,
Hitler memerintahkan Wehrmacht membentuk unit-unit tempur yang terdiri
atas para prajurit Italia yang pro-Fasis dan bersedia tetap bertempur di
pihak Jerman melawan Inggris dan Amerika.
Pada saat Italia
menyerah, Jerman melucuti senjata dari sekitar 800.000 orang prajurit
Italia, dimana lebih dari 250.000 orang di antaranya ditawan. Para
tawanan ini merupakan sumber awal perekrutan yang masuk akal karena
masih ada cukup banyak pengikut Fasis yang pro-Jerman di kalangan
tentara Italia yang tidak berfungsi lagi.
Pada awalnya, Jerman mengusahakan pembentukan sebuah pasukan yang disebut sebagai Aviazione Legionaria Italiana, tetapi usaha ini mengalami kegagalan. Kemudian, pemerintahan baru yang didirikan oleh Mussolini sebagai Republica Sociale Italiana (RSI) membentuk angkatan bersenjata baru dari kalangan tawanan perang Italia yang ditawan di Jerman.
Empat divisi
infanteri Italia dibentuk di Jerman untuk menopang pertahanan RSI
pimpinan Mussolini. Divisi-divisi yang dinamakan 'Italia', 'Littorio', 'San Marco', dan 'Monterosa' ini maupun unit-unit RSI lainnya berada di
bawah kontrol Wehrmacht. Sayangnya, ketika kepemimpinan atas Tentara
Cadangan Jerman diambil alih oleh Heinrich Himmler, pemimpin SS tersebut
mengatur suatu nasib yang berbeda bagi mereka. Dengan alasan bahwa
mereka tidak dapat dipercaya untuk bertempur di garis depan, dia
memerintahkan agar divisi-divisi Italia tersebut digunakan untuk
memerangi kaum gerilyawan Italia. Seperti yang dapat diduga, mereka
melakukan desersi karena tidak berminat untuk memerangi saudara
sebangsanya sendiri.
Sikap Himmler yang
tidak mempercayai orang Italia itu sendiri dilatarbelakangi oleh
ketidaksenangan lamanya ketika Mussolini menggagalkan usahanya untuk
menggabungkan Austria secara paksa dengan Jerman pada tahun 1934 maupun
oleh pengkhianatan Marsekal Badoglio yang menandatangani gencatan
senjata pada bulan September 1943. Sekalipun demikian, sikap pemimpin
SS tersebut tidak menghalanginya untuk merekrut para sukarelawan Italia
ke dalam wadah SS dan polisi Jerman.
Sebagai contoh, pada bulan Oktober 1943 dibentuk Polizei-Regiment 'Südtirol' yang kemudian dinamakan dengan 'Bolzano'. Resimen ini didirikan di Bolzano dari kalangan penduduk Volksdeutsche
(etnik Jerman) yang tinggal di kawasan Tirol Italia. Dua resimen polisi
tambahan, 'Brixen' dan 'Schlanders' dibentuk pada musim semi 1944 dari
penduduk Volksdeutsche lokal.
Di provinsi Udine,
Kolonel Juliani, seorang perwira Fasis Italia, membentuk resimen
sukarelawan Tagliamento, yang kemudian dinamakan dengan 1. Leggione d’assalto Tagliamento (Resimen Penyerang Tagliamento). Unit ini kemudian diambil alih SS, yang menamakannya sebagai Polizei-Freiwiligen Gebirgsjäger Bataillon 'Tagliamento'.
Di Cremona terdapat sebuah Polizei-Freiwiligen Ersatz Bataillon (Italien), atau Batalyon Cadangan Sukarelawan Polisi (Italia). Unit ini berkekuatan 877 orang.
Unit Italia pertama dalam Waffen-SS adalah SS-Kartsjäger Bataillon, yang kemudian menjadi cikal bakal dari 24.Waffen-Gebirgs (Kartsjäger) Division der SS. Unit yang dibentuk pada musim panas 1942 ini terdiri atas para sukarelawan Volksdeutsche Italia. Mereka terutama beroperasi di wilayah pegunungan yang meliputi perbatasan Italia, Austria, dan Slovenia.
Kontingen sukarelawan
pertama Italia asli yang bergabung dengan Waffen-SS adalah sejumlah
prajurit Fasis yang bergabung dengan Divisi Panzer SS ke-1 'Leibstandarte Adolf Hitler' saat unit pengawal Hitler itu dikirimkan ke
Italia pada hari-hari pertama setelah rezim Fasis digulingkan.
Kebanyakan dari mereka digunakan sebagai ahli mekanik karena divisi SS
tersebut merampas banyak kendaraan buatan Italia. Namun, setelah divisi
itu dikirimkan ke Ukraina pada bulan November 1943, orang-orang Italia
itu dikirimkan sebagai tenaga pengganti di resimen-resimen
Panzergrenadier 'Leibstandarte'. Kira-kira 100 orang sukarelawan Italia
tetap bertempur dengan divisi ini hingga berakhirnya perang.
Beberapa prajurit
Italia yang bertempur dengan Leibstandarte dipindahkan ke Divisi Panzer
SS ke-12 'Hitlerjugend' dan unit-unit organik dari I SS Panzerkorps.
Sebagai contoh, sebuah laporan dari 501.SS Schwere-Panzerabteilung
(Batalyon Tank Berat SS yang dilengkapi oleh tank Tiger) tertanggal 5
September 1944 melaporkan 21 orang Italia dalam unit mereka yang
terbunuh selama pertempuran di Normandia.
Sejumlah orang Italia
juga bertugas dalam divisi-divisi Waffen-SS lainnya, terutama
divisi-divisi ke-4, ke-7, ke-10, ke-11, ke-13, ke-16, dan ke-28. Umumnya
mereka bergabung saat divisi-divisi itu beroperasi di Italia atau
kawasan dimana unit-unit Italia pernah ditempatkan, terutama di Balkan,
Prancis selatan, dan Front Timur. Beberapa orang Italia juga bergabung
dengan unit khusus Waffen-SS pimpinan Otto Skorzeny.
Pada bulan September
1944, unit Waffen-SS pertama yang terdiri atas para sukarelawan Italia
asli dibentuk di pusat pelatihan SS di Debica Heidelager, Polandia.
Mayor Guido Fortunato, seorang bekas perwira pasukan elit Bersaglieri
yang pernah bertugas di Front Rusia, ditugaskan untuk menyeleksi para
rekrutan baru yang setia kepada Jerman. Kebanyakan sukarelawan berasal
dari Batalyon Tank ke-3 Divisi 'Lombardia' dan divisi gunung elit Italia 'Julia'.
Unit ini, yang
terdiri atas 20 orang perwira dan 571 orang prajurit, dinamakan sebagai
Batalyon SS 'Debica'. Anggotanya dipandang sebagai bagian dari
Waffen-SS, sekalipun mereka mengenakan seragam pasukan payung Jerman.
Batalyon ini dikirimkan ke Italia pada musim panas 1944. Mereka
beroperasi sebagai sebuah unit anti-partisan dan memerangi gerilyawan
anti-Fasis Italia di wilayah Turin, Nocera Umbra, Assisi, dan San
Severino Marchi. Mereka juga dilibatkan dalam pertempuran melawan
pasukan Amerika di sebelah utara kota Roma serta mempertahankan Garis
Gothic, dimana mereka menderita korban besar. Batalyon ini sendiri
kemudian digabungkan ke dalam legiun SS Italia pada tanggal 7 September
1944.
Pada tanggal 2 Oktober 1943, Himmler memerintahkan pembentukan sebuah Waffen Militz (Milizia Armata)
Italia setelah suatu pertemuan antara pemimpin SS itu dengan Mussolini
pada tanggal 24 September 1943. Perintahnya antara lain menyatakan bahwa
Milizia Armata
itu akan terdiri atas dua divisi; batalyon-batalyonnya akan segera
diperbantukan dalam operasi-operasi anti-partisan di Italia Utara; bahwa
mereka hanya akan digunakan di tanah Italia; dan bahwa unit-unitnya
kemudian akan digunakan untuk beroperasi di garis depan.
Para sukarelawan SS
itu sendiri mendapatkan gaji dan ransum yang lebih baik daripada
unit-unit Fasis Italia dan benar-benar independen dari pemerintahan
Salo. Dari perintah Himmler ini terlihat jelas bahwa Mussolini tidak
memiliki kekuasaan lagi seperti sebelumnya dan kini hanya merupakan
boneka Hitler belaka.
Di bawah pengawasan
SS-Brigadeführer Peter Hansen, pemimpin tertinggi SS dan Polisi Jerman
di Italia, usaha perekrutan dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik
propaganda Fasis. Contohnya, salam tiga jari dengan bagian muka telapak
tangan diperlihatkan yang melambangkan "onore, corragio, fedelta"
(kehormatan, keberanian, kesetiaan), maupun slogan-slogan seperti "Per
l’onore, per la vita" (Demi kehormatan dan kehidupan).
Pada tanggal 9
Oktober 1943, Kepala Perekrutan SS Gottlob Berger melaporkan bahwa
13.062 sukarelawan Italia telah dikumpulkan di Münsingen. Selain itu,
masih ada sekitar 1.700 sukarelawan lainnya yang sedang berada dalam
perjalanan dengan kereta api dari Dresden, ditambah 1.000 lagi yang
sedang dikirimkan dari selatan Prancis. Sebagai bentuk propaganda, Il Duce memproklamasikan suatu pernyataan bombastis bahwa para sukarelawan SS Italia merupakan pusat "jiwa Arya" di Italia.
Ada berbagai motivasi
yang mendorong orang-orang Italia ini mendaftar sebagai sukarelawan
Waffen-SS. Beberapa menjadi sukarelawan sebagai suatu bentuk protes
menentang gencatan senjata yang ditandatangani Italia. Yang lainnya
bergabung karena kesetiaannya terhadap Mussolini dan aliansi Poros
dengan Jerman. Ada juga yang sangat anti komunis ataupun terkesan dengan
daya tarik mistik SS. Namun, ada banyak juga yang bergabung dengan
Waffen-SS agar bisa keluar dari kamp-kamp tawanan. Dalam hal ini, pihak
SS terpaksa bekerja keras untuk menyortir para sukarelawan agar dapat
mengeluarkan "para sukarelawan palsu" ini maupun para prajurit yang
kualitasnya rendah dan mengirimkan mereka kembali ke kamp-kamp tawanan
maupun penjara.
Hal yang menarik
adalah konsep "SS Eropa" tidak terlalu diresapi oleh para sukarelawan
Italia. Bisa jadi hal ini dikarenakan mereka tidak merasakan pengalaman
legiun-legiun SS tahun 1941-1943 seperti para sukarelawan Eropa Barat
lainnya. Setelah perang, seorang bekas veteran Waffen-SS Italia,
Profesor Pio Filippani-Ronconi, menyampaikan bahwa banyak prajurit
Italia bergabung dalam Waffen-SS untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah
“prajurit biasa” melainkan "kelompok yang terbaik".
Himmler sendiri tetap
tidak mempercayai para sukarelawan SS Italia. Dia bukan hanya menolak
mengakui mereka sebagai prajurit “sejati” Waffen-SS, tetapi juga hanya
menamakan unit tersebut dengan awalan ‘Waffen-Grenadier’ yang digunakan
oleh para sukarelawan non-Jermanik – nama akhir dari unit Italia ini
adalah 29.Waffen-Grenadier-Division der SS (Italienische Nr.1).
Selain itu, Himmler juga melarang para prajurit unit tersebut
mengenakan lambang SS lengkap. Sebagai gantinya, panji mereka disulamkan
di atas sebuah sulaman kerah berwarna merah – bukan hitam seperti yang
dikenakan anggota SS lainnya – sementara lambang rajawali yang
digunakannya mencengkeram lambang Fasis dan bukan Swastika.
Namun beberapa orang
prajurit SS Italia mendapat pengecualian dari kebijakan rasialis Himmler
ini. Pada bulan Maret 1944, sebuah kontingen yang terdiri atas 50 orang
sukarelawan Italia yang telah bertugas dalam Divisi SS Leibstandarte
dipindahkan ke legiun SS Italia yang baru dibentuk. Kelompok ini
dibentuk di Lichterfelde Kaserne, depot tenaga pengganti Leibstandarte
di Berlin. Mereka dikirimkan dengan kereta api di bawah pengawasan
SS-Oberscharführer Willy Detering ke Caldiero di dekat Verona, Italia,
dimana staf komando Legiun SS Italia ditempatkan. Salah satu di antara
mereka terdapat SS-Unterscharführer Giuseppe Medda, yang kemudian
kehilangan kakinya saat gerilyawan Komunis Italia meledakkan markas
sebuah batalyon SS Italia di Pinerolo pada bulan September 1944.
Merekalah sukarelawan pertama Italia yang mengenakan panji kerah SS,
sementara rekan-rekannya yang lain tetap mengenakan panji kerah berwarna
merah.
Pelatihan para
sukarelawan Italia sendiri sangat tersebar. Para prajurit infanterinya
dikirimkan ke kamp pelatihan pasukan di Münsingen sementara unit-unit
anti-tanknya dikirimkan ke Lecco. Para perwira SS Italia dikirimkan ke
Ferrara untuk membentuk sebuah batalyon pelatihan perwira, sementara
Markas Besar Legiun SS, yang juga dikenal dengan nama "Staf Pembentukan
Hansen" berada di Pinerolo.
Pada tanggal 11
November 1943, para sukarelawan Italia di Münsingen mengucapkan sumpah
kesetiaan kepada Adolf Hitler. Agar tidak mencederai kebanggaan diri
orang Italia, sumpah itu mencantumkan kata-kata "Berdasarkan izin
Presiden RSI Benito Mussolini, aku bersumpah akan setia kepada Panglima
Tertinggi Kekuatan Poros".
Legiun SS Italia dinamakan sebagai Prima Brigata d’Assalto della Legione SS Italiana. Namun kemudian secara berturut-turut diganti menjadi 1.Italienische Freiwilligen-Sturmbrigade Milizia Armata dan 1.Sturmbrigade Italienische Freiwilligen-Legion.
Pada mulanya, brigade
SS Italia dimaksudkan untuk memerangi kaum gerilyawan Italia. Namun,
keadaan di garis depan memaksa Jerman melibatkan unit-unit SS Italia
untuk memerangi pasukan Sekutu pula.
Pada bulan April
1944, dua batalyon SS Italia, 'Debica' dan 'Vendetta' dikerahkan ke
garis depan untuk menghadapi pasukan Sekutu yang mendarat di pantai
Anzio yang bermaksud menjepit pasukan Jerman yang beroperasi di Monte
Cassino dan maju menuju ke Roma. Selama pertempuran pertama mereka, para
prajurit SS pimpinan Waffen-Obersturmbannführer der SS Carlo Frederico
degli Oddi itu bertempur dengan gagah berani dan dapat bertahan selama
70 hari. Selama pertempuran dahsyat itu, kedua batalyon tersebut
kehilangan 340 dari 650 orang anggotanya.
Keberanian dan
baiknya penampilan kedua batalyon SS tersebut membuat 22 orang
anggotanya mendapatkan Eisernes Kreuz sementara 50 orang memperoleh
kenaikan pangkat. Selain itu, 210 orang anggota kedua batalyon Italia
yang selamat memperoleh hak istimewa dari Himmler pribadi untuk
mengenakan sulaman kerah hitam SS sebagai ganti sulaman merah Italia
mereka.
Setelah Roma jatuh ke
tangan Sekutu pada awal Juni 1944, unit-unit SS Italia dipindahkan ke
Italia baratdaya. Mereka terutama bertugas melawan kaum gerilyawan
Italia di lembah Germanasca dan Gunung Orisiera.
Pada bulan September
1944. Militizia Armada Partai Fasis Italia digabungkan ke dalam
Waffen-SS sehingga brigade SS Italia itu memperoleh nama baru, 9.Waffen-Grenadier Brigade der SS (Italienische Nr.1). Namun unit-unitnya begitu tersebar dalam kelompok-kelompok kecil yang memerangi gerilyawan.
Di bawah komandannya
yang baru, SS-Standartenführer Gustav Lombard, unit-unit Waffen-SS
Italia berpartisipasi dalam berbagai operasi anti-partisan melawan "Benteng Vinadio" kaum gerilyawan di dekat Turin bersama-sama dengan
Brigade RSI ke-11 'Nera'. Sementara itu, Batalyon SS 'Debica' menjadi
bagian dari SS-Kampfgruppe 'Binz' untuk menjaga lembah Trebbia.
Pada bulan April 1945, brigade SS Italia dinamakan kembali sebagai 29.Waffen-Grenadier-Division der SS (Italienische Nr.1).
mereka menghabiskan sebagian besar sisa perang dengan memerangi
gerilyawan. Para anggotanya yang tidak beruntung dan jatuh ke tangan
kaum gerilyawan biasanya dieksekusi oleh penangkapnya setelah diadili di
berbagai 'Komite Pembebasan Nasional' di Canzo dan Asso.
Pada akhir perang,
Resimen 'Debica' (salah satu resimen yang membentuk divisi Waffen-SS
Italia ini) menyerah kepada pasukan Amerika di Gorgonzola pada tanggal
29 April 1945. Tiga hari kemudian, rekannya, Resimen 'Vendetta', juga
menyerah kepada pasukan Amerika setelah berteriak meratap "berjuang
hingga akhir!"
Para pemimpin divisi ini:
- SS-Brigadeführer Peter Hansen (13 November 1943 - Maret 1944)
- SS-Obergruppenführer Karl Wolff (Maret 1944 - September 1944)
- SS-Brigadeführer Pietro Mannelli (September 1944)
- SS-Brigadeführer Christian Hansen (September 1944 - Oktober 1944)
- SS-Standartenführer Gustav Lombard (Oktober 1944 - November 1944)
- SS-Standartenführer Constantin Heldmann (9 November 1944 - Januari 1945)
- SS-Oberführer Erwin Tzchoppe (Januari 1945 - April 1945)
Sumber:
1. http://alifrafikkhan.blogspot.com
1. http://alifrafikkhan.blogspot.com
0 komentar: