Kamis, 12 April 2012

Messerschmitt Me-163 Komet, Pesawat Bermesin Roket Milik Nazi Jerman

Messerschmitt Me-163 Komet
 
Bayangkan sebuah pesawat pencegat yang mampu menembus ketinggian 30.000 kaki (lebih dari 9.000 m) hanya dalam tempo tiga menit saja. Pastilah semua setuju, ini merupakan pesawat tercepat. Sebuah kemampuan yang luar biasa, setidaknya untuk ukuran jaman PD II.

Bukan hanya sekadar khayalan, nyatanya Luftwaffe pernah mengoperasikan penempur seperti yang disebutkan di atas tadi. Messerschmitt Me-163 Komet, itulah pesawat tempur kilat itu. Fungsi utama yang dilakoni adalah sebagai elemen pendobrak bomber Sekutu yang terbang tinggi. Oleh karenanya para ahli perang udara Nazi berkesimpulan: selain daya hantam senjata, kecepatan juga jadi faktor penentu.
Bila dibedah, kunci keajaiban Me-163 terletak pada sumber tenaga yang dipakai. Bukannya memakai mesin jet apalagi baling-baling, Komet melesat memburu lawan dengan modal sebuah motor roket Walter HWK 509A-1/2. Tenaga yang dihasilkan mampu melontarkan tubuh pesawat hingga kecepatan maksimal 960 km/jam. Ada satu terobosan pada mesin roket yang diusungnya. Saat aktif, sumber tenaga ini tak meninggalkan jejak asap putih. Alhasil ditanggung lawan tak bakal sadar ada pesawat yang mendekat.

Tapi jangan salah sangka. Pada kenyataannya kecepatan super yang dimiliki justru jadi bumerang bagi awak Me-163. Begitu sampai lokasi formasi bomber lawan, sang pilot hanya punya waktu sekedip mata saja buat menghantam targetnya dengan sepasang kanon Rheinmetall MK-108 kaliber 30 mm. Bila pada lintasan pertama lolos maka sang pilot masih punya kesempatan kedua saat pesawat melayang setelah kehabisan tenaga. Tapi sekali lagi, ini bukan perkara gampang untuk melepaskan tembakan berakurasi tinggi saat Me-163 menukik cepat.

Seperti karakter roket-roket pada umumnya, bila tenaga yang dipancarkan habis maka dalam tempo dua menit Komet hanya bisa melayang di udara tanpa mampu bermanuver. Setelah itu barulah sang pilot bisa kembali mengaktifkan motor roket. Disinilah salah satu kelemahannya. Saat kehilangan kecepatan plus kemampuan gerak membuat Me-163 menjelma jadi sasaran empuk bagi fighter-fighter pengawal Sekutu.

Urusan marabahaya yang mesti dihadapi awak Me-163 bukan berhenti sampai disitu saja. Soal mendarat juga jadi tantangan berat. Ini terjadi lantaran pada fase tersebut pesawat tak lagi punya sumber pendorong yang sekaligus bisa difungsikan untuk mengerem laju pesawat. Parahnya perangkat pendarat model skid yang dimiliki juga kurang mendukung pendaratan ala glider. Sudah jadi kasus umum pilot-pilot Komet menderita patah tulang atau luka dalam akibat hard landing.

Masih tentang upaya mendarat, ada lagi bahaya lain yang mengincar pilot-pilot Me-163. Bahan bakar yang digunakan motor roket tergolong beracun dan mudah terbakar. Hal inilah yang menjadi penyebab meledaknya sejumlah Me-163 saat mendarat.

Dalam beberapa kasus kerap pula ditemui pesawat ini meledak saat tinggal landas. Selain karena kesalahan teknis kabarnya kecelakaan itu sering dipicu oleh sabotase para pekerja pabrik Me-163 yang kala itu rata-rata merupakan tawanan. Ini bisa dibuktikan pada sebuah Komet yang saat ini dipajang di Museum Washington Air and Space, AS. Dalam bodi pesawat ditemukan sebatang besi yang sengaja dipasang untuk merobek tangki bahan bakar saat pesawat tinggal landas. Uniknya pada permukaan besi itu terdapat tulisan dalam bahasa Perancis yang bila diterjemahkan ke Inggris bisa ditulis menjadi “I am not happy in my work” (saya tak suka dengan pekerjaan saya).

Memiliki segudang masalah tak membuat Luftwaffe urung buat mengoperasikannya. Pertama kali muncul dalam pertempuran udara pada 16 Agustus 1944, armada Komet tak langsung meraih prestasi. Dua dari lima pesawat yang dikerahkan rontok ditembak lawan. Upaya menjatuhkan bomber lawan baru membawa hasil pada 24 Agustus kala armada Komet berhasil merontokkan empat pengebom Boeing B-17 Flying-fortress sekaligus dalam satu hari. Selama perang Nazi berhasil memproduksi 300 unit pesawat jenis ini. sementara di akhir perang, Me-163 Komet hanya mampu menjagal sembilan pesawat lawan Angka yang tak sebanding dengan jumlah pilot tewas saat berusaha menerbangkan atau mendaratkan pesawat itu.
Spesifikasi:
Kru: 1 orang 
Panjang: 5,70 m (18 ft 8 in) 
Bentang sayap: 9,33 m (30 ft 7 in) 
Tinggi: 2,75 m (9 ft 0 in) 
Wilayah sayap: 18,5 m² (200 ft²) 
Berat kosong: 1.905 kg (4,200 lb) 
Berat isi: 3.950 kg (8,710 lb) 
Berat maksimum saat take-off: 4.310 kg (9,500 lb) 
Tenaga penggerak: 1× Walter HWK 109-509A-2 liquid-fuel rocket, 17 kN (3,800 lbf)

Kemampuan:
Kecepatan maksimum: 1.060 km/jam (596 mph) 
Jarak jangkau: 40 km (25 mi) 
Ketinggian maksimum: 12.100 m (39,700 ft) 
Kecepatan tanjak: 160 m/detik (525 ft/s) 
Berat bawaan di sayap: 213 kg/m² (43 lb/ft²) 
Pendorong/berat: 0,42

Persenjataan: 
Senjata: 2 × 30 mm (1.18 in) Rheinmetall Borsig MK-108 cannons (60 rpg)

0 komentar: