Simo Häyhä, Sang Penebar Maut Dari Finlandia
08.49
By
Fajar Muhammad Rivai
Sekutu Nazi Jerman
0
komentar
Simo Häyhä ketika bertugas. Sepintas dia biasa-biasa saja, namun setelah mengetahui siapa dia sebenarnya, orang akan sangat takjub dengannya
Foto berwarna dari Simo Häyhä. Akibat tembakan peluru berpeledak yang diterimanya, mengakibatkan wajahnya menjadi kurang sempurna
Simo Häyhä (yang wajahnya diberi lingkaran warna merah) di hari tua
Bagi para penggemar sniper (penembak jitu), pasti banyak yang mengenal sosok yang satu ini. Meskipun dia tidak sepopuler Vasily Zaitsev (sniper Rusia yang beraksi di Perang Dunia II) atau Bronius "Bruno" Sutkus (salah satu master sniper Jerman di Perang Dunia II kelahiran Lithuania), dia sangat terkenal di Finlandia yang menjadi tempat kelahirannya. Berkamuflase di antara tumpukan salju untuk membantai tentara musuh tanpa sempat diketahui sang korban. Namun, ada yang unik dari sosok yang satu ini. Dia mampu menembak hingga jarak 400 m dengan senapan bolt-action tanpa scope, dan hanya mengandalkan ketajaman penglihatannya.
Dialah Simo Häyhä, sniper paling ditakuti nomor satu dalam sejarah. Dia lahir di Rautajärvi, Finlandia, dekat perbatasan Uni Soviet pada tanggal 17 Desember 1905. Awalnya dia hanya seorang pemburu dan petani. Pada tahun 1925, dia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Finlandia untuk memenuhi panggilan wajib militer.
Ketika terjadi Perang Musim Dingin (1939-1940) antara Finlandia dan Uni Soviet, Häyhä bergabung dengan Pasukan ke-6 Jaeger Regiment 34. Pada saat itu dia memulai tugasnya sebagai seorang sniper. Pertempuran antara Finlandia dan Uni Soviet di sepanjang sungai Kolla merupakan salah satu perjuangan heroik bangsa Finlandia, dimana 32 tentara Findlandia harus menghadapi 4000 tentara Uni Soviet. Häyhä menunjukkan kemampuannya sebagai seorang sniper dengan merontokkan 542 tentara Uni Soviet dan menjadikan perbukitan di sepanjang sungai Kolla sebagai tempatnya untuk menembak. Dia mampu bertempur di suhu yang sangat ekstrim yakni antara -20 sampai -40 deracat Celcius. Penampilannya yang berkamuflase dengan seragam warna putih membuat tentara musuh kebingungan untuk menembaknya.
Dalam aksinya, Häyhä menggunakan senapan bolt-action M28 yang merupakan varian dari senapan Mosin Nagant. Dia tidak pernah menggunakan scope untuk membidik lawan, namun ia menggunakan pisir pembidik. Häyhä beralasan bahwa scope dapat memantulkan cahaya matahari sehingga membongkar penyamarannya. Bukan berarti hal itu mengurangi kemampuannya sebagai sniper. Keahliannya sebagai seorang pemburu membuatnya mampu menembak hingga jarak 400 meter. Selain itu dia juga menggunakan senapan otomatis Suomi KP/M-31. Menurut beberapa sumber, Häyhä membantai sekitar 200 tentara lawan dengan senapan otomatis ini.
Pada tanggal 4 Maret 1940, Häyhä nyaris kehilangan nyawanya ketika seorang tentara Soviet yang secara kebetulan alias beruntung, menembaknya dengan peluru berpeledak. Peluru itu menghantam dan menghancurkan wajah bagian kirinya. Teman satu regunya sempat mengatakan setengah wajahnya hilang saat mereka menolong Häyhä. Dia mengalami koma selama beberapa hari hingga perang usai (mungkin dia sangat kecewa tidak berada di medan tempur hingga perang berakhir).
Atas jasanya, Häyhä mendapatkan kenaikan pangkat dari Kopral ke Letnan Satu oleh Marsekal Lapangan C.G.E. Mannerheim, pimpinan tertinggi militer Finlandia saat itu. Ketika diwawancarai pada tahun 1998 tentang bagaimana caranya dia bisa menjadi sniper yang baik, jawabnya, "Latihan." Saat ditanya apakah dia menyesal telah membunuh banyak orang dia menjawab, "Saya lakukan yang diberitahukan pada saya untuk dilakukan dan juga yang saya bisa."
Häyhä wafat dalam usia 96 tahun di Hamina, Finlandia tanggal 1 April 2000.
0 komentar: