Selasa, 29 Mei 2012

Panzerjäger Ferdinand/Elefant, Salah Satu Kendaraan Lapis Baja Anti-Tank Jerman Terbaik Di Perang Dunia II

Panzerjäger Ferdinand/Elefant

Panzerjäger Ferdinand/Elefant adalah salah satu kendaraan lapis baja anti-tank milik Jerman yang digunakan dalam Perang Dunia II. Pertama kali di desain antara tahun 1941-42. Tank ini menggunakan sasis Porsche Tiger I yang gagal bersaing dengan desain Henschel. Saat itu Henschel menyodorkan varian Panzerkampfwagen (PzKpfw) Tiger I dengan posisi turet ada di tengah sasis, sedangkan Porsche memilih menempatkan turet agak ke depan sasis, keduanya sama-sama menggunakan turet desain Krupp. Henschel dinyatakan sebagai pemenang dan PzKpfw VI Tiger I diproduksi berdasarkan rancang bangun Hencshel. Sedangkan Porsche yang kalah masih mendapat kesempatan, sasisnya akan digunakan sebagai sasis tank destroyer yang baru, dilengkapi dengan meriam anti-tank Krupp yang baru, 88 mm PaK-43/2. Senjata baru ini dapat menghancurkan tank musuh dari jarak jauh, sebelum tank musuh dapat menembak.

Ruang pengemudi dan operator radio terletak di depan, masing-masing terpisah. Ruang mesin berada di tengah sasis, sedangkan kubah meriam dan kru meriam terletak di bagian belakang tank. Meriam 88 mm Panzerabwehrkanone (PaK) 43/2 L/71 adalah meriam baru yang dikembangkan dari basis 88mm (Flak 18/36), meriam anti pesawat yang terkenal karena selain dapat digunakan untuk menembak jatuh pesawat, meriam ini ternyata juga dapat digunakan untuk menghancurkan tank-tank sekutu di Afrika. L/71 memiliki laras lebih panjang daripada L/56 Flak 18 & Flak 36, sehingga kecepatan pelurunya jauh lebih tinggi. Meriam ini dapat digerakan dengan sudut 25° baik secara vertikal maupun horizontal. Pada saat tank bergerak biasanya laras meriam ini dikunci dengan pengait yang ada di depan sasis.

Sebanyak 91 unit Ferdinand dikerahkan di Pertempuran Kursk, yang merupakan salah satu pertempuran tank terbesar saat itu. Ferdinand berhasil menghancurkan banyak tank Soviet, sedangkan armor tebal yang dimiliki Ferdinand sulit ditembus oleh meriam dan senjata anti-tank Soviet saat itu. Walaupun sukses di medan tempur melawan tank-tank Soviet, tank ini justru mendapat masalah saat berhadapan dengan infantri lawan. Ferdinand sama sekali tak dibekali senjata MG layaknya tank-tank Jerman lainnya sehingga rentan dari serangan infantri lawan. Kebanyakan Ferdinand yang mengalami kerusakan terpaksa ditinggalkan karena tank ini terlalu berat untuk ditarik (setidaknya dibutuhkan 3 unit Sd.Kfz.9).

Ferdinand yang masih tersisa kemudian dikirim ke Austria untuk di-upgrade dan diberi nama Elefant, perbedaan yang paling terlihat adalah penambahan MG-34 sebagai senjata anti infantri. Tahun 1944 tank-tank ini dikirim ke front Italia untuk menghadapi kemajuan sekutu disana, namun bobotnya yang terlalu berat ternyata tak cocok digunakan di medan Italia, kebanyakan jalan dan jembatan yang ada di Italia tak sanggup menahan bobot tank ini sehingga amat menyulitkan mobilitasnya. Masalah lain datang dari kurangnya spare-part yang tersedia, sehingga kebanyakan Elefant dihancurkan oleh krunya sendiri agar tak digunakan oleh musuh. Elefant terakhir terlihat beraksi dalam Pertempuran Berlin.

Dibalik sejumlah kelemahan fatal yang melekat pada Ferdinand/Elefant, tank ini juga menorehkan reputasi yang baik dengan kill ratio 10:1. Pada Pertempuran Kursk, sPzJag-Abt-653 yang dilengkapi tank ini mengklaim berhasil menghancurkan 320 tank Soviet dari berbagai jenis dengan hanya kehilangan 13 Ferdinand. Rekor yang luar biasa ini disebabkan oleh kekuatan dari meriam baru 8.8cm yang digunakannya dan tebalnya lapisan armor (200mm) yang dipakainya.

Saat ini, hanya tersisa dua unit Ferdinand/Elefant yang tersisa. Ferdinand yang berhasil dirampas Uni Soviet dalam Pertempuran Kursk disimpan di Museum Tank Kubinka, Moskwa. Sedangkan Elefant yang satunya lagi merupakan rampasan Amerika Serikat di Anzio dan disimpan di Museum United States Army Ordnance di Maryland.

0 komentar: