Panzerjäger Ferdinand/Elefant, Salah Satu Kendaraan Lapis Baja Anti-Tank Jerman Terbaik Di Perang Dunia II
14.50
By
Fajar Muhammad Rivai
Tank Nazi
0
komentar
Panzerjäger Ferdinand/Elefant
Panzerjäger Ferdinand/Elefant adalah salah satu kendaraan lapis baja anti-tank milik Jerman yang digunakan dalam Perang Dunia II. Pertama kali di desain antara tahun 1941-42. Tank ini menggunakan sasis
Porsche Tiger I yang gagal bersaing dengan desain Henschel. Saat itu
Henschel menyodorkan varian Panzerkampfwagen (PzKpfw) Tiger I dengan posisi turet ada di tengah
sasis, sedangkan Porsche memilih menempatkan turet agak ke depan sasis,
keduanya sama-sama menggunakan turet desain Krupp. Henschel dinyatakan
sebagai pemenang dan PzKpfw VI Tiger I diproduksi berdasarkan rancang bangun
Hencshel. Sedangkan Porsche yang kalah masih mendapat kesempatan,
sasisnya akan digunakan sebagai sasis tank destroyer yang baru,
dilengkapi dengan meriam anti-tank Krupp yang baru, 88 mm PaK-43/2.
Senjata baru ini dapat menghancurkan tank musuh dari jarak jauh, sebelum
tank musuh dapat menembak.
Ruang pengemudi dan operator radio terletak di depan, masing-masing
terpisah. Ruang mesin berada di tengah sasis, sedangkan kubah meriam dan
kru meriam terletak di bagian belakang tank. Meriam 88 mm
Panzerabwehrkanone (PaK) 43/2 L/71 adalah meriam baru yang dikembangkan
dari basis 88mm (Flak 18/36), meriam anti pesawat yang terkenal karena
selain dapat digunakan untuk menembak jatuh pesawat, meriam ini ternyata
juga dapat digunakan untuk menghancurkan tank-tank sekutu di Afrika.
L/71 memiliki laras lebih panjang daripada L/56 Flak 18 & Flak 36,
sehingga kecepatan pelurunya jauh lebih tinggi. Meriam ini dapat
digerakan dengan sudut 25° baik secara vertikal maupun horizontal. Pada
saat tank bergerak biasanya laras meriam ini dikunci dengan pengait yang
ada di depan sasis.
Sebanyak 91 unit Ferdinand dikerahkan di Pertempuran Kursk, yang merupakan salah
satu pertempuran tank terbesar saat itu. Ferdinand berhasil
menghancurkan banyak tank Soviet, sedangkan armor tebal yang dimiliki
Ferdinand sulit ditembus oleh meriam dan senjata anti-tank Soviet saat
itu. Walaupun sukses di medan tempur melawan tank-tank Soviet, tank ini
justru mendapat masalah saat berhadapan dengan infantri lawan. Ferdinand
sama sekali tak dibekali senjata MG layaknya tank-tank Jerman lainnya
sehingga rentan dari serangan infantri lawan. Kebanyakan Ferdinand yang
mengalami kerusakan terpaksa ditinggalkan karena tank ini terlalu berat
untuk ditarik (setidaknya dibutuhkan 3 unit
Sd.Kfz.9).
Ferdinand yang masih tersisa kemudian dikirim ke Austria untuk
di-upgrade dan diberi nama Elefant, perbedaan yang paling terlihat
adalah penambahan MG-34 sebagai senjata anti infantri. Tahun 1944
tank-tank ini dikirim ke front Italia untuk menghadapi kemajuan sekutu
disana, namun bobotnya yang terlalu berat ternyata tak cocok digunakan
di medan Italia, kebanyakan jalan dan jembatan yang ada di Italia tak
sanggup menahan bobot tank ini sehingga amat menyulitkan mobilitasnya.
Masalah lain datang dari kurangnya spare-part yang tersedia, sehingga
kebanyakan Elefant dihancurkan oleh krunya sendiri agar tak digunakan
oleh musuh. Elefant terakhir terlihat beraksi dalam Pertempuran Berlin.
Dibalik sejumlah kelemahan fatal yang melekat pada Ferdinand/Elefant,
tank ini juga menorehkan reputasi yang baik dengan kill ratio 10:1. Pada Pertempuran Kursk, sPzJag-Abt-653 yang dilengkapi tank ini mengklaim
berhasil menghancurkan 320 tank Soviet dari berbagai jenis dengan hanya
kehilangan 13 Ferdinand. Rekor yang luar biasa ini disebabkan oleh
kekuatan dari meriam baru 8.8cm yang digunakannya dan tebalnya lapisan
armor (200mm) yang dipakainya.
Saat ini, hanya tersisa dua unit Ferdinand/Elefant yang tersisa. Ferdinand yang berhasil dirampas Uni Soviet dalam Pertempuran Kursk disimpan di Museum Tank Kubinka, Moskwa. Sedangkan Elefant yang satunya lagi merupakan rampasan Amerika Serikat di Anzio dan disimpan di Museum United States Army Ordnance di Maryland.
0 komentar: