Pertempuran Dieppe, Operasi Militer Sekutu Yang Gagal
Sebuah markas senapan mesin MG-34 Jerman
Sebuah tank Churchill Inggris sedang diinspeksi oleh pihak Jerman
Mayat prajurit Kanada berserakan di pantai Blue di Puys. Tingginya tembok laut dapat terlihat di foto ini, dengan sarang senapan mesin yang terletak persis di atas kepala prajurit penjaga Jerman. Posisinya sengaja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan menjangkau seluruh bagian samping luar tembok
Prajurit Kanada tergeletak tak bernyawa di tepi pantai, sementara sebuah kapal pendarat yang hancur dan mengeluarkan asap terlihat di latar belakang. Sebuah benteng pertahanan Jerman di sebelah kanan yang terbuat dari beton mempunyai jangkauan seluruh wilayah pantai di sekitarnya. Disini kita juga bisa melihat garis pantai yang menanjak
Mayat para prajurit Sekutu di sebuah kapal pendarat. Kemungkinan besar mereka tewas akibat hantaman artileri atau tembakan senapan mesin berat sebelum mereka keluar
Dua tentara Kanada yang terluka di pantai. Di dekat mereka terdapat tank Churchill yang sudah ditinggalkan para awaknya dan sebuah kapal pendarat yang terbakar
Mobil lapis baja Daimler Dingo dan dua buah tank Churchill teronggok di tepi pantai Shingle. Tank Churchill yang paling depan dilengkapi dengan alat penyembur api yang terpasang di lambungnya, sementara tank di belakangnya telah kehilangan rantai rodanya. Keduanya mempunyai alat tambahan untuk meninggikan knalpot saat berjalan di air dangkal
Pantai Dieppe setelah pertempuran usai
Baru datang sudah diusir lagi! Inilah yang terjadi pada pasukan Sekutu saat Pertempuran Dieppe (Operasi Rutter/Operasi Jubilee). Maksud hati ingin merebut pelabuhan yang ada di kota tersebut, yang mereka malah dapat rugi besar!
Sebuah tank Churchill Inggris sedang diinspeksi oleh pihak Jerman
Mayat prajurit Kanada berserakan di pantai Blue di Puys. Tingginya tembok laut dapat terlihat di foto ini, dengan sarang senapan mesin yang terletak persis di atas kepala prajurit penjaga Jerman. Posisinya sengaja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan menjangkau seluruh bagian samping luar tembok
Prajurit Kanada tergeletak tak bernyawa di tepi pantai, sementara sebuah kapal pendarat yang hancur dan mengeluarkan asap terlihat di latar belakang. Sebuah benteng pertahanan Jerman di sebelah kanan yang terbuat dari beton mempunyai jangkauan seluruh wilayah pantai di sekitarnya. Disini kita juga bisa melihat garis pantai yang menanjak
Mayat para prajurit Sekutu di sebuah kapal pendarat. Kemungkinan besar mereka tewas akibat hantaman artileri atau tembakan senapan mesin berat sebelum mereka keluar
Dua tentara Kanada yang terluka di pantai. Di dekat mereka terdapat tank Churchill yang sudah ditinggalkan para awaknya dan sebuah kapal pendarat yang terbakar
Mobil lapis baja Daimler Dingo dan dua buah tank Churchill teronggok di tepi pantai Shingle. Tank Churchill yang paling depan dilengkapi dengan alat penyembur api yang terpasang di lambungnya, sementara tank di belakangnya telah kehilangan rantai rodanya. Keduanya mempunyai alat tambahan untuk meninggikan knalpot saat berjalan di air dangkal
Pantai Dieppe setelah pertempuran usai
Baru datang sudah diusir lagi! Inilah yang terjadi pada pasukan Sekutu saat Pertempuran Dieppe (Operasi Rutter/Operasi Jubilee). Maksud hati ingin merebut pelabuhan yang ada di kota tersebut, yang mereka malah dapat rugi besar!
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Inilah jalan ceritanya:
Tak lama setelah evakuasi besar-besaran British Expeditionary Forces
(BEF) dari Dunkirk, pihak Inggris mulai mengembangkan sebuah pasukan
penyerbu utama di bawah payung ‘Operasi Bersama’. Hal ini diikuti oleh
pengembangan teknik-teknik serta peralatan yang dibutuhkan untuk operasi
amfibi. Pada akhir tahun 1941 sebuah skema mulai dirancang mengenai
pendaratan 12 buah divisi di Le Havre yang diharapkan akan terjadi
setelah pasukan Jerman menarik pasukannya untuk menghadapi kesuksesan
Soviet di Timur. Dari hal inilah lahir sebuah proposal pendaratan
percobaan yang dinamai dengan Operasi Rutter. Rutter dimaksudkan untuk
menguji kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam penguasaan sebuah
pelabuhan yang diduduki oleh musuh, juga mengenai masalah-masalah yang
berhubungan dengan pengoperasian armada penyerbu, dan pengujian
peralatan serta teknik-teknik pendaratan.
Dieppe,
sebuah kota pantai di departemen Seine-Maritime Prancis, dibangun di
deretan jurang karang panjang yang menghadap Selat Inggris. Sungai Scie
terletak di ujung barat kota tersebut, sementara Sungai Arques mengalir
melalui kota dan bermuara di sebuah pelabuhan berkapasitas sedang. Pada
tahun 1942, pihak Jerman telah meledakkan beberapa bangunan yang
menghadap pantai demi memberi jalan terhadap upaya pertahanan pantai.
Mereka juga telah menempatkan dua baterai artileri raksasa di Berneval
dan Varengeville. Satu pertimbangan utama para perencana Jerman dalam
membangun itu semua adalah karena Dieppe berada dalam jangkauan
pesawat-pesawat Royal Air Force Inggris.
Penyerbuan Dieppe adalah sebuah operasi besar yang direncanakan oleh Admiral Lord Mountbatten dari Markas Besar Combined Operations
(Operasi Bersama). Pasukan penyerbu akan terdiri dari sekitar 5.000
orang prajurit Kanada, 1.000 prajurit Inggris, dan 50 prajurit Ranger
Amerika. Royal Navy akan menyediakan 237 kapal laut dan kapal pendarat, sementara Royal Air Force menyediakan 74 skuadron pesawat udara, dimana 66 di antaranya adalah skuadron pemburu.
Operasi ini
pertama dirancang pada bulan April 1942 oleh Markas Besar Operasi
Bersama dan dinamakan sebagai "Operasi Rutter". Sekutu bermaksud untuk
melancarkan sebuah serbuan, dengan jumlah penyerang seukuran divisi,
terhadap pelabuhan di pantai Prancis yang diduduki Jerman dan kemudian
mendudukinya setidaknya selama dua kali laut pasang. Serbuan ini
diharapkan akan menimbulkan kerusakan besar terhadap fasilitas
pertahanan musuh. Rancangan operasi tersebut kemudian mendapat
persetujuan dari Kepala Staff bulan Mei 1942. di dalamnya termasuk skema
serangan unit-unit parasut Inggris terhadap baterai-baterai artileri
Jerman di sebuah tanjung, sementara pasukan infanteri Kanada akan
melancarkan serangan frontal dari lautan. Entah kenapa, operasi dari
udara ini kemudian dibatalkan, dan sebagai penggantinya maka Komando
No.3 dan Komando No.4 akan menyerang baterai artileri dari pantai. Di
bulan Juni, BBC mulai menyiarkan siaran radio peringatan terhadap warga
sipil Prancis terhadap akan adanya sebuah "perang pesisir", dan
mendorong mereka untuk cepat-cepat mengungsi dari distrik-distrik pantai
di daerah Prancis yang diduduki.
Pasukan untuk operasi penyerbuan ini diambil dari Komando Tenggara dan Operasi Bersama, di bawah pimpinan Lieutenant General
Bernard Law Montgomery. Rencana penyerbuannya sendiri terlihat standar
dan tanpa imajinasi, dengan mengandalkan serangan frontal tanpa
didahului oleh bombardemen artileri terlebih dahulu. Di bawah tekanan
dari pemerintah Kanada yang menginginkan agar pasukan mereka dapat
sesegera mungkin terjun dalam pertempuran, maka 2nd Canadian Infantry Division di bawah pimpinan Major General John Hamilton Roberts dipilih sebagai pasukan utama.
Dukungan lapis baja diberikan oleh 14th Armoured Regiment (The Calgary Regiment) dengan mengandalkan 58 buah tank Churchill terbaru yang dikirimkan menggunakan LCT (Landing Craft Tank).
Tanknya sendiri mempunyai perlengkapan yang beragam, dengan tank-tank
bersenjatakan meriam utama QF 2 dilengkapi dengan Howitzer pendukung di
bagian lambung, beroperasi bersama-sama dengan tank bersenjatakan meriam
QF 6. Sebagai tambahan, tiga buah Churchill dipersenjatai dengan
penyembur api. Semua tank telah diujicoba terlebih dahulu sehingga
memungkinkan mereka dapat beroperasi di perairan dangkal di dekat
pantai.
Laporan
intelijen Sekutu untuk wilayah yang akan dijadikan operasi pendaratan
benar-benar tidak bisa diandalkan: sebenarnya terdapat posisi pertahanan
meriam Jerman yang terdapat di bukit-bukit sekitar, tapi mereka tidak
terdeteksi oleh para fotografer pengintai udara. Para perencana serangan
memastikan bahwa lokasi pendaratan cukup cocok untuk didarati oleh tank
serta bukit-bukitnya tidak terlalu curam, semuanya dengan hanya
mengandalkan hasil penelitian terhadap foto-foto liburan turis Inggris
di masa pra-perang! Jelasnya, mereka telah meremehkan kekuatan
pertahanan Jerman dan juga wilayah operasinya.
Bagaimana
dengan pihak Jerman sendiri? Mereka telah dalam keadaan siaga penuh
setelah sebelumnya mendapat peringatan dari agen ganda Prancis bahwa
Inggris menaruh "perhatian" terhadap wilayah di sekitar Dieppe.
Unit-unit Nachrichtentrupen
(sandi) juga telah mendeteksi adanya lalu-lintas radio yang semakin
meningkat, sementara kendaraan-kendaraan pendarat terlihat dikumpulkan
di pelabuhan-pelabuhan selatan Inggris.
Dieppe dan
bukit-bukit yang mengelilinginya kini telah diperkuat sebaik mungkin
oleh garnisun berkekuatan 1.500 orang yang anggotanya berasal dari 302.Infanterie-Division (yang terdiri dari Infanterie-Regiment 570, 571 dan 572, yang masing-masing terdiri dari dua batalyon, juga Artillerie-Regiment 302,
Batalyon Pengintai 302, Batalyon Anti-Tank 302, Batalyon Zeni 302, dan
Batalyon Sandi 302). Mereka disebar disepanjang pantai Dieppe juga
kota-kota tetangga, dan menutupi setiap tempat yang berpotensi dijadikan
lokasi pendaratan oleh musuh. Selain diperkuat oleh senapan mesin,
mortir dan artileri, kota dan pelabuhan Dieppe juga dipenuhi oleh
konsentrasi pasukan yang memblok jalan-jalan utama (terutama di gua-gua
yang banyak terdapat di bukit karang), plus tambahan pasukan cadangan di
garis belakang. Pihak yang bertahan tidak hanya ditempatkan di kotanya,
tapi juga di wilayah terbuka antara satu kota dengan kota lain yang
berdekatan, dan di dataran tinggi yang mengelilingi pantai. Pasukan
pertahanan Jerman memfokuskan diri untuk membangun garis pertahanan di
seluruh wilayah Dieppe. Elemen-elemen dari Infanterie-Regiment 571
mempertahankan stasiun radar Dieppe yang terletak di dekat Pourville
dan baterai artileri di sungai Scie yang berada di Varengeville. Di
sebelah baratnya, Infanterie-Regiment 570 ditempatkan di dekat baterai artileri yang berada di Berneval.
Untuk pasukan udaranya, Luftwaffe mengerahkan Jagdgeschwader 2 (JG2) dan Jagdgeschwader 26 (JG-26) yang berkekuatan 200 pesawat tempur (kebanyakannya tipe Focke Wulf Fw-190) ditambah dengan 100 buah bomber dari Kampfgeschwader 2 (KG-2), Kampfgeschwader 45 (KG-45) dan Kampfgeschwader 77 (KG-77) dengan pesawat utamanya yaitu Dornier Do-217.
Pendaratan di Dieppe sendiri direncanakan akan dilaksanakan di empat pantai yang bersandi East-West Blue, Red, White dan Green. Royal Regiment of Canada akan mendarat di pantai Blue. Pendaratan utama dilaksanakan di pantai Red dan White dan akan dilakukan oleh Royal Hamilton Light Infantry, Essex Scottish Regiment, Les Fusiliers Mont-Royal, sebuah Commando Royal Marines dan 14th Canadian Armoured Regiment. South Saskatchewan Regiment dan Queen's Own Cameron Highlanders of Canada akan mendarat di pantai Green.
Armada
Sekutu meninggalkan pantai selatan Inggris di malam tanggal 18 Agustus
1942, didahului oleh kapal penyapu ranjau yang membuka jalur pelayaran
di selat Inggris bagi mereka. Armada tersebut terdiri dari delapan kapal
perusak dan kapal-kapal motor bersenjata yang mengawal kapal pendarat
serta kapal barkas. Pendaratan direncanakan akan dimulai pukul 04:50
subuh tanggal 19 Agustus 1942, dengan dimulai oleh serangan terhadap dua
buah baterai artileri yang mengapit wilayah pendaratan utama. Ini
termasuk Varengeville oleh No. 4 Commando, Pourville oleh South Saskatchewan Regiment dan Queen's Own Cameron Highlanders of Canada, Puys oleh Royal Regiment of Canada, dan Berneval oleh No. 3 Commando.
Dalam perjalanan mereka menuju ke tempat tujuan di Puys dan Berneval,
pasukan penyerbu yang menaiki kapal pendarat serta pengawal berpapasan
dengan konvoy kecil kapal Jerman dan beradu tembakan pukul 03:48.
Tugas yang dibebankan kepada Lieutenant Colonel John Durnford-Slater dan No.3 Commando
adalah untuk melakukan dua pendaratan sejauh 13km (8 mil) di timur
Dieppe yang bertujuan untuk menetralisir baterai pantai di dekat
Berneval. Baterai tersebut mampu menembak lokasi pendaratan lain di
Dieppe sampai sejauh 6,4km (4 mil) ke arah barat. Tiga buah meriam 170mm
dan empat 105mm dari Baterai 2/770 harus "didiamkan" pada saat pasukan
penyerang utama mendekati pantai pendaratan. Kapal yang membawa No.3 Commando
ke pantai di sebelah timur tidak mendapat peringatan terlebih dahulu
akan datangnya sebuah konvoy kapal Jerman yang sebelumnya telah
terdeteksi oleh stasiun radar “Chain Home” Inggris jam 21:30. S-Boat
Jerman yang mengawal sebuah kapal tanker mentorpedo beberapa kapal
pendarat dan merusak Steam Gun Boat 5 yang mengawalnya. Mendapat serangan ini, Motor Launch 346 dan Landing Craft Flak 1 bersama-sama mengusir
kapal Jerman. Tapi grup tersebut terpencar satu sama lain, dan kini
pertahanan pantai Jerman telah "terbangun". Hanya 18 orang Komando yang
mendarat di pantai yang tepat. Mereka mencapai garis batas Baterai
melalui Berneval dan menyerbu dengan menggunakan senapan ringan.
Meskipun tak mampu menghancurkan meriam yang menjadi sasaran, tembakan
mereka yang dilakukan dari tempat yang tersembunyi berhasil mengalihkan
perhatian para awak baterai Jerman sehingga gunner mereka menembak
dengan liar tanpa ada laporan kapal Sekutu yang tenggelam satu pun
karena ulahnya! Akhirnya pasukan Komando dipaksa mundur di tengah
hadapan musuh yang berkekuatan jauh lebih banyak.
Tugas yang dibebankan kepada Lieutenant Colonel Lord Lovat dan No.4 Commando (termasuk 50 orang Rangers
dari Angkatan Darat Amerika Serikat) adalah untuk melakukan dua
pendaratan sejauh 9,7km (6 mil) di barat Dieppe demi menetralisir
baterai pantai di dekat Varengeville. Setelah mendarat di sisi kanan
mereka mendaki bukit karang, dan berhasil melakukan tugas mereka, "mendiamkan" sebuah baterai artileri yang berkekuatan enam buah meriam
150mm. Ini tercatat sebagai kesuksesan SATU-SATUNYA dari Operasi Ceilee
eh Jubilee! Pasukan Komando kemudian mundur pukul 07:30 sesuai dengan
rencana. Kebanyakan anggota No.4 Commando
berhasil kembali dengan selamat ke Inggris. Serangan mereka kemudian
digolongkan sebagai sebuah contoh bagi serangan pasukan Komando di masa
depan, sementara Lord Lovat dianugerahi Distinguished Service Order dan Captain Patrick Porteous dari No.4 Commando mendapat Victoria Cross atas perannya dalam serangan ini.
Pertempuran laut antara konvoy kecil Jerman dengan kapal yang membawa No.3 Commando telah menyiagakan para pasukan pertahanan Jerman di Pantai Blue. Pendaratan di dekat Puys sendiri dilakukan oleh Royal Regiment of Canada ditambah dengan tiga peleton dari Black Watch of Canada
dan sebuah detasemen artileri yang diberi tugas untuk menetralisir
baterai artileri serta senapan mesin yang melindungi pantai Dieppe.
Mereka terlambat 20 menit dari jadwal yang ditentukan sehingga asap
pelindung yang seharusnya menutupi aksi mereka kini telah terangkat.
Dengan hilangnya unsur kejutan serta kegelapan, kini pasukan Jerman
telah siap-siaga di posisi mereka masing-masing sambil bersiap menanti
kedatangan pasukan pendarat. Mereka telah terlindungi dengan baik dan
mampu membuat pasukan Kanada (yang kemudian mendarat) tertahan di
tempatnya. Tak lama setelah mencapai pantai, orang-orang Kanada ini
mendapati diri mereka terjebak antara pantai dengan pasukan musuh
sehingga tak mampu untuk bergerak. Royal Regiment of Canada
secara resmi hancur lebur alias musnah alias euweuh deui alias wani
piro: dari 556 orang anggota resimen ini, 200 orang tewas sementara 264
orang tertawan!
Di pantai Green, pada saat yang bersamaan dengan mendaratnya No.4 Commando, South Saskatchewan Regiment
berangkat menuju Pourville. Mereka mendarat pukul 04:52 tanpa
terdeteksi. Resimen ini mampu meninggalkan kapal pendarat mereka sebelum
pasukan Jerman membuka tembakan. Sialnya, di tengah pendaratan beberapa
kapal pendarat telah terbawa arus sehingga kebanyakan anggota batalyon
mendapati diri mereka mendarat di sebelah barat sungai Scie dan bukan di
sebelah timurnya! Karena mereka telah mendarat di tempat yang salah,
maka resimen ini (dengan bukit target mereka berada di sebelah timur
desa) mau tidak mau harus memasuki Pourville demi melintasi sungai
dengan jembatan satu-satunya yang terdapat disitu. Sebelum Saskatchewan
mencapai jembatan, pasukan Jerman telah menempatkan senapan mesin dan
senjata anti-tank untuk memblok pergerakan mereka. Tentu saja
penyeberangan ini berubah menjadi neraka, dengan tentara yang tewas
serta luka-luka memenuhi jembatan. Melihat ini, sang komandan (Lieutenant-Colonel
Charles Cecil Ingersoll Merritt) dengan gagah berani maju ke depan dan
berteriak kepada anakbuahnya: "Ayolah cepat! Tak ada apa-apa disini!"
Penyerangan dimulai kembali, tapi tak ada satupun wilayah yang berhasil
diduduki. Saskatchewan dan Cameron Highlanders of Canada, yang mendarat di sebelah mereka, tak mampu mencapai target yang dibebankan. Meskipun Cameron
mampu melakukan penetrasi lebih dalam dibandingkan dengan pasukan lain
di hari itu, tapi mereka pun tak lama kemudian dipaksa untuk mundur
kembali saat pasukan cadangan Jerman dikirimkan secara buru-buru ke
lokasi pertempuran. Dengan waktu yang semakin menipis, kedua resimen ini
menderita lebih banyak lagi korban saat mereka mundur. Hanya 341 orang
yang mampu mencapai kapal pendarat dan kabur, sementara yang lainnya
dipaksa untuk menyerah. Untuk perannya dalam pertempuran ini, Letkol
Merritt dianugerahi Victoria Cross.
Salah satu
sasaran penyerbuan Dieppe adalah untuk menemukan peran penting serta
akurasi dari sebuah stasiun radar Jerman yang terletak di puncak bukit
sebelah timur kota Pourville. Untuk mencapainya, Flight Sergeant Jack Nissenthall dari RAF (yang merupakan seorang pakar radar) diperbantukan di South Saskatchewan Regiment.
Dia akan dimasukkan ke stasiun radar dan kemudian mempelajari
rahasia-rahasia penting yang terkandung di dalamnya. Tentu saja dia
tidak sendirian dalam menjalankan tugasnya, melainkan dibantu oleh
sebuah unit kecil yang terdiri dari 11 orang Saskatchewan
sebagai bodyguard. Nissenthall menawarkan diri secara sukarela untuk
bergabung dalam misi ini dan mengetahui betul bahwa, karena
pengetahuannya yang sangat luas akan teknologi radar Sekutu, maka para
bodyguard Saskatchewan-nya
akan membunuhnya bila diperlukan demi mencegah dia jatuh ke tangan
Jerman! Tidak hanya itu, dia juga membawa sebuah pil sianida sebagai
usaha pengamanan terakhir. Nissenthall dan para pengiringnya gagal
memasuki stasiun radar karena pertahanan musuh yang terlalu kuat,
meskipun Nissenthall kemudian mampu untuk merangkak ke bagian belakang
stasiun di bawah rentetan tembakan dan berhasil memutus semua sambungan
telepon yang menuju ke stasiun tersebut. Hal ini memaksa para awak
stasiun di dalam untuk beralih menggunakan sambungan transmisi radio
untuk berbicara dengan komandannya, transmisi yang sudah disadap oleh
para "penguping" Sekutu di pantai selatan Inggris. Sekutu mampu
mempelajari banyak hal tentang larik antena stasiun radar Jerman di
sepanjang pantai Channel karena tindakan yang sederhana ini, dan yang
meyakinkan mereka akan pentingnya mengembangkan teknologi pengacak
radar. Dari unit kecil ini, hanya Nissenthall dan satu lagi yang
berhasil kembali dengan selamat ke Inggris.
Untuk
mempersiapkan wilayah yang akan menjadi lokasi pendaratan utama, empat
buah kapal perusak membombardir pantai saat kapal pendarat mendekat.
Pukul 05:15 mereka dibantu oleh lima buah skuadron Hurricane RAF yang
membom pertahanan pantai dan mengeluarkan pelindung asap yang menutupi
pasukan penyerang. Antara pukul 05:20 dan 05:23, 30 menit setelah
pendaratan pertama dilakukan, serangan frontal utama dilakukan oleh Essex Scottish dan Hamilton Light Infantry. Pasukan infanteri ini tadinya akan dilindungi oleh tank-tank Churchill dari 14th Canadian Armoured Regiment
yang mendarat di waktu yang sama, hanya saja mereka kemudian tiba di
pantai lebih lambat dari waktu yang ditentukan. Sebagai akibatnya, dua
resimen infanteri mau tidak mau harus menyerang tanpa perlindungan
kendaraan lapis baja. Mereka menghadapi tembakan gencar senapan mesin
yang datang dari tempat-tempat perlindungan yang digali di bukit-bukit
yang berdekatan. Pasukan Sekutu menjadi bulan-bulanan tembakan Jerman.
Ketika tank-tank akhirnya datang, hanya 29 saja yang mendarat. Dua di
antaranya nyungseb di air dalam, dan 12 lainnya tak mampu bergerak sama
sekali di lapisan pasir pantai yang lunak. Hanya 15 tank yang mampu
melintasi benteng laut, tapi kemudian mereka menghadapi serangkaian
rintangan tank yang menghalangi mereka dari memasuki kota. Karena tidak
bisa maju, mereka akhirnya dipaksa untuk kembali ke pantai demi
menyediakan tembakan perlindungan bagi pasukan infanteri yang kini juga
sama-sama mundur. Tak ada satupun tank ini yang berhasil kembali ke
Inggris. Semua awaknya yang mendarat kemudian terbunuh atau tertangkap.
Tanpa sadar
akan situasi yang terjadi di pantai akibat halangan asap pelindung yang
disebarkan oleh kapal perusak, Mayjen Roberts mengirimkan dua unit
cadangan ke garis depan: Fusiliers Mont-Royal dan Royal Marines. Pukul 07:00 Fusiliers, di bawah komando Lieutenant-Colonel
Dollard Ménard, berangkat menuju pantai dengan menggunakan 26 buah
kapal pendarat. Mereka langsung disambut oleh pasukan Jerman dengan "selayaknya", yang menghujani mereka dengan tembakan senapan mesin,
mortir, dan granat. Fusiliers hancur total, dan hanya beberapa orang
yang mampu mencapai kota. Orang-orang ini pun bernasib tidak kalah
naasnya, karena sekarang mereka harus melalui tengah-tengah kota Dieppe
dan terjebak di bawah bukit karang. Robert lalu memerintahkan Royal Marines
untuk menolong mereka. Pasukan ini tidaklah dirancang sebagai pasukan
pendukung Fusiliers, dan mereka harus dipindahkan terlebih dahulu dari
gunboat dan motorboat ke kapal pendarat. Tak hanya itu, kapal mereka pun
dihajar habis-habisan saat mencoba mendarat sehingga banyak di
antaranya yang hancur atau rusak. Royal Marines
yang berhasil sampai ke pantai kemudian tewas atau tertangkap. Setelah
insyaf akan situasi gawat darurat yang kini terjadi, komandan Royal Marines (Lieutenant-Colonel
Phillipps) berdiri di atas buritan kapal pendaratnya dan memberi sandi
kepada sisa anakbuahnya untuk kembali lagi. Beberapa saat kemudian dia
tewas terbunuh...
Selama penyerbuan, sebuah peleton mortar dari Calgary Highlanders yang dikomandani oleh Lieutenant
F.J. Reynolds diikutsertakan pada tim pendarat, tapi kemudian mereka
tetap berada jauh dari pantai setelah dua buah tank yang berada bersama
mereka di kapal (diberi nama sandi Bert dan Bill) mendarat. Nama Sergeant
Lyster dan Pittaway kemudian disebutkan dalam laporan pasca-pertempuran
atas aksi mereka menembak jatuh dua buah pesawat Jerman, sementara
seorang perwira dari resimen tersebut terbunuh saat berada di pantai
bersama markas brigade.
Pada pukul
11:00, di bawah tembakan gencar pihak Jerman, gerakan mundur dari pantai
pendaratan utama mulai dilakukan dan baru selesai pukul 14:00.
Korban
penyerbuan Dieppe tercatat sebagai berikut: 3.367 prajurit Kanada dan
275 pasukan Komando Inggris tewas, luka-luka atau ditawan. Royal Navy
kehilangan satu buah kapal perusak dan 33 kapal pendarat, juga 550
orang yang tewas atau terluka. RAF kehilangan 106 pesawat sementara
Luftwaffe 48. Korban di pihak Angkatan darat Jerman sendiri tercatat 591
orang.
Medali Victoria Cross dianugerahkan kepada tiga orang yang terlibat dalam operasi ini: kepada Captain Porteous, No. 4 Commando; Reverend John Weir Foote, pendeta di Royal Hamilton Light Infantry; dan Lieutenant-Colonel Merritt dari South Saskatchewan Regiment. Baik Foote maupun Merritt menjadi tawanan perang. Dua tahun kemudian (1944), 2nd Canadian Infantry Division
berhasil membebaskan Dieppe dari tangan Jerman, sementara Mayjen
Roberts yang menjadi komandan mereka telah dipindahkan untuk menjadi
komandan unit cadangan di Inggris.
Jenderal Montgomery ditunjuk menjadi komandan 21st Army Group
sekaligus sebagai panglima seluruh pasukan darat dalam pendaratan di
Normandia bulan Juni 1944. Pada bulan Oktober 1943 Laksamana Mountbatten
ditunjuk sebagai Panglima Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara.
Mountbatten kemudian membenarkan penyerbuan ke Dieppe dengan mengatakan
bahwa pelajaran yang diambil dari penyerbuan tersebut kemudian banyak
membantu pihak Sekutu dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya. Dia
kemudian mengklaim, "Aku tak punya keraguan sedikitpun bahwa Pertempuran
Normandia sebenarnya dimenangkan di pantai Dieppe. Untuk setiap orang
yang gugur di Dieppe tahun 1942, setidaknya 10 orang telah terselamatkan
di Normandia tahun 1944." Klaim ini diperdebatkan oleh sejarawan
militer Mayjen Julian Thompson. Penyerbuan amfibi di Afrika Utara
dilakukan hanya tiga bulan setelah Dieppe, dan pendaratan Normandia yang
lebih sukses dilakukan dua tahun setelahnya.
Tak lama
setelah kehancuran di Dieppe, pihak Inggris mengembangkan kendaraan
lapis baja khusus dari berbagai jenis yang memungkinkan para awaknya
melakukan tugas-tugas berbahaya dengan terlindungi oleh lapisan baja. Bencana
Dieppe juga menyadarkan Sekutu untuk lebih menggalakkan dukungan
tembakan kapal laut saat penyerbuan amfibi dilakukan, dan ini juga
termasuk pembombardiran dari udara. Operasi ini telah menunjukkan begitu
banyak kekurangan dalam teknik-teknik pelindung darat RAF, sehingga tak
lama kemudian didirikanlah sebuah Unit Taktis Angkatan Udara yang
terintegrasi yang bertujuan sepenuhnya untuk mendukung ofensif di darat.
Operasi
udara Sekutu dalam rangka mendukung Operasi Jubilee berujung pada
beberapa pertempuran udara paling sengit dari sejak tahun 1940. tujuan
utama RAF adalah untuk memberikan payung perlindungan di atas pasukan
penyerang amfibi serta lokasi pendaratan, plus untuk memaksa Luftwaffe
terjun ke dalam perang habis-habisan di tengah medan yang ditentukan
oleh Sekutu. Sekitar 51 skuadron pemburu Spitfire dikerahkan, bersama
dengan delapan skuadron pemburu-pembom Hurricane, empat skuadron
pengintai Mustang Mk Is dan tujuh skuadron grup pembom ringan no.2.
untuk menghadapinya, Luftwaffe mengerahkan 120 pemburu yang operasional
dari Jagdgeschwader 2 dan 26 (JG-2 dan JG-26), pesawat-pesawat pembom Dornier Do-217 dari Kampfgeschwader 2 dan berbagai elemen pembom anti kapal laut yang berasal dari III./KG-53, II./KG-40 dan I./KG-77.
Meskipun
pada awalnya rada terlambat merespons operasi pendaratan tersebut,
pemburu-pemburu Jerman mulai membuat kehadiran mereka dirasakan seiring
dengan berlalunya waktu. Meskipun (lagi) pesawat-pesawat pemburu Sekutu
cukup sukses dalam melindungi pasukan darat dan laut dari serangan
pembom Jerman, tapi mereka kelimpungan ketika harus berhadapan dengan
pilot-pilot Jagdgeschwader yang berpengalaman.
Seusai
pertempuran, Komando Pemburu Inggris dengan percaya diri
mengatakan bahwa mereka telah menimbulkan korban besar buat Luftwaffe.
Fakta di lapangan membuktikan sebaliknya! Korban di pihak Sekutu
berjumlah 106 pesawat, termasuk 88 buah pesawat pemburu RAF yang hancur
atau rusak. Dari jumlah ini, 44 Spitfire menjadi korban dalam
pertempuran udara dan sisa tiga lagi hancur oleh tembakan Flak dari
darat. 23 pesawat lainnya hancur atau rusak oleh Flak, atau disebabkan
kecelakaan. Jumlah keseluruhan Spitfire yang hancur atau rusak adalah 70
buah. Selain itu, 18 pembom juga menjadi korban. Di pihak Luftwaffe, 48
pesawat hancur. Dari jumlah ini, 28 di antaranya adalah pembom, yang
setengah di antaranya adalah Dornier Do-217 dari KG-2. Satu dari dua Jagdgeschwader
yang terlibat, JG-2, kehilangan 14 Focke Wulf Fw 190 dan delapan
pilotnya yang terbunuh. JG-26 kehilangan enam Fw-190 bersama dengan
pilotnya.
Saat pendaratan terjadi, Brigadier
William Wallace Southam membawa ke pantai sebuah salinan rencana
penyerangan yang diklasifikasikan sebagai dokumen super rahasia.
Meskipun dia mencoba menguburnya di bawah kerikil saat menyerah kepada
pasukan Jerman, tapi usahanya diketahui oleh penawannya sehingga salinan
tersebut jatuh ke tangan Wehrmacht.
Rencana penyerangan, yang kemudian dikritik pedas karena ukurannya yang
besar dan tahapannya yang terlalu rumit, mengandung perintah untuk
memborgol tawanan. Tidak hanya itu, pihak Wehrmacht kemudian menerima
laporan akan adanya mayat seorang tawanan Jerman terbawa arus ke pantai
dengan tangan terikat ke belakang tak lama setelah tentara Kanada
mundur. Ketika hal ini disampaikan kepada Hitler, dia memerintahkan agar
balik memborgol setiap tentara Kanada yang tertangkap. Tidak mau kalah,
pihak berwenang Inggris dan Kanada langsung memerintahkan hal yang sama
terhadap tawanan Jerman yang disekap di Kanada. Meskipun pemerintahan
Kanada menentang perlakuan ini, yang mereka anggap akan berpengaruh
buruk terhadap warga mereka yang menjadi tawanan Jerman, tapi pada
akhirnya mereka nurut juga demi mempertahankan hubungan baik serta
persatuan dengan induk semangnya, Inggris. Ujung-ujungnya, seperti yang
telah diduga oleh Kanada, perintah pemborgolan ini menjadi penyebab
utama dari masalah besar dan satu-satunya pemberontakan terbuka di
sebuah kamp tawanan Kanada dalam Perang Dunia II, suatu peristiwa yang
dikenal dengan nama "Battle of Bowmanville". Tidak mau membuat masalah
lagi, pihak Kanada dan Jerman tak lama kemudian mencabut kebijakan ini
setelah adanya campur tangan dari negara netral Swiss.
Jerman
memutuskan untuk memberi hadiah terhadap kota Dieppe akan tindakannya
yang tidak membantu pasukan penyerang dengan membebaskan semua tawanan
Prancis asal Dieppe yang berada dalam kamp mereka, dan bahkan tidak
protes sedikitpun saat menerima daftar panjang orang-orang yang harus
dibebaskan yang diserahkan oleh pejabat kota Dieppe. Akibatnya, ratusan
tawanan Prancis dipersilakan untuk menghidup udara bebas, dengan banyak
di antaranya bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Dieppe! Sebagai
tambahan, Hitler memberikan hibah 10 juta francs kepada kota tersebut.
Kesaksian
dari tangan pertama serta memoar dari banyak veteran Kanada yang
mendokumentasikan pengalaman mereka di pantai Dieppe sama-sama
memberitakan tentang kesiapan pihak pertahanan Jerman yang tidak biasa,
seakan-akan mereka tahu akan adanya serangan jauh sebelum waktunya.
Salah seorang perwira yang ikut terlibat, Lieutenant Colonel
Labatt, bersaksi bahwa dia melihat sebuah papan-papan penunjuk yang
digunakan untuk latihan mortir, yang tampaknya belum lama dipasang, di
pantai. Tidak hanya itu, saat baru saja mendarat di pantai Dieppe,
kapal-kapal pendarat langsung dihantam oleh bom-bom artileri dengan
ketepatan yang mengejutkan. Adanya tanda penunjuk latihan serta pemboman
yang jitu menjadi petunjuk akan adanya sebuah pasukan yang siap-sedia.
Di tempat lain, saat interogasi terhadap seorang tawanan Jerman
dilakukan, Major C. E. Page menemukan bahwa empat batalyon senapan mesin
sengaja dibawa secara "special pake telor" sebagai antisipasi serangan!
Bagaimanapun, faktor utama yang membuat Sekutu yakin bahwa Jerman telah
bersiap-sedia menghadapi pendaratan berminggu sebelumnya adalah
kesaksian dari begitu banyak tawanan Jerman, pihak Jerman yang menangkap
tentara Sekutu, serta penduduk sekitar yang semuanya mengatakan hal
yang sama persis: Elo... gue... end!
Hal "ajaib"
lain yang berkaitan dengan pendaratan Dieppe adalah ini: Pada tanggal
17 Agustus 1942, petunjuk "pelabuhan Prancis (6)" nongol dalam TTS
(Teka-Teki Silang) yang dimuat di Daily Telegraph
(dibuat oleh Leonard Dawe), diikuti dengan jawabannya "Dieppe" keesokan
harinya; tanggal 19 Agustus, penyerbuan terhadap Dieppe dilancarkan.
Kantor Perang Sekutu sempat mencurigai bahwa TTS tersebut telah
digunakan untuk menyampaikan pesan intelijen kepada musuh sehingga
memerintahkan Lord Tweedsmuir, perwira intelijen senior yang
diperbantukan di Angkatan Darat Kanada, untuk menginvestigasi TTS
tersebut. Tweedsmuir, putra dari pengarang terkenal John Buchan,
kemudian berkomentar:
"Kami
menemukan bahwa TTS tersebut mengandung kata "Dieppe", sehingga kemudian
bahkan M15 (dinas intelijen Inggris) ikut campur tangan melakukan
penyelidikan yang menyeluruh terhadap sang pembuatnya. Tapi pada
akhirnya disimpulkan bahwa hal ini adalah suatu kebetulan yang
mengagumkan belaka – benar-benar suatu kebetulan!"
Prajurit-prajurit
yang kehilangan nyawanya dalam Pertempuran Dieppe dikuburkan oleh pihak
Jerman, dan menciptakan sebuah layout yang unik di Kuburan Perang
Kanada Dieppe – batu nisannya telah ditempatkan saling membelakangi
dalam dua baris, yang merupakan suatu hal yang normal ditemui di kuburan
perang Jerman tapi tidak ditemukan di lokasi kuburan perang
Persemakmuran selainnya! Ketika Sekutu menduduki Dieppe sebagai bagian Operation Fusilade
tahun 1944, penanda kuburannya digantikan tapi layoutnya tetap
dibiarkan tidak berubah untuk menghindari "terganggunya" sisa-sisa
jenazah yang terkubur di dalamnya.
0 komentar: