Messerschmitt Me-163 Komet, Pesawat Bermesin Roket Milik Nazi Jerman
Messerschmitt Me-163 Komet
Bayangkan sebuah
pesawat pencegat yang mampu menembus ketinggian 30.000 kaki (lebih dari
9.000 m) hanya dalam tempo tiga menit saja. Pastilah semua setuju, ini
merupakan pesawat tercepat. Sebuah kemampuan yang luar biasa, setidaknya
untuk ukuran jaman PD II.
Bukan hanya sekadar
khayalan, nyatanya Luftwaffe pernah mengoperasikan penempur seperti yang
disebutkan di atas tadi. Messerschmitt Me-163 Komet, itulah pesawat
tempur kilat itu. Fungsi utama yang dilakoni adalah sebagai elemen
pendobrak bomber Sekutu yang terbang tinggi. Oleh karenanya para ahli
perang udara Nazi berkesimpulan: selain daya hantam senjata, kecepatan
juga jadi faktor penentu.
Bila dibedah, kunci
keajaiban Me-163 terletak pada sumber tenaga yang dipakai. Bukannya
memakai mesin jet apalagi baling-baling, Komet melesat memburu lawan
dengan modal sebuah motor roket Walter HWK 509A-1/2. Tenaga yang
dihasilkan mampu melontarkan tubuh pesawat hingga kecepatan maksimal 960
km/jam. Ada satu terobosan pada mesin roket yang diusungnya. Saat
aktif, sumber tenaga ini tak meninggalkan jejak asap putih. Alhasil
ditanggung lawan tak bakal sadar ada pesawat yang mendekat.
Tapi jangan salah
sangka. Pada kenyataannya kecepatan super yang dimiliki justru jadi
bumerang bagi awak Me-163. Begitu sampai lokasi formasi bomber lawan,
sang pilot hanya punya waktu sekedip mata saja buat menghantam targetnya
dengan sepasang kanon Rheinmetall MK-108 kaliber 30 mm. Bila pada
lintasan pertama lolos maka sang pilot masih punya kesempatan kedua saat
pesawat melayang setelah kehabisan tenaga. Tapi sekali lagi, ini bukan
perkara gampang untuk melepaskan tembakan berakurasi tinggi saat Me-163
menukik cepat.
Seperti karakter
roket-roket pada umumnya, bila tenaga yang dipancarkan habis maka dalam
tempo dua menit Komet hanya bisa melayang di udara tanpa mampu
bermanuver. Setelah itu barulah sang pilot bisa kembali mengaktifkan
motor roket. Disinilah salah satu kelemahannya. Saat kehilangan
kecepatan plus kemampuan gerak membuat Me-163 menjelma jadi sasaran empuk
bagi fighter-fighter pengawal Sekutu.
Urusan marabahaya
yang mesti dihadapi awak Me-163 bukan berhenti sampai disitu saja. Soal
mendarat juga jadi tantangan berat. Ini terjadi lantaran pada fase
tersebut pesawat tak lagi punya sumber pendorong yang sekaligus bisa
difungsikan untuk mengerem laju pesawat. Parahnya perangkat pendarat
model skid yang dimiliki juga kurang mendukung pendaratan ala glider.
Sudah jadi kasus umum pilot-pilot Komet menderita patah tulang atau luka
dalam akibat hard landing.
Masih tentang upaya
mendarat, ada lagi bahaya lain yang mengincar pilot-pilot Me-163. Bahan
bakar yang digunakan motor roket tergolong beracun dan mudah terbakar.
Hal inilah yang menjadi penyebab meledaknya sejumlah Me-163 saat
mendarat.
Dalam beberapa kasus
kerap pula ditemui pesawat ini meledak saat tinggal landas. Selain
karena kesalahan teknis kabarnya kecelakaan itu sering dipicu oleh
sabotase para pekerja pabrik Me-163 yang kala itu rata-rata merupakan
tawanan. Ini bisa dibuktikan pada sebuah Komet yang saat ini dipajang di
Museum Washington Air and Space, AS. Dalam bodi pesawat ditemukan
sebatang besi yang sengaja dipasang untuk merobek tangki bahan bakar
saat pesawat tinggal landas. Uniknya pada permukaan besi itu terdapat
tulisan dalam bahasa Perancis yang bila diterjemahkan ke Inggris bisa
ditulis menjadi “I am not happy in my work” (saya tak suka dengan
pekerjaan saya).
Memiliki segudang
masalah tak membuat Luftwaffe urung buat mengoperasikannya. Pertama kali
muncul dalam pertempuran udara pada 16 Agustus 1944, armada Komet tak
langsung meraih prestasi. Dua dari lima pesawat yang dikerahkan rontok
ditembak lawan. Upaya menjatuhkan bomber lawan baru membawa hasil pada
24 Agustus kala armada Komet berhasil merontokkan empat pengebom Boeing
B-17 Flying-fortress sekaligus dalam satu hari. Selama perang Nazi
berhasil memproduksi 300 unit pesawat jenis ini. sementara di akhir
perang, Me-163 Komet hanya mampu menjagal sembilan pesawat lawan Angka
yang tak sebanding dengan jumlah pilot tewas saat berusaha menerbangkan
atau mendaratkan pesawat itu.
Spesifikasi:
Kru: 1 orang
Panjang: 5,70 m (18 ft 8 in)
Bentang sayap: 9,33 m (30 ft 7 in)
Tinggi: 2,75 m (9 ft 0 in)
Wilayah sayap: 18,5 m² (200 ft²)
Berat kosong: 1.905 kg (4,200 lb)
Berat isi: 3.950 kg (8,710 lb)
Berat maksimum saat take-off: 4.310 kg (9,500 lb)
Tenaga penggerak: 1× Walter HWK 109-509A-2 liquid-fuel rocket, 17 kN (3,800 lbf)
Kemampuan:
Kecepatan maksimum: 1.060 km/jam (596 mph)
Jarak jangkau: 40 km (25 mi)
Ketinggian maksimum: 12.100 m (39,700 ft)
Kecepatan tanjak: 160 m/detik (525 ft/s)
Berat bawaan di sayap: 213 kg/m² (43 lb/ft²)
Pendorong/berat: 0,42
Persenjataan:
Senjata: 2 × 30 mm (1.18 in) Rheinmetall Borsig MK-108 cannons (60 rpg)
0 komentar: