Kamis, 19 Januari 2012

Sniper Jerman (Scharfschütze) di Normandia

 
Sniper (Scharfschütze) Jerman

Perihal mengenai sniper Jerman yang banyak bertebaran di Normandia dapat kita ketahui dari laporan Ernie Pyle (1900-1945) yang tewas di Ie Shima, di dekat Iwo Jima, dalam pertempuran antara Marinir AS melawan tentara Jepang tanggal 18 April 1945 :

Normandia, 26 Juni 1944. Sepanjang yang aku ketahui, penembakan jitu diakui sebagai cara yang sah dalam peperangan. Sekalipun demikian, hal ini menimbulkan kegeraman di kalangan tentara Amerika soal keadilan. Saya sendiri sebelum pendaratan di pantai Prancis, dan Jerman mulai terdesak di daerah pantai, tidak pernah merasakan atau terlalu memikirkan akan hal itu, karena sebelum ini pun pernah menghadapi penembak jitu musuh seperti di Bizerte, Cassino dan berbagai tempat lainnya. Namun itu hanya dalam sekala kecil saja.

Tetapi di sini, di Normandia, Jerman melakukan cara penembakan tersebut secara besar-besaran, layaknya cara pedagang grosir berjualan. Di semua sudut mereka tempatkan penembak jitu. Di pohon-pohon, di bangunan, di tumpukan puing, di reruntuhan, di sela-sela rerumputan. Tetapi paling banyak adalah di semak-semak rimbun, hedgerows, yang merupakan pagar hidup tanaman petani di Normandia yang berfungsi sebagai pembatas ladang-ladang dan tanah mereka.

Ini merupakan kawasan penembak jitu yang sangat ideal. Seorang penembak jitu dapat bersembunyi dalam rerimbunan dengan bekal makanan beberapa hari, dan untuk menemukannya ibarat mencari jarum di antara tumpukan jerami. Untuk setiap mil jarak yang kami tempuh, ada lusinan penembak jitu Jerman yang terlewat di belakang kami. Mereka tinggal membidik para prajurit kami satu persatu ketika mereka berjalan beriringan di jalan atau menyebrangi tanah perladangan.

Tidak aman bagi kami untuk memasuki daerah atau bivak baru sebelum yakin para penembak jitu telah dibersihkan. Bivak pertama yang aku masuki, seharian dipenuhi dengan desingan peluru para penembak hingga akhirnya para penembak tersembunyi itu dapat dibekuk. Rasa selalu amat was-was, sama seperti jika anda memasuki suatu tempat yang anda curigai telah ditebar dengan ranjau.

Pada waktu-waktu yang lalu, para prajurit kami memang sudah membicarakan soal penembak jitu dengan sikap memandang rendah dan jijik. Namun sekarang di Normandia, penembakan tersebut menjadi semakin menentukan dan berwaspada terhadapnya merupakan sesuatu yang harus dipelajari dengan cepat. Seorang perwira temanku berkata, "Para prajurit secara individual memang telah menyadari akan bahaya tersebut. Tetapi sekarang yang sadar akan bahaya penembak jitu adalah keseluruhan pasukan!".

Para penembak jitu itu membunuhi sebanyak mungkin prajurit Amerika, dan kemudian tatkala persediaan makanan dan peluru mereka habis, mereka pun lalu menyerahkan diri. Bagi seorang Amerika, hal seperti itu dipandang tidaklah etis. Para prajurit Amerika umumnya tidak memiliki rasa membenci atau mendendam terhadap prajurit Jerman yang bertempur secara terbuka dan kalah. Tetapi perasaan mereka terhadap penembak tersembunyi itu rasanya tidaklah dapat ditulis dan disiarkan. Pendeknya, mereka belajar untuk sebisa mungkin membunuh si penembak jitu itu sebelum penembak itu sempat menyerah.

Pada kenyataannya, bagian wilayah Prancis yang ini memang sangat menyulitkan, kecuali untuk pertempuran antar kelompok kecil. Normandia merupakan kawasan dengan ladang-ladang kecil, yang masing-masing dibatasi dengan tumbuhan semak yang tebal dan pagar dari pohon perdu. Sulit mencari suatu tempat dari mana anda dapat memandang lebih jauh dari pada tanah ladang yang ada di depan anda. Hampir seluruh waktu, para prajurit tidak mungkin melihat daerah di sekelilingnya lebih jauh dari 100 yard.

Di bagian lain daerah ini, genangan air seperti rawa-rawa juga menjadi ciri, dengan rerumputan yang tinggi-tinggi, sehingga dalam kondisi yang seperti itu maka ini merupakan daerah yang hanya cocok untuk bertempur satu lawan satu. Seorang perwira yang pernah bertugas di Pasifik mengatakan bahwa pertempuran di daerah Normandia ini mirip dengan apa yang di alaminya dalam pertempuran brutal di kepulauan Guadalcanal.

0 komentar: