Major Erich Hartmann (1922-1993), Pilot Luftwaffe yang Memiliki Rekor Kemenangan Terbesar Sepanjang Sejarah
14.53
By
Fajar Muhammad Rivai
Tokoh Nazi
0
komentar
Major Erich Hartmann
Erich Alfred “Bubi” Hartmann (19 April 1922-20 September 1993), yang juga mempunyai julukan “Die Blond Ritter Deutschland” bagi para koleganya dan “Die Schwarz Teufel” bagi para musuhnya di udara. Hartmann merupakan salah satu fighter-ace yang paling sukses dalam sejarah aerial combat. Total klaimya adalah 352 pesawat musuh dalam 825 combat sortie. Selain itu Hartmann juga mengalami 14 kali crash landing sepanjang karirnya di perang dunia ke II.
Hartmann dilahirkan di Weissach, Wurttemberg. Masa kecilnya banyak dihabiskan di timur jauh, karena ayahnya yang dokter bekerja di Cina. Hartmann kembali ke Jerman tahun 1928, dan mulai mengikuti training untuk menjadi pilot. Tahun 1936 Hartmann memperoleh lisensi pilotnya dan memulai pendidikan di Luftkriegsschule II di akhir Tahun 1940.
Tahun 1941 Hartman memperoleh wing-nya dan ditugaskan ke unit fighter Jagdgeschwader 52 pada bulan Oktober 1942. JG 52 merupakan fighter unit yang ditempatkan di front Timur (Soviet) dan diperlengkapi dengan Messerschitt Bf-109G.
Komandan III./JG 52 , Mayor Hubertus von Bonin, menempatkan Hartmann dibawah pengawasan Oberfeldwebel Alfred Grislawski yang telah berpengalaman dalam aerial combat dan taktik. Setelah berhari-hari melakukan latihan tempur, Grislawski mengakui bahwa Hartmann memiliki bakat yang baik dalam hal taktik perang di udara tapi tetap masih membutuhkan beberapa latihan lagi untuk membuatnya menjadi seorang master. Saat itu masalah Hartmann yang terbesar adalah keinginannya untuk menjatuhkan musuh sebanyak-banyaknya dan bad attitude. Grislawski bahkan sempat menekankan pada Hartmann untuk merubah sikapnya tersebut atau dia akan kembali ke Jerman dalam peti mati. Grislawski juga yang memberi julukan “Bubi” pada Hartmann yang berarti anak kecil.
Hartmann kemudian ditempatkan di 7th Staffel JG52 dan menjadi wingman dari Walter Krupinski, seorang Luftwaffe ace, yang kemudian juga menjadi mentor dan teman baiknya. Krupinski termasuk “wild man” apabila sedang terbang. Dia memilih Hartmann sebagai wingman itupun karena tidak ada NCO lain yang bersedia menjadi wingman-nya. Krupinski walaupun termasuk seorang Ace ternyata bukan seorang penembak yang baik, taktiknya adalah menyerang musuh pada setiap kesempatan dan dalam jarak sedekat-dekatnya. Selain itu Krupinski tidak pernah menghindari setiap air contact, jadi terbang bersamanya berarti pertempuran udara setiap waktu. 5 November 1942 Hartmann mencatat kemenangan pertamanya di udara, lawannya saat itu adalah pesawat dive bomber Ilyushin Il-2 Shturmovik dari 7 GshAP.
Walaupun begitu perkembangannya sebagai seorang Ace tidak terlalu sukses, di akhir tahun Hartmann hanya menambah satu “notch” pada pesawatnya. Saat itu memang bahkan seorang top aces membutuhkan waktu untuk dapat meningkatkan performa mereka.
Tahun 1943 merupakan tahun yang sibuk bagi Hartmann. Bahkan dia sempat mengalami breakdown saat harus crash landing akibat bersenggolan dengan LaGG-7. Saat beristirahat di Jerman, ayahnya mengatakan bahwa Jerman tidak punya harapan dalam perang kali ini. Esoknya Hartmann kembali ke Front Timur untuk membuktikan bahwa kata-kata ayahnya salah besar. 7 Juli 1943 Hartmann merontokkan 7 pesawat saat terjadi massive dogfight selama Battle of Kursk. Bulan Agustus 1943 “kill list” Hartmann mencapai angka 50. Masih pada bulan yang sama Hartman membuat tambahan kill yang mencapai angka 48. Di akhir Agustus 1943 Hartmann sempat ditembak jatuh dan tertangkap, tetapi dia kemudian berhasil meloloskan diri kembali ke garis wilayah Jerman. Bulan Oktober 1943, Hartman kembali membuat 2 digit kill, kali ini angka yang dicapai adalah 33. Saat mencapai 148 kill, Hartmann dianugerahi Ritterkreuz pada tanggal 29 Oktober 1943. Di akhir tahun 1943 total kill yang dibuat oleh Hartmann telah mencapai angka 159, kontras sekali dengan total kill yang dilakukannya pada tahun sebelumnya.
Di tahun 1944, kill rate yang dilakukan Hartmann semakin menjadi-jadi. Hal ini kemudian menjadi perhatian khusus dari High Command of the Luftwaffe; semua kill yang dilakukannya pada tahun ini mengalami double check bahkan sampai triple check. Setiap misi terbangnya diawasi secara khusus oleh seorang observer yang mengikutinya terbang dalam combat formation-nya. Pada bulan Maret “kill list” Hartmann mencapai angka 202. Saat itu para pilot fighter Russia semakin familiar dengan keberadaan Hartmann, dengan callsign-nya: ‘Karaya One’. Soviet Command bahkan mengumumkan sejumlah hadiah bagi siapa saja yang dapat merontokkan Hartmann.
Pada 24 Agustus 1944 jumlah kill Hartmann mencapai angka 300, yaitu saat dia merontokkan 11 pesawat. Hal ini sempat menjadi hambatan dalam skoring karirnya, karena Luftwaffe kemudian meng-grounde Hartmann. Luftwaffe tidak mau mengambil resiko apabila seorang hero seperti Hartmann gugur. Tetapi kemudian Hartmann berhasil melobi para atasannya untuk dapat kembali ke kursi fighternya. Dengan pencapaian 300 kill, Hartmann merupakan salah satu dari 27 prajurit Jerman di PD II yang memperoleh diamond untuk Ritterkreuz-nya.
Sepanjang tahun 1944 Hartmann membuat 172 kill, ini merupakan rekor tertinggi dalam satu tahun. Bulan Juni 1944 Hartmann sempat melakukan skirmish dengan beberapa P-51 Mustang, dia kemudian berhasil merontokkan 4 buah di antaranya di Rumania. Tapi sebulan kemudian sebuah Mustang membuatnya melakukan pendaratan darurat akibat kehabisan bahan bakar.
Di awal tahun 1945 sebuah tawaran untuk bergabung dengan unit yang dilengkapi dengan Me-262 disodorkan oleh Jenderal Adolf Galland. Hartmann menolak tawaran tersebut dan memilih tetap di JG 52. Di akhir PD II, Hartmann (saat itu sudah menjabat sebagai Gruppenkommandeur atau CO dari I./JG 52) dan unitnya menyerahkan diri kepada Divisi Infanteri US ke 90.
Hartmann menerbangkan 825 sorti, kehilangan 14 pesawat akibat kerusakan saat aerial combat dan pendaratan darurat. Yang luar biasa Hartmann tidak pernah mengalami luka dan melakukan bail-out. Pesawat lawan yang masuk dalam daftar kill milik Hartmann cukup bervariasi; 200 di antaranya bermacam single engined fighter milik Soviet, 80 buah pesawat tempur buatan Amerika, 15 Il-2 dan 10 buah twin engined medium bomber. Tapi satu hal yang menarik dari Hartmann adalah dia tidak terlalu membanggakan daftar kill-nya, tetapi kenyataan bahwa dalam semua penerbangan tempurnya dia tidak pernah kehilangan seorang wingman-pun.
Hartmann merupakan seorang master dalam stalk-and-ambush taktik. Bahkan menurutnya, 80% dari musuh yang dijatuhkannya tidak pernahnya menyadari apa yang telah menyerang mereka. Hartmann lebih memilih high-power sweeps dan quick approaches, dan sesekali melakukan diving ke formasi pesawat musuh untuk mengacaukan mereka serta mengamati dan kemudian mengambil keuntungan dari kekacauan yang timbul akibat divingnya tersebut. Dengan mengandalkan kekuatan mesin dan persenjataan dari Bf-109, Hartmann sering menjatuhkan musuh dalam jarak yang sangat dekat. Menurutnya jarak yang dekat lebih menghemat amunisi, karena dengan short burst saja sudah dapat dipastikan sebuah kill. Tapi walau begitu Hartmann bukan termasuk penerbang yang nekat, dia tidak pernah memaksakan untuk bertempur dalam situasi yang kurang menguntungkan. Jika situasinya tidak menguntungkan Hartmann lebih memilih 1 aerial victory dibandingkan mengejar rekor. Dia menggambarkan taktik tempurnya sebagai satu garis yang terdiri dari: “See-Decide-Attack-Coffe Break”, artinya observasi dulu musuh, putuskan bagaimana cara menyerangnya, serang dan dis-engage untuk re-evaluasi situasinya.
Hartmann sempat menjalani hukuman di Soviet dengan tuduhan menyerang warga sipil selama tugasnya di Front Timur. Walaupun menolak tuduhan tersebut bahkan tuduhan tersebut juga kemudian dicabut, hukuman terhadap Hartmann tetap sangat berat, perlakuan yang tidak manusiawi bahkan sempat menjalani solitari confinement dalam gelap total. Selain itu usaha pihak Soviet untuk mengubah ideologi Hartmann juga mengalami kegagalan. Setelah menjalani 10,5 tahun masa hukuman di Soviet, Hartmann kemudian dibebaskan di tahun 1955 dan kembali ke Jerman Barat.
Hartmann sempat bergabung dengan Angkatan Udara dan menjabat sebagai perwira yang mengomandani Jagdgeschwader 71, unit tempur jet pertama yang dimiliki oleh AU Jerman Barat. Unit ini dilengkapi dengan Lockheed F-104 Starfighter buatan US, dia bahkan juga sempat melakukan perjalanan ke US untuk menjalani training mengenai perlengkapan tempur AU Amerika.
Di sini dia menemukan sejumlah kelemahan dari F-104, kritiknya saat itu adalah F-104 secara fundamenal sudah tidak layak dan tidak aman. Sejumlah data cukup mendukung opini Hartmann ini, yaitu 282 crash dan 115 pilot jerman tewas dalam penerbangan yang masuk kategori non-combat mission. Opininya ini ternyata tidak disukai oleh para superiornya, Hartmann kemudian berhenti dari AU di tahun 1970. Hartmann wafat 20 September 1993.
0 komentar: